Share

06 . Lari Darimu

"Seberapa kuatnya kamu, pasti ada saatnya kamu akan melemah karena hatimu sedang tidak baik-baik saja. "

_______________________________________

Ketika sang surya bangun dari ranjangnya kembalilah si cantik arunika yang cahayanya menyeruak dibalik segarnya dedaunan pagi. 

Ghania merentangkan kedua tangannya menikmati segarnya udara pagi di kampungnya yang masih terbilang asri dengan pepohonan rindang yang masih banyak berdiri tegak di pinggir jalan. 

"Mak, kemungkinan qilla bisa nginap di kafe malam ini. Karena pasien Qilla banyak sekali hari ini . Juga Qilla harus menyelesaikan laporan keuangan dikafe karena ini mendekati akhir bulan. " Qilla berkata sembari mengikat tali sepatu sneakers putihnya. 

Emak Maesarah mengangguk sembari menyuapkan sesendok nasi uduk ke mulut Ghania juga Khanza.  Ini satu kebiasaan yang selalu dilakukan emak sejak Ghania masih kanak-kanak.  Menyuapi putrinya sambil bermain,  belajar atau hanya sekedar menonton kartun di tv. 

Dan Ghania pun tak menolak walau dirinya sudah bisa dibilang dewasa. Namun tetap masih sering di suapi ibunya. 

"Jangan terlalu lelah bekerja, nak.  Mencari uang itu penting, tapi kesehatan juga penting,  nak. " emak menyodorkan gelas berisi teh manis hangat ke Ghania yang langsung meminumnya hingga habis. 

"Ghania, kan harus banyak nyimpan uang, mak. Biaya kuliah S2 di Kairo cukup mahal. "

"Kamu tetap ingin kuliah di Kairo, nak ?" mak Maemunah menatap wajah putrinya.  Guratan halus sudah terlihat di wajah wanita paruh baya ini. Namun kelembutannya masih sangat terlihat dan bisa dirasakan. 

Ghania memakai tas punggungnya,  lalu membingkai wajah ibunya dengan kedua tangan. " Kuliah di Al Azhar adalah impian Ghania juga harapan almarhum ayah.  Ghania tak ingin mengecewakan ayah. Lagi pula hanya dua tahun, mak. Dan itu nggak lama. " Ghania mencium kening emaknya penuh sayang. 

Emak tersenyum dan balas mencium kening putrinya.  Wanita itu sangat paham akan sifat keras kepala putrinya . Kemauannya sangat kuat dan konsisten apalagi menyangkut pendidikan. 

"Iya,  emak paham. Emak berharap kamu bisa menggapai impian itu dengan sangat baik. "

"Aamiin. Terima kasih, mak. Ghania pergi dulu ya, mak. " 

Emak mengangguk saat Ghania mencium punggung tangannya dan Ghania pun ganti memanggil Khanza adiknya yang sudah rapi dengan seragam TKnya. 

"Ayo,  Khanza.  Nanti kamu terlambat!  Itu sudah dipanggil sama Kaira." 

Khanza berlari mendekat, bocah cantik itu tampak semakin lucu dengan tas bentuk beruang yang menempel di punggungnya. 

Emak juga Ghania mencium kening Khanza. " Kakak. Khanza bisa minta dibelikan mainan masak-masakan? "

"Bisa, asal Khanza patuh sama emak.  Dan tidak nakal. Mengajinya nggal boleh bolong. "

"Oke, kak," sahut Khanza dengan riang lalu mencium tangan dua wanita yang sangat menyayanginya. Bocah itu lalu menggandeng tangan kakaknya dan berjalan menuju pintu.

Setelah mengantar Khanza juga temannya Kaira ke sekolah,  Ghania melajukan motornya kearah Jakarta.

Udara yang cerah menambah semangat gadis itu bertemu dengan pasien-pasien kecilnya.  Ghania sangat menyukai peketjaannya sebagai psikolog anak. Banyak hal yang bisa dia dapat dari tingkah polos anak-anak yang menggemaskan tapi juga kadang sedikit membuat kesal. 

Butuh waktu hampir satu jam buat Ghania sampai di rumah sakit Ananda.  Karena ada insiden kecelakaan dijalan membuat perjalanannya terganggu karena  kemacetan arus lalu lintas.

Ghania melempar senyum kesemua orang yang berpapasan dengannya, tak terkecuali petugas keamanan juga petugas kebersihan yang menyapanya dengan ramah.

Ghania pun langsung menuju keruangan khusus perawatan anak yang mengalami gangguan psikis untuk bertemu dengan pasien-pasien kecilnya.

******

Seperti yang dia katakan pada emak pagi tadi, sepulang dari rumah sakit Ghania langsung pergi ke kafe untuk mengecek laporan keuangan yang selalu dia lakukan pada akhir bulan. Tak lupa gadis itu juga meminta karyawan yang bertanggung jawab terhadap ketersediaan bahan makanan juga minuman untuk memberinya laporan.

Tepat pukul sepuluh malam, mereka pun selesai dengan pekerjaan mereka. Ghania langsung merebahkan tubuhnya diatas kasur lipat yang sengaja dia pasang diruang kerjanya untuk beristirahat.

Tapi sayang, matanya tak juga mau terpejam. Bayangan wajah terkejut Harris saat melihatnya diacara pernikahan pria itu masih tergambar jelas di memory otaknya.

"Kenapa kau tak berkabar soal ini. Selama tujuh tahun. Aku tutup hatiku dari pria lain demi menunggu kepastian darimu. Harris, kamu sungguh keterlaluan dengan membiarkan aku seperti orang dungu menunggu kabar darimu. Sementara kau malah menyiapkan pernikahanmu dengan gadis lain."lirihnya menahan airmata yang siap tumpah.

Diambilnya ponsel lalu membuka file photo untuk memastikan kalau photo Harris sudah benar-benar hilang dari memory ponselnya. 

Sebuah pesan belum terbaca menarik perhatian mata indah gadis itu. 

Nomor tanpa nama,  penasaran dibukanya aplikasi pesan berwarna hijau dan membaca pesan itu. 

081152xxxxxx

Assalamualaikum killa. 

Aku Harris. 

081152xxxxxx

Aku tadi mencarimu  tapi kata Arleena kamu sudah pulang karena ada panggilan dari rumah sakit. 

081152xxxxxx

Aku juga tadi menelphonemu. Tapi ponselmu mati. 

081152xxxxxx

Kila. Bisa kita ketemu. 

Aku ingin minta maaf dan menjelaskan semua. 

Ghania menghela nafasnya, lalu menghapus semua pesan dan memblokir nomor tersebut. 

Dirinya merasa apa yang dilakukan Harris teramat menyakiti dirinya. 

Dia bertekad menghapus semua hal yang menyangkut pria itu,  termasuk perasaan sukanya. 

Ghania merasa lapar, namun dia ingin makan ramen yanh dijual di resto masakan Jepang yang berseberangan dengan kafe miliknya. 

Gadis itu lalu memgenakan hoodie dan memasukkan dompet kecilnya ke saku celana training yang dia pakai. 

Dengan hanya mengenakan sandal jepit,  Ghania turun ke lantai satu.  Berpamitan pada pak Hasan penjaga malam di kafenya .

Ghania menyusuri trotoar lebar itu lalu menyeberang jalan menuju rest masakan Jepang yang baru tutup pukul 12 malam.

Ghania memesan ramen pedas dan jus mangga . Lalu memilih duduk dikursi dekat jendela kaca. 

Disekelilingnya banyak pasangan muda mudi yang menikmati makan mereka. 

Ghania lalu memalingkan pandangannya ke luar jendela. Jalan Rasuna Said, Kuningan masih tampak ramai dengan hilir mudiknya kendaraan. 

Wangi aroma ramen yang baru diletakkan di hadapannya menggoda Ghania untuk segera memakannya. 

Berkali-kali gadis itu menyapu keningnya yang berkeringat karena rasa pedas makanan kesukaan si hokage Naruto Uzamaki itu. 

Kenyang dengan ramen dan jus mangga. Kini Ghania beralih ke minimarket 24 jam yang jaraknya sekitar 100 m dari resto Jepang itu.

Niatnya ingin mencari cemilan buat teman nonton drama China.  Hawa sejuk langsung menyapanya saat membuka pintu mini markert itu.

Segera di tujunya rak cemilan,  tak lupa dua bungkus permen coklat kesukaannya dan jus buah kemasan. 

Setelah membayar semuanya, Ghania pun berjalan keluar sembari mengunyah permen coklatmya. 

Namun tiba-tiba seseorang menabraknya membuat dirinya terhuyung dan hampir jatuh kalau saja tidak ada tangan yang menariknya. 

"Kemal! "pekik Ghania kaget. Sementara Kemal yang juga sama kagetnya segera menarik tangan Ghania untuk bersembunyi di mini market yang barusan dimasuki Ghania. 

Dari dinding kaca mini market itu,  Ghania bisa melihat beberapa orang pria bertampang sangar tampak berlari dan sempat berhenti dengan ekspresi bingung. 

Salah satu dari mereka berniat masuk ke mini market tapi urung karena rekannya menyuruhnya untuk mencari diseberang jalan. 

Setelah dirasa aman,  mereka pun keluar dari mini market. Sebelumnya Kemal membayar sebotol air mineral yang diminumnya tadi. 

"Kamu ngapain, malam-malam keluyuran. Janjian lagi sama temanmu." Kemal berkata sembari pandangannya menoleh ke Ghania yang berjalan di sampinngnya. 

"Aku abis belanja di mini market itu?"

"Tapi sudah bayarkan? Karena kasirnya tadi melihatmu dengan tatapan aneh. "

"Sialan. Memangnya wajahku terlihat seperti wajah penghutang. Kamu it ...."

Belum sempat Ghania menyelesaikan perkataannya. Kemal sudah menariknya untuk berlindung di salah satu sisi mobil yang terparkir. 

Hingga suara-suara pencari pria itu menghilang. Dengan cepat Kemal kembali menarik tangan Ghania dan mengajak gadis itu untuk berlari menuju kafe Marfosa milik Ghania. 

Pak Hasan yang melihat majikannya berlari langsung berdiri menyongsongnya. 

"Ada apa, mbak! Kok lari-lari? "

Ghania tampak mengatur nafasnya sebelum menjawab pertanyaan pak Hasan. 

"Nggak ada apa-apa, pak. Hanya pengen lari malam saja. " jawab Ghania yang lalu masuk ke kafe bersama Kemal di ikuti pak Hasan.

Ghania menyalakan lampu ruang dalam kafenya dan segera membuatkan Kemal minum. 

Sementara pak Hasan naik kelantai dua untuk memeriksa keadaan disana. 

"Kamu ngapain sih lari-lari. Lagi main polisi ama penjahat? "tanya Ghania sembari meletakkan cangkir berisi coppucino ke meja di hadapan Kemal. 

"Bukan, lagi syuting film india. " Kemal menjawab asal pertanyaan Ghania sembari menyerumput kopi panasnya perlahan. 

"Bisa dipastikan, nggak ada yang nonton. Karena sekarang lagi booming drakor dan dracin. "

"Memang aku pikirin." sahut Kemal sembari menyandarkan tubuhnya ke kursi. 

"Jujur deh. Tadi kamu itu ngapain? Kok dikejar sama mereka? Jangan-jangan kamu nyopet, ya?"

Kemal dengan kejam menyentil kening mulus Ghania hingga membuat gadis itu mengaduh kesakitan. 

"Tadi itu kelompok preman yang kesal karena aku pergoki sedang malak sopir mobil boks. " Jawaban Kemal tentu saja bohong. Dia tak mungkin mengatakan hal yang sebenarnya pada gadis yang belum lama dikenalnya ini. 

"Ohhh. Baguslah. Jadi aku nggak perlu buat BAP dikantor polisi karena melindungi pencopet."

Sekali lagi Ghania merasakan pedihnya sentilan jari Kemal di keningnya. 

"Kalau aku sampai geger otak. Aku minta kamu membayar semua ongkos perawatannya. "

"Lebay. "jawab Kemal santai lalu kembali bersandar di kursi. Tampak pria itu menelphone seseorang. 

"Jemput aku di kafe Morfosa. "

Hanya sebaris kalimat itu saja.  Namun membuat Ghania lega. Karena dipikirnya Kemal akan ikut menginap dikafenya. Kalau sampai terjadi, apa kata karyaeannya nanti. 

Bossnya diam-diam memasukkan seorang pria yang bukan muhrim atau pasangan halalnya ke kafe dimalam hari. 

"Kafe kamu hanya dijaga oleh satu orang?"

"Iya,  kalau kebanyakan aku nggak kuat bayar." sahut Ghania sembari memakan cemilannya berupa keripik jagung. 

"Kamu sendiri kenapa nggak pulang?"

"Aku baru selesai rapat membereskan laporan akhir bulan. Mau pulang sudah kemalaman. Lagi pula besok aku dinas pagi. "

Kemal kembali memejamkan matanya. Dan Ghania asik dengan cemilannya. Dia tak perduli jika Kemal terganggu dengan suara kriuk kriuk dari mulutnya. 

Pandangan gadis itu tertuju pada layar ponsel miliknya yang menampilkan drama China Oh My Emperor. Fokus dengan aksi konyol Zhou Lusi. Hingga tak memperdulikan Kemal yang duduk disebelahnya. 

Dan Kemal hanya melirik sesaat kearah gadis imut itu. Dirinya pun malas untuk berdebat . Dia lebih memilih kembali memejamkan matanya dengan kaki yang dinaikkan kekursi di depannya. 

Ponsel Kemal berbunyi, ternyata penjemputnya sudah datang. 

Setelahnya Ghania melihat seorang pria masuk ke kafenya . Pria yang  juga pernah datang ke kafe bersama Kemal. 

"Bagaimana bisa, kamu berurusan dengan mereka. Dan dimana mobilmu?"

"Kalau aku bawa mobil. Tidak nyuruh kamu jemput. Mobilku di parkiran apartemen. Aku bertemu mereka saat baru mau masuk ke apartemen."

"Ceroboh sekali. Apa gunanya kamu memiliki banyak petugas keamanan, kalau tak bisa mengamankan diri."

"Terlalu banyak bicara. Ayo, antar aku pulang. " Kemal berdiri dari kursinya lalu meletakkan tangannya diatas kepala Ghania yang jelas sangat terkejut dengan perlakuam Kemal itu. 

"Terima kasih atas kopinya juga tempat istirahatnya."

Ghania hanya mengangguk. Dengan diantar pak Hasan, Kemal dan Marko keluar dari kafe dan masuk kemobil. 

**************

Waktu berjalan saat cepat membuat semuanya seakan berlari untuk mengejarnya. 

Tak terkecuali Ghania yang semakin disibukkan dengan pekerjaannya sebagai dokter anak dan pemilik kafe. 

Sementara Kemal. Sudah hampir dua bulan ini, pria tampan berwajah Timur Tengah itu tak pernah muncul dihadapannya. 

Dan Ghania juga tak berkeinginan untuk sekedar mencari tahu. Karena mereka tak pernah bertukar nomor telphone. 

Pria itu hanya mengirim dua orang petugas keamanan untuk membantu pak Hasan. Dan berdasarkan info dari Marko, Ghania tak perlu membayar gaji dua orang keamanan itu termasuk pak Hasan. Karena pihak Kemal Corp yang membayar gaji mereka. 

Ghania tentu saja tak menolak, alasannya selain tak keluar uang buat menggaji mereka,  dia juga merasa kafenya lebih aman dan keren karena ada pengawalnya. 

Dan sore ini Ghania berencana pergi ke Bogor untuk bertemu dengan mantan teman SMAnya yang ingin mengajak join patner bisnis konveksi busana muslim. 

Dan kebetulan, gadis itu mendapat libur tiga hari dari rumah sakit dan waktu libur tersebut digunakannya untuk mencari peluang bisnis baru sekalian liburan bersama emak juga Khanza adiknya. 

Sudah menjadi kebiasaannya menghirup udara segar yang dikeluarkan oleh helai daun. Kali ini buksn daun pohon trambesi atau tabebuya. Namun udara segar dari desau angin yang menyentuh helai daun teh yang ada disekelilingnya. 

Kebun seluas satu hektare itu adalah milik ayah temannya yang barusan mengajak bisnis konveksi. 

Puas menikmati sejuk dan hijaunya kebun teh. Ghania bersama emak dan Khanza  pergi ke kota Bogor dan berencana menginap semalam disana.

Esok pagi dia berencana ke Sukabumi mengunjungi makam kakek dan nenek juga ayahnya bersama emak juga adiknya. 

Hampir enam bulan lamanya mereka tak mengunjungi makam ketiganya. Karena untuk bisa ke Sukabumi, Ghania harus menyisihkan pendapatannya di kafe untuk ongkos tranportarsi juga akomodasinya. 

Namun sekarang Ghania sudah memiliki gaji tetap sebagai seorang dokter anak. Sehingga dia tak perlu mengurangi saldo dari tabungannya. 

**********

"Mak,  Ghania mau jalan bentar ke kota.  Sekalian Ghania mau ketemu temen yang dinas di rumah sakit di kota. Emak, nggak apa kan Ghania tinggal? " Ghania bertanya sembari merapikan jilbab yang dipakainya. 

Gadis itu terlihat santai dengan stelan kulot denim dan kemeja warna salem. 

Emak mengangguk, di Sukabumi mereka menginap dirumah adik kandung emak. Sementara keluarga dari ayahnya semua berada di Lembang dan Ciamis. 

"Hati-hati dijalan. Dan jangan sampai sore pulangnya." 

"Iya, mak. Kalau gitu Ghania pergi sekarang, ya Mak. Assalamualaikum." pamit Ghania sembari mencium punggung tangan emaknya. 

Dengan menumpang angkutan kota Ghania langsung menuju rumah sakit dimana dia memiliki janji temu dengan teman baiknya satu kampus yang berdinas sebagai dokter spesialis kandungan. 

Banyak hal yang mereka ceritakan, mulai dati cerita semasa kuliah hingga pengalaman bekerja sebagai dokter yang tentunya memiliki banyak warna. 

Menjelang sore,  Ghania pun berpamitan pulang ke rumah pamannya.  Gadis itu menolak saat teman baiknya itu menawarkan untuk mengantarnya. 

Ghania memanfaatkan waktu dengan berjalan-jalan di lapangan merdeka yang merupakan alun-alun kota Sukabumi. Lalu menikmati kuliner khas daerah Sukabumi, di pusat kuliner toserba selamat Sukabumi. 

Setelahnya Ghania menyusuri trotoar yang rindang dengan naungan pohon beringin dengan akar gantungnya yang menjuntai. 

Sebenarnya Ghania sedikit takut kalau melewati pohon ini. Bayangan penunggu pohon besar itu seperti genderuwo atau kuntilanak selalu membayanginya. 

Bahkan semasa masih duduk dibangku SD dan SMP setiap kali melewati pohon beringin apalagi berukuran besar.

Dirinya selalu berlari sembari memejamkan mata dan membaca ayat apa saja yang dia hafal walau disiang hari. Dia juga pernah ngompol saat teman sekolahnya menakut-nakuti saat mereka  melewati pohon yang penuh dengan cerita  mistis itu. 

Tiba-tiba lamunan Ghania akan cerita kenangan masa kecil   tentang si pohon beringin buyar saat dia merasakan ada yang  mencekal tangannya.

Gadis itu segera menoleh kebelakang dan seketika jeritannya pun terdengar. 

"Waaaaa... Emak! "

**************

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Anonim 1788
d tunggu kelanjutan ceritanya
goodnovel comment avatar
Anonim 1788
maaf untuk part ini saya terlalu sensitif dengan typo,maaf ya mb author ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status