Share

Cinta Seorang Pengasuh
Cinta Seorang Pengasuh
Author: This is Stralin

Hinaan dan Tawaran

“Paketnya tidak bisa dibuka jika belum dibayar, Bu,” ujar Adimas kepada seorang wanita paruh baya yang tiba-tiba merebut paket dari tangannya. 

“Ini kan paket saya, terserah saya dong! Saya tidak akan bayar jika paketnya tidak lengkap!” sergah wanita itu dengan kasar. 

Wajah Adimas tampak putus asa saat melihat wanita itu mulai membuka bungkusan paket tersebut. 

“Peraturannya tidak boleh dibuka sebelum dibayar, Bu!” Adimas kembali mengingatkan. Ia akan terkena masalah jika hal seperti ini terjadi. 

“Hah, ya sudah! Ambil tuh!” Wanita paruh baya itu melemparkan dua lembar uang dua puluh ke tanah. “Dasar tukang paket bodoh! Hanya bermodal motor butut saja banyak ngatur!” ejeknya sembari berjalan masuk ke dalam. 

Adimas memungut uang tersebut dan mengembuskan napas panjang. Ia tidak percaya jika dirinya harus dimaki-maki untuk mendapatkan uang yang sedikit. Namun, pada situasinya sekarang, uang nominal itu bisa menjadi amat berharga. 

Akhirnya, Adimas mulai berjalan menuju motornya yang memang terlihat butut dan tidak bagus. Beberapa penutup motornya telah lepas, memperlihatkan mesin-mesin yang berdebu. 

Dengan sabar, pria itu meraih paket lain yang harus diantar. Alisnya mengernyit saat membaca penerima paket berikutnya. 

Marissa Kamala. 

Ini milik kekasih dan calon tunangannya. 

Dengan wajah berseri, Adimas mulai melajukan motor bututnya di bawah terik matahari. 

“Permisi, paket!” sahut Adimas di depan rumah calon tunangannya. 

Wanita itu keluar dan senyum Adimas langsung mengembang melihat senyumnya. 

“Adimas? Kamu yang mengantarnya? tanya Kamala dengan terkejut. Wajahnya langsung  mengernyit melihat motor butut yang terparkir di rumahnya. 

“Ya, kamu memesan apa?” 

“Kebetulan sekali. Sini!” tutur Kamala seraya mengambil paketnya dan membukanya saat itu juga. “Aku memesan kartu undangan. Mumpung kita bertemu, aku langsung saja memberikannya padamu, ya!” 

“Undangan?” Alis Adimas kembali mengernyit. Ia melihat undangan dan terkejut mendapati nama Kamala dengan David. “Pernikahan kamu sama si David? Apa-apaan ini, Kamala?” tanya Adimas dengan tidak mengerti. 

Kamala hanya tersenyum sinis dan melipat kedua tangannya di depan dada. 

“Aku akan menikah dengan David minggu besok. Pastikan kamu datang, Adimas,” tuturnya tanpa merasa bersalah. 

“Tapi, bagaimana dengan hubungan kita, Mala?” tanya Adimas dengan raut wajah tidak percaya.

Tin tin

Terdengar suara klakson mobil. Di depan rumah Kamala, sudah terparkir sebuah mobil merah, tepat di sisi motor butut Adimas dan David berjalan keluar dari sana. 

“Aku melihat motor butut yang tidak asing, rupanya benar milikmu. Sepertinya, itu adalah motor paling butut di negeri ini sampai mudah dikenali.” David berkomentar dengan nada meremehkan. 

Ia menghampiri Kamala dan Kamala dengan manja menyambutnya dengan pelukan. Adimas tidak percaya. Kamala bahkan tidak pernah melakukan hal itu kepada dirinya. 

“Jadi, kalian benar-benar melakukan ini di belakangku? Inikah cara untuk membalas ketulusanku, Mala?” sergah Adimas. Tangannya meremat undangan itu hingga koyak. 

“Hah, ketulusanmu? Ketulusanmu dalam hal apa? Mengantar paket-paket jelek itu? Kau bahkan tidak pernah mengabulkan permintaanku!” protes Kamala dengan nada meremehkan. 

Adimas terkejut. Selama ini, Kamala tidak pernah merendahkan pekerjaannya. Apakah ini sosok Kamala yang asli?

“Permintaanmu yang mana yang tidak aku kabulkan, Mala? Aku berusaha keras mengabulkannya meski harus mengantar paket sampai pagi! Bahkan sekarang aku sedang mengumpulkan uang untuk pernikahan kita!” ujar Adimas. 

“Pernikahan kita?” Kamala bertanya, kemudian terkekeh geli. “Apakah kau mampu menggelar pernikahan di gedung atau hotel bintang 5? Tidak, kan?Aku ingin meminta lebih banyak, tapi kau tidak mampu. Karena itu, aku memilih berpacaran dengan David.” Gadis itu mengakui. 

“Berpacaran? Rupanya kamu….” 

“Jangan menyalahkan Kamala.” David membuka suara dan memandang ke arah Adimas dengan sorot meremehkan. “Dia tidak cocok dengan pria miskin sepertimu, kau tahu. Lebih baik kau cari gadis lain yang ingin menerima seorang pengantar paket miskin sepertimu!” ejeknya sembari merangkul bahu Kamala. 

Adimas hanya terdiam. Tangannya mengepal erat dan rahangnya mengeras karena menahan emosi. 

“Tatapan yang mengerikan,” komentar David. “Apa? Kenapa? Kau ingin memukulku? Ayo pukul!” 

David memajukan wajahnya ke arah Adimas. Ekspresinya terlihat seakan menantang Adimas untuk melakukannya, tetapi pria itu masih diam menahan kesabaran. 

Belum, belum saatnya untuk melampiaskan seluruh emosinya. 

“Dia pasti sangat marah, padahal dia sudah menjadi permainanku sejak lama, tapi dia sama sekali tidak menyadari. Pasti karena dia sudah cinta mati kepadaku!” ledek Kamala. Sorot matanya terlihat merendahkan. 

“Apa gunanya cinta mati dari seorang pengusaha bankrut yang menjadi pengantar paket miskin?” David menambahkan. “Apakah kamu sudah membayar paket ini, Sayang?” 

Kamala menggelengkan kepala. 

Saat itu, David mengeluarkan dua lembar uang seratus dan melemparkannya ke dada bidang Adimas. 

“Ini uangnya! Ambillah! Ambil saja kembaliannya sebagai uang makan siangmu!” ledek David. 

Kamala memandang sinis ke arah Adimas dan semakin merangkul David dengan manja. 

“Ayo, Sayang. Jangan memedulikan dia. Lebih baik kita menyebar undangan ini sekarang juga,” ujarnya. 

David tersenyum dan membelai pipi Kamala dengan lembut. “Kau benar, Sayang,” katanya. 

Keduanya mulai berjalan pergi menuju mobil David, meninggalkan Adimas yang masih mematung di tempatnya. 

Darahnya sudah mendidih, tetapi ia tidak dapat melawan. Tidak sekarang. Hingga pria itu membiarkan keduanya pergi. 

Tepat setelah mobil David beranjak, Adimas berlutut dan memungut dua lembar uang yang dengan hina dilemparkan ke arahnya. 

Dia memandangi uang itu. 

“Kau telah menghinaku dengan uang ini, David, dan dengan uang yang sama juga aku akan mempermalukanmu. Lihat saja,” gumam Adimas dengan penuh kekesalan. 

Ia mengantongi uang tersebut dan kembali berjalan menuju motornya. Hatinya merasa sakit membayangkan Kamala akan menikah dengan pria lain, tetapi sikapnya juga membuat Adimas terkejut. 

Apakah Kamala semudah itu ditaklukan dengan uang? pikirnya. 

Tiba-tiba ada seorang wanita berjalan menghampirinya. 

“Apakah Anda adalah pacar dari gadis itu?” Wanita itu bertanya. Dari pakaian dan tas kecil di tangannya, dia terlihat cukup berada. 

“Dahulu, sekarang tidak!” tegas Adimas. “Maksudku, dahulu aku cinta mati padanya, sekarang cintaku sudah mati untuknya!"

“Jadi, Anda adalah seseorang yang sudah membelikan semua barang mewah untuk mantan kekasih Anda itu?” Wanita itu kembali bertanya, membuat Adimas mengernyitkan alis dengan heran. 

Dia mengangguk. “Ya, tapi mengapa kamu menanyakan itu semua? Siapa kamu sebenarnya?” tanyanya dengan nada menginterogasi. 

“Pria tadi adalah mantan pacar kakak saya. Sekarang, Kakak saya terganggu mentalnya dan saya ingin kamu mengurusnya. Saya akan menyanggupi berapa pun bayarannya!” 

Comments (5)
goodnovel comment avatar
Liana Liana
sfadheeheggehjjejjhehhe
goodnovel comment avatar
Liana Liana
hsjjjsjjdjjj
goodnovel comment avatar
Liana Liana
sbbdhhdhdhhdbnsheeeehsjejjhehkskekekkdjhekkekekejggw......
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status