Share

Bab 4. Tidak becus dalam apa pun!

"Sh*t!" teriak Zavier dengan marah. Dilemparnya telepon genggam ke atas ranjang.

"Wanita sial itu bahkan tidak menghidupkan ponselnya!" Dengan gusar, Zavier menghempaskan pantatnya ke atas kasur yang dingin itu.

Perasaannya galau dan kedua matanya penuh sklera merah, menandakan pria itu sangat gusar dan tidak tahu harus berbuat apa.

Sesaat kemudian, dia meraih kunci mobil lalu melangkah keluar dari rumah dengan tujuan ingin mencari Nayla.

Sementara Nayla sudah sampai di depan rumah kecilnya. Rumah yang dibeli oleh Xander, mertuanya yang baik hati.

Rumah kecil itu hanya memiliki dua kamar kecil dengan masing-masing ranjang single bed dan salah satu kamar ditempati oleh sang adik yang merawat dirinya sendiri.

"Kakak?" Nadira menyambut sang kakak yang terlihat sedikit pucat dan lelah.

Nayla hanya tersenyum lalu memeluk sang adik. Air mata kembali mengalir membasahi pipinya.

"A-apa yang terjadi? Mengapa tidak menelepon?"

Nadira sangat gusar dengan keadaan Nayla yang terlihat seperti sedang terguncang jiwanya. Dengan segera dia menuntun sang kakak menuju ke dalam rumah dan menyajikan minuman hangat.

Segelas air hangat mampu menenangkan perasaan Nayla saat itu. Setelah mengatur napasnya beberapa kali, Nayla baru mulai bercerita. Sementara Nadira menatap sang kakak dengan tatapan penuh pertanyaan.

"Zavier berselingkuh dan semua sudah jelas. Tidak ada alasan bagiku untuk bertahan di sana ... " Nayla menghentikan kalimatnya dan menyambungnya dalam hati, "... dan menjadi pembantunya serta tempat pelampiasan ... "

Nayla menangkupkan kedua tangannya menutupi wajahnya, betapa kesal hatinya saat itu.

"Kak, kamu sudah menyelidikinya dengan benar?" Tentu saja Nadira berharap kakaknya tidak gegabah.

Dengan helaan napas berat, Nayla mengeluarkan dua lembar struk yang berhasil didapatkannya lalu menyodorkannya kepada Nadira.

"Struk pertama adalah struk pembelian barang berharga senilai ratusan juta. Aku berharap dia membeli sesuatu untukku, tetapi dari tanggal struk itu sudah berlalu setengah tahun dan aku tidak menerima apa pun." Suara Nayla terdengar parau dan tertekan.

"Struk kedua, adalah struk check-in hotel, atas nama Sefia."

Nadira menatap struk yang dipegangnya, wajahnya yang pucat semakin pucat karena dia sendiri tidak berada dalam kondisi sehat.

"Sefia adalah?"

Nayla menatap Nadira lalu menggangguk. "Dua tahun yang lalu, saat Zavier terbangun, wanita itu ... entah bagaimana caranya, sedang berada di sana, sehingga Zavier mengira dia yang merawatnya selama koma. Sementara aku ... "

Nayla kembali mengusap air mata yang turun, membasahi pipinya yang putih.

"Kakak ... Maafkan Nadira, karena aku ... Kakak harus menjalani pernikahan yang seperti ini," ucap Nadira dengan mata berkaca-kaca lalu memeluk sang kakak.

"Tidak, Sayang. Bukan salahmu. Zavier yang salah. Dia tidak pernah menghargai aku sementara aku ... aku begitu mencintainya," sahut Nayla dengan kedua mata berkaca-kaca.

Langkahnya sudah mantap, penceraian adalah sebuah jawaban atas apa yang harus dia lakukan. Dia tidak bisa menerima pada saat suaminya sudah melangkah terlalu jauh.

Bayangan wanita lain bermanja-manja di atas ranjang bersama suaminya sangat membuat hatinya terluka. Belum lagi bayangan bagaimana wanita itu dimanjakan Zavier dengan sentuhan yang lembut sementara Zavier tidak pernah memperlakukannya dengan penuh cinta, melainkan pemaksaan dan rasa sakit yang selalu diterimanya atas tuntutan Zavier hampir setiap saat.

Tubuh dan bathinnya sudah sangat lelah sebagai seorang wanita. Dia tidak bisa menjalani kehidupan seperti ini lagi. Dia merasa harus bangkit dan berjuang, serta membuktikan bahwa perkataan Zavier adalah salah!

Dia tidak akan mengemis kepada keluarga Abraham lagi!

Malam semakin dingin dan kedua Kakak Beradik itu menangis sesunggukkan dan menghabiskan waktu malam bersama sampai pagi dengan saling bercerita.

Nayla membentangkan selimut di atas lantai untuk tidur sekamar dengan sang adik.

Sementara di kota Jakarta yang padat, sebuah mobil Bently hitam masih mengelilingi Jakarta tanpa tujuan yang jelas.

Zavier sudah mencari semua teman Nayla yang masih berhubungan dengan istrinya itu. Namun, tidak ada yang mengetahui tentang rencana Nayla sama sekali, apalagi mengenai keberadaannya.

Dengan lesu, Zavier kembali ke rumah yang kosong dengan tatapan hampa. Tidak ada yang membukakan pintu atau pun menyapa.

Drrt Drrttt.

Telepon genggam Zavier berdering terus, tetapi pria itu hanya menatap layar ponselnya dengan tatapan dingin. Nama Sefia Putri muncul di layar yang berkedip berulang kali, tetapi pria itu tidak berniat berbicara dengan siapa pun saat ini.

Zavier melangkah ke kamar mandi untuk membiarkan air hangat membasahi dirinya, tetapi entah kesialan apa yang dia alami, karena hanya air dingin yang keluar.

"Nayla! Air panas tidak keluar! Ini dingin sekali!" teriak Zavier tanpa sadar.

Zavier mematung di kamar mandi setelah menyadari keabsenan dari Nayla. "Sh*T! ini dingin sekali!"

Hat chii !!!

Zavier memutuskan tidak jadi mandi walau tubuhnya sempat basah. Pria itu segera keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggangnya.

"Mana kemeja tidu ... "

Hening !!!

Zavier menatap sekeliling kamar yang kosong. Biasanya kemeja tidur sudah ada di atas ranjang setiap dia selesai mandi. Hal ini kembali membakar emosinya.

"Sok sekali dia! Lihat bagaimana saat aku menemukannya nanti!" geram Zavier lalu segera berlari kecil ke arah lemari dan mengambil pakaian tidur.

"Sh*t !!! Di mana celana dalamku!"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
MJ Mie
terbaik novel saya suka
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status