/ Rumah Tangga / Cinta Setelah Talak / 2. Syarat Tak Masuk Akal

공유

2. Syarat Tak Masuk Akal

작가: Afnasya
last update 최신 업데이트: 2023-11-01 14:00:17

Prawira hendak membuka mulut, tetapi suara ketukan pintu membuatnya gegas beranjak untuk membukanya. Seraut wajah tampak berjalan di belakang pria paruh baya itu lalu mendekati brankar Darma.

“Sasi, kenalkan ini Sagara. Dia anak saya.”

Gadis itu menoleh, lalu menghapus air matanya dan tersenyum. Dia mengulurkan tangan bermaksud ingin memperkenalkan diri. Namun, Sagara malah membuang muka.

“Apa maksud semua ini, Pa? Kenapa Saga disuruh ke sini? Saga pergi aja kalau enggak jelas tujuannya!”

“Sabar, Nak.” Prawira menyuruh Ana mendekat mengelilingi Darma. “Saya pernah berjanji kepada Darma sepuluh tahun lalu untuk menikahkan anak saya, Saga dengan Sasi jika sewaktu-waktu dia kenapa-napa.”

“Apa!” seru ketiganya bersamaan sambil menatap Prawira.

“Papa bercanda, ya? Mana mungkin Saga mau menikah sama cewek yang sebelumnya enggak Saga kenal!”

“Tapi, Nak. Ini adalah janji Papa kepada Darma setelah dia menyelamatkan nyawa Papa.”

“Tapi enggak gini juga caranya, Pa. Saga menolak keras permintaan Papa itu. Bener-bener enggak masuk akal!”

Sagara hendak berlalu dari ruangan, tetapi suara Prawira membuatnya bertahan. “Kalau kamu menolak permintaan Papa ini, maka kamu akan lihat Papa mati, Nak!”

Pria itu menyeringai, lalu tertawa sambil berkacak pinggang. Dia menertawakan dirinya sendiri karena ancaman sang ayah yang mau tidak mau membuat dia akhirnya berbalik.

“Papa dijanjiin apa sama mereka sampai rela mengorbankan perasaan Saga?”

“Mereka menjanjikan hidup Papa, Nak. Kalau tanpa pengorbanan Darma, Papa enggak mungkin berdiri di sini sekarang.”

Sagara meraup kasar wajahnya, kemudian menyugar rambut karena frustasi. Dia mengembuskan napas kasar, berbalik, dan berjalan cepat meninggalkan ruangan. Prawira menyusul dan menahan sang anak, lalu mengajaknya duduk di bangku besi depan ruangan Darma.

“Apa maksud Papa dengan menikahkan Saga sama dia?” tanya Sagara begitu duduk. Dia meluapkan amarahnya dengan membungkuk sambil menjambak rambut, lalu meraup kasar wajahnya. “Memang tak ada cara lainnya, Pa. Uang atau tanah gitu?”

Prawira menggeleng, lantas menepuk bahu sang anak. “Darma sudah memberi kehidupan kepada Papa, Nak. Harta yang Papa tawarkan tak akan mampu menggantinya.”

“Memang apa yang udah Pak Darma berikan, Pa?”

“Sebelah ginjalnya ada pada Papa sekarang, Nak. Kamu ingat waktu Papa anfal karena penyakit ginjal dulu?” tanya Prawira yang dijawab anggukan Sagara. “Di detik-detik terakhir Dokter menyerah, Darma datang menawarkan diri dan ternyata hanya ginjal punya dia yang cocok.”

“Tapi, Pa. Enggak bisa begini juga, dong!”

“Terserah. Sekarang pilih nikahi Sasi atau kamu akan lihat Papa mati!"

Prawira gegas meninggalkan Sagara yang masih geming. Dilema menghampiri pria itu, sehingga membuatnya makin diperam kelesah. Berkali-kali dia mengantuk-antukkan kepala ke dinding, kemudian menarik napas panjang dan mengembuskannya. Dia tak ingin mengecewakan sang ayah, tetapi menerima permohonan Prawira sama saja dengan mengkhianati hati seseorang.

Sagara masih bergelut dengan pikirannya sendiri. Perang batin yang terjadi malah makin membuatnya gundah. Dia pun berjalan keluar rumah sakit, lalu mengeluarkan sebungkus rokok dan mulai menyulutnya. Sagara menikmati lintingan nikotin di tangannya sambil berjalan mondar-mandir dan berpikir. Perang batin kembali membuatnya dilema.

"Ini saatnya kamu berbakti, Saga."

"Tapi, kan, enggak begini juga konsepnya. Mana ada nikah sebagai bentuk balas budi?"

"Apa salahnya nikahi gadis itu? Toh, dia juga cantik."

"Bukan masalah cantik enggaknya, tapi di mana harga diri seorang Sagara yang terkenal dingin dan tangguh?"

Aaargh!

Sagara membuang puntung rokok yang masih separuh ke tanah, lalu menginjaknya sampai mati. Dia kembali mengacak-acak rambut sebelum menendang angin. Setelah meluapkan kekesalan hatinya, Saga kembali menemui Prawira.

Sementara itu, Darma yang sudah sadar, mengedarkan pandangan dan tersenyum ketika melihat sang majikan datang. Prawira gegas mendekat sambil menggenggam erat tangan pria itu.

“Pak Wir ….”

“Aku datang, Darma.”

“Tolong jaga Sasi. Dialah harta saya yang paling berharga.”

“Tentu, Darma. Aku akan menjaganya seperti menjaga putriku sendiri. Aku juga akan melaksanakan janjiku dulu untuk menikahkan Sasi dengan Sagara.”

Darma terbatuk kecil, lalu mengangguk pelan. Namun, sesaat kemudian napasnya mulai tersengal-sengal. Ana dan Sasi panik begitu juga Prawira. Pria itu pun gegas menghubungi seseorang, sementara Sasi mencari dokter untuk menolong sang ayah.

Tak berselang lama, orang yang dihubungi Prawira datang. Pria itu lantas mencari keberadaan sang anak yang ternyata duduk di bangku besi depan ruang perawatan Darma. Prawira gegas menarik lengan Sagara dan membawanya ke dalam.

“Setuju enggak setuju cepat nikahi Sasi sekarang sebelum semuanya terlambat!”

Orang yang tadi datang karena dihubungi Prawira ternyata adalah Pak Usman, seorang ustaz yang akan menikahkan Sasi dan Sagara. Waktu yang mendesak dan ancaman sang ayah membuat Sagara tak dapat berkutik. Dia pun segera menjabat tangan Pak Usman dan mengucapkan ijab kabul setelah dipandu oleh pria itu.

“Saya terima nikah dan kawinnya Sasi Kirania binti Darma Prasetya dengan mas kawin cincin seberat sepuluh gram dibayar tunai.”

Ucapan syukur keluar dari mulut Pak Usman dan Prawira. Mereka lantas mengaminkan doa yang dilafazkan sang ustaz sebelum beranjak mendekati brankar tempat Darma terbaring. Dokter masih berusaha menolong pria itu, sementara Ana dan Sasi saling berpelukan sambil menangis.

Akhirnya setelah lama berjuang, Darma tak dapat diselamatkan. Dokter menyatakan pria itu sudah meninggal dunia. Semua alat medis yang menopang hidup Darma segera dicabut. Namun, ketika Dokter hendak menutup wajah pria itu, Prawira mencegahnya.

“Izinkan kami melihatnya untuk yang terakhir kali, Dok.”

Dokter itu mengangguk. Dia perlahan mundur ke sudut ruangan sambil menatap keluarga yang berduka itu.

Ana tak sanggup lagi menopang tubuh sehingga di luruh ke lantai sambil meraung memanggil sang suami, sedangkan Sasi mendadak terhuyung dengan pandangan yang menggelap. Dengan tanggap, Prawira menangkap tubuh wanita itu, kemudian membaringkannya di sofa.

Prawira terenyuh melihat Sasi yang kuyu dengan wajah penuh jejak kesedihan. Dia pun hendak berbalik, tetapi urung karena melihat wanita itu mulai membuka mata.

“Ayah ….”

Sasi beringsut bangkit, tetapi karena tubuhnya masih lemas sehingga mau tidak mau Prawira membantunya berjalan mendekati brankar. Sasi kembali menangis menatap cinta pertamanya sudah terbujur kaku di sana. Tak ada lagi senyum yang terukir di wajah pria itu kala pulang ke rumah. Tak ada lagi kata-kata sayang yang terucap dari mulut Darma dan membuat Sasi selalu merasa bahagia. Tak ada lagi pelukan hangat yang diberikan pria itu ketika raga dan sukmanya lelah. Tak ada lagi tempat bermanja dan berkeluh kesah.

Wanita itu terguguk sambil menggenggam erat tangan Darma dan menciumnya berkali-kali.

“Sasi akan selalu ingat semua nasihat Ayah. Sasi akan banggain Ayah. Sasi janji, Yah.”

Dengan berat hati, Sasi menutup kain sampai ke wajah Darma lalu kembali terguguk ketika pria itu dibawa pergi untuk segera dimandikan. Prawira mendekat lalu memeluk sang menantu untuk menguatkannya.

“Ayahmu orang yang baik, Sasi. Saya saksinya dan karena itu saya tidak ragu saat meminta Saga menikahi kamu.”

🌹🌹🌹

Serangkian prosesi pemakaman berjalan dengan lancar. Para pelayat yang datang ke makam juga sudah membubarkan diri. Tinggallah Sasi dan Ana yang masih merapalkan doa untuk Darma.

“Kita pulang dulu, ya, Yah.”

Sasi bangkit begitu juga dengan Ana. Namun, Ana menarik lengan sang anak lalu menatapnya tajam.

“Ada apa, Bu?”

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Cinta Setelah Talak   16. Tanpa Kabar

    Sasi membekap mulut, sedetik kemudian bulir bening yang telah menutupi mata berderai membasahi pipi putihnya. Dia segera berbalik dan berlari keluar gedung sambil membawa hati yang tercabik.Sasi berhenti di dekat pintu kaca dan menyandarkan tubuh ringkihnya sejenak. Lalu, tubuh bergetar itu luruh ke bawah bersamaan dengan isak tangis tertahan. Masih jelas terbayang dalam ingatan apa yang telah dilakukan Sagara kepada Laras. Tatapan penuh cinta itu tak pernah sekali pun ditunjukkan kepadanya. Tawa bahagia itu tak pernah sekali pun tersaji saat bersama dengannya. Lalu, saat pria yang berstatus sebagai suami Sasi itu menyematkan kecupan di pipi dan kening Laras, runtuh sudah air mata Sasi.Istri mana yang tidak sakit hati melihat suaminya masih begitu mencintai wanita masa lalunya. Begitu pula dengan yang dirasakan Sasi. Namun, bisa apa dia jika sejak awal saja Sagara sudah mengatakan kebenciannya kepada sang istri.Usai melampiaskan tangisnya, Sasi segera menghapus air matanya, bang

  • Cinta Setelah Talak   15. Sepasang Kekasih

    Sagara langsung berdiri di samping ranjang sambil mengepalkan kedua tangannya. Wajah lelah yang sejak tadi tergambar telah berubah menjadi amarah. Suara dengkus napas kasar disertai gigi yang bergemelatuk menambah kesan bahwa pria itu sedang dalam mode sangat marah.Melihat sikap suaminya, Sasi ketakutan. Wanita itu menunduk sambil memilin jari. Lalu, melirik Sagara yang menyambar bantal dan berjalan menuju sofa.“Mas, kamu belum jawab pertanyaan aku tadi? Apa kamu tadi bertemu dengan Laras?”Sagara menoleh sekilas sebelum berbaring di sofa dengan posisi membelakangi ranjang. Melihat itu, Sasi tahu bahwa suaminya enggan untuk membahas masalah yang berkaitan dengan Laras. Wanita itu meremas kuat selimut. Lagi, pengabaian yang diberikan sang suami menggoreskan luka di hatinya.“Seberapa berarti dia bagimu, Mas? Bahkan kehadiranku saja tidak mampu mengubah kuatnya cinta yang tertanam di hatimu untuknya.”Sasi menatap sendu punggung sang suami. tampak napas yang teratur menandakan ba

  • Cinta Setelah Talak   14. Menemukannya

    “Apa yang kamu lakukan, Sasi!”Sagara mendadak mendekat dan langsung menyambar ponsel yang masih dipegang oleh Sasi. Lalu, menjauh dan kembali mendengarkan sang penelepon dengan wajah merah menahan amarah. Pria itu hanya mengangguk sekali sebelum mematikan panggilan dan menghampiri istrinya.“Jangan pernah lagi angkat telepon milikku, Sasi!”Sagara mendengkus kesal sebelum berlalu meninggalkan kamar dengan membanting pintu. Sasi terlonjak kaget dan menggeleng lemah melihat sikap suaminya itu. Sekejap mata, ucapan sang penelepon kembali terngiang di telinga.“Kalau benar apa yang dibilang orang tadi, berarti Laras sekarang ada di ....” Sasi membekap mulut karena tak sampai hati meneruskan ucapannya sendiri. Dia langsung terduduk lemas di sofa dan menatap hampa tembok di depannya. “Apakah Mas Saga akan menemuinya juga setelah tahu apa yang terjadi kepada Laras?”Sasi menggeleng berulang kali sebelum menghela napas panjang. Dia tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Sejak awal juga

  • Cinta Setelah Talak   13. Kabar Mengejutkan

    Bukannya menjawab pertanyaan sang istri, Sagara malah berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan keluar sepuluh menit kemudian. Merasa diabaikan, Sasi kembali melontarkan kalimat pertanyaan yang sama kepada suaminya.“Dari mana kamu tadi, Mas?”Sagara menghentikan sementara kegiatan memakai bajunya saat mendengar suara Sasi. Namun, dia kembali meneruskan memakai baju sebelum mengempaskan tubuh ke ranjang dan membuka ponselnya.“Bukan urusan kamu. Lebih baik kamu nikmati saja liburan di sini dan jangan ikut campur urusanku lagi.”Sasi terkejut mendengar ucapan bernada dingin yang dilontarkan suaminya. Dia langsung menunduk saat melihat sang suami melayangkan tatapan benci. Lalu, memilih untuk ke balkon dan duduk sambil menikmati embusan angin malam yang sedikit menyejukkan.Sasi memejamkan mata saat ucapan Sagara kembali terngiang di telinga. Sudah sebulan lebih, tetapi sikap sang suami masih saja sama, dingin. Pria yang bergelar suami itu hanya akan datang dan sedikit ber

  • Cinta Setelah Talak   12. Pergi Liburan

    Sasi membuka mata saat merasakan gedoran di pintu disertai teriakan memanggil namanya. Dia beringsut duduk dan langsung membungkus tubuhnya dengan handuk kimono sebelum membuka pintu. Melihat Sagara berdiri di ambang pintu dengan wajah dingin, Sasi menunduk dan hendak berlalu. Namun, nyeri yang membebat kepala membuatnya terhuyung dan hampir saja ambruk. Untung saja, Sagara sigap menangkap dan membopongnya ke kamar. Lalu, membaringkan tubuh dingin sang istri ke ranjang dan menyelimutinya.“Kalau enggak mau pergi bilang, enggak usah pakai acara menyakiti diri seperti ini. Kamu kira aku akan kasihan? Enggak!”Sagara langsung keluar kamar tanpa memedulikan Sasi yang menatap dengan dada berdentam lara. Tak berselang lama, pintu kembali dibuka. Namun, bukan Sagara yang masuk melainkan Bi Minah sambil membawa nampan berisi makanan dan minuman serba mengepulkan asap.“Mbak Sasi kenapa? Kata Mas Saga, Mbak Sasi sakit, ya? Ini Bibi bawakan wedang jahe sama sup ayam. Mumpung masih hangat, ce

  • Cinta Setelah Talak   11. Batin yang Luka

    Sasi hampir saja menjawab pertanyaan Bani saat seorang dosen masuk dan segera berdiri di depan kelas. Dia menatap tajam Bani yang masih duduk di depan Sasi, kemudian berdeham. Barulah pria yang duduk di depan Sasi itu segera bangkit dan keluar kelas.Untuk sesaat, Sasi merasa lega. Jujur, dia belum mau membuka jati dirinya karena sikap sang suami. Andai Sagara bisa lebih mencintainya, dia pasti dengan bangga akan memamerkan statusnya sebagai seorang istri. Namun, keadaannya tidaklah demikian. Sehingga Sasi memilih untuk menyimpan rapat statusnya sampai sikap Sagara melunak.Sepanjang penjelasan materi yang diberikan sang dosen, Sasi mendengarkan dan mencatat hal-hal yang penting. Dia tidak ingin melewatkan satu kesempatan dan harus mendapatkan nilai yang memuaskan agar kelak bisa mandiri dan berdiri di kaki sendiri.Usai kuliah hari itu berakhir, Sasi segera menghubungi Pak Karsa untuk dijemput. Lalu, duduk di lobi sambil membaca ulang materi yang diterimanya hari ini hingga tak me

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status