Home / Romansa / Cinta Tanpa Jeda / Bab. 7 Black Forest Spesial

Share

Bab. 7 Black Forest Spesial

Author: Riska Karisha
last update Last Updated: 2021-02-13 12:04:04

Hari pun telah berganti. Minggu pun telah berlalu. Tak terasa Natasha sudah dua bulan bekerja di restoran itu. Ia pun bekerja dengan sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab. Sebab, Natasha tidak mau mengecewakan Pak Haji Boim dan Bosnya, Pak Haji Mahmud. Makanya, Natasha selalu bekerja dengan sepenuh hatinya. Apalagi hari ini, hari yang sudah ditunggu oleh Natasha dan semua karyawan di restoran Leckeres Essen sejak satu bulan yang lalu. Jadi, semua karyawan bekerja dengan lebih giat dan semangat.

Begitu pula dengan Natasha. Dengan berjalan tegak ia membawa nampan berisi dua porsi Apfelstrudel dan satu porsi Falscher Hase. Padahal, waktu sudah menunjukkan pukul pukul sembilan malam dan ia sudah menggunakan tenaganya sejak tadi pagi. Namun, entah kenapa semangatnya masih berkobar seperti saat bangun tidur saja. Maklum lah, sebentar lagi ia akan gajian. Serta di pikirannya sudah terbayangkan apa yang akan dibeli untuk Karen. 'Udah lama juga gue nggak beliin Karen kue Black Forest kesukaannya. Dan, kayaknya di toko roti di depan masih buka sampai jam sepuluh. Kalau gitu, ntar gue mampir bentar deh. Karen pasti suka,' batin Natasha sambil terus berjalan menuju meja pelanggan terakhir restoran ini.

"Selamat malam, Mas dan Mbak. Ini pesanannya. Silahkan dinikmati,"  ujar Natasha sambil memindahkan ketiga pesanan di atas nampannya ke meja di depan ketiga remaja itu.

"Terima kasih ya, Mbak," kata ketiganya serempak.

"Iya. Sama-sama," balas Natasha sebelum berlalu dari tempat itu.

Baru saja melewati pintu dapur. Ternyata teman-temannya yang lain sedang mengintip di balik pintu.

"Eh, Mbak Kayla. Bikin aku kaget saja," kata Natasha sambil memegangi dadanya yang hampir copot. Saking kagetnya melihat wajah rekan kerjanya itu berada tepat di balik pintu.

"Hehe. Itu pelanggan terakhir, kan? Nggak ada yang masuk lagi?" tanya Kayla dengan antusias.

"Enggak ada, Mbak. Itu yang terakhir," balas Natasha singkat. Sambil menggelengkan kepalanya beberapa kali.

"Syukurlah. Semoga cepet pergi deh. Jam segini baru nyari tempat nongkrong. Dia pikir kita nggak cape udah kerja seharian," gerutu Kayla sambil menatap sebal ketiga orang yang sedang asyik makan sambil cekikikan itu.

"Iya, Mbak. Aku juga udah kepikiran Karen. Kasihan dia jam segini aku belum pulang," sahut Natasha dengan nada sedih.

"Tau' tuh. Anak muda jaman sekarang. Memang semaunya sendiri aja. Tau gitu, tadi kamu bilang aja resto ini sudah tutup," ujar Kayla. Kedua wanita itu pun masih sibuk menatap para remaja tadi lewat kaca kecil yang ada di tengah-tengah pintu dapur. Sampai-sampai mereka tidak sadar. Jika, Bu Rosalin, istri Pak Haji Mahmud. Sudah berada di belakang kedua wanita yang jauh lebih muda darinya itu. Beberapa karyawan lain yang berdiri tak jauh dari mereka berdua pun berusaha memberitahu mereka dengan memberi kode,tapi bukannya menoleh. Kayla malah masih terus menerus mengomel tak jelas. Sedangkan Natasha hanya diam saja tak berkomentar.

"Tuh, kan. Mereka masih ngobrol aja. Pasti kita pulang setelah mereka pergi nih. Males banget deh. Harusnya kan kita udah gajian dan hampir sampai rumah," cerocos Kayla. 

"Ehems…." Tiba-tiba Bu Rosalin pun berdehem cukup keras. Dan langsung membuat Natasha dan Kayla terlonjak kaget. Keduanya pun langsung menoleh.

"Eh, Ibu Bos," ucap Natasha dan Kayla bersamaan. 

"Sudah lama, Bu disitu?" tanya Kayla pada istri Bosnya itu sambil nyengir kuda. Walau Kayla yakin Bu Rosalin tidak akan marah padanya. Namun, tetap saja ia merasa tidak enak.

"Kamu udah pengen pulang ya?" tanya Bu Rosalin dengan senyum manisnya. Membuat Kayla semakin gelagapan dan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Ya, sudah sana pulang. Saya izinkan kamu pulang lebih dulu ketimbang yang lain," tambahnya dengan ekspresi yang lebih serius.

"Hehe. Enggak dong Bu. Saya pulang bareng yang lain saja. Biar keliatan kompak. Hehe," balas Kayla sambil cengar-cengir nggak jelas.

"Bilang saja kamu nungguin ini dulu," kata Bu Rosalin sambil menunjukkan sebuah amplop coklat yang ada di tangannya.

"Hehe. Iya, sih Bu," balas Kayla malu-malu.

"Ya, sudah. Ini buat kamu." Bu Rosalin pun memberikan salah satu amplop itu. Kayla pun langsung menyambutnya dengan girang.

"Beneran, Bu. Makasih ya."

"Iya. Ini untuk kamu Natasha," kata Bu Rosalin sambil memberikan amplop lain kepada Natasha.

"Terima kasih, Bu," balas Natasha pada Ibu Rosalin yang sedang membagikan amplop-amplop yang sama pada yang lain.

"Kalau gitu kalian boleh pulang sekarang," ujar Bu Rosalin yang kembali membuat girang para karyawannya.

"Beneran, Bu. Tapi, di depan kan masih ada pelanggan. Nanti yang beresin siapa?" tanya Natasha.

"Udah. Nggak usah khawatir. Nanti biar saya yang beresin. Kalian pulang saja sekarang. Ini sudah malam."

"Baik, Bu. Terima kasih," ucap para karyawan serempak. Lalu mereka pun menyalami Bu Rosalin satu per satu sebelum pulang. Persis seperti anak SD yang mau pulang sekolah. Disini Bu Rosalin dan Pak Haji Mahmud memang tidak menganggap mereka sebagai pegawai, tapi lebih menganggap sebagai anak mereka sendiri. Makanya mereka selalu memperlakukan semua karyawannya dengan baik.

Natasha keluar dari restoran itu bersama Kayla. Mereka pun berbincang-bincang dengan akrab seperti teman lama saja. Padahal, sebenarnya mereka belum lama saling kenal. 

"Saya mau beli Black Forest kesukaan Karen. Kayaknya, toko depan masih buka nggak ya," ucap Natasha sambil terus berjalan beriringan dengan Kayla.

"Kayaknya masih deh. Coba loe liat aja. Tapi, sorry nih gue nggak bisa nganterin elo. Ada urusan lain. Hehe," balas Kayla sambil menunjukkan ponsel pintarnya yang menyala.

"Iya, deh. Gue tau kalau elo mau ketemuan sama pacar. Hati-hati ya. Jangan pulang malam-malam. Orang pacaran banyak godaan," sahut Natasha mengingatkan.

"Siap, Kakak. Omongan elo ah udah kaya orang tua aja," timpal Kayla pada sosok teman yang usianya selisih lima tahun itu. Yap! Walau wajah Natasha dan Kayla sama-sama masih imut-imut. Namun, kenyataannya mereka selisih umur cukup banyak.

"Emang gue udah tua, kan?"

"Iya juga sih. Eh, ya udah. Gue duluan ya. Tuh, pacar gue udah dateng," pamit Kayla sambil ber dadah-dadah ria ke arah Natasha.

"Dagh," balas Natasha sambil membalas lambaian tangan teman dekatnya itu. Setelah Kayla benar-benar pergi. Natasha pun menghembuskan nafas beratnya. Huft. 'Sendirian lagi deh. Tapi, nggak papa. Gue harus beli Black Forest lalu cepat pulang,' batin Natasha sambil berjalan ke sisi kiri. Tak jauh dari tempatnya bekerja memang terdapat sebuah toko kue cukup besar dan buka sampai malam.

Kira-kira jarak toko itu tinggal beberapa meter. Natasha sudah dapat melihat sosok sang pemilik toko sedang menutup pintu toko kuenya. Oleh sebab itu Natasha pun segera berlari secepat yang ia bisa.

"Pak. Pak. Saya mau beli kue Black Forest. Apakah masih ada?" tanya Natasha setelah bisa mendekati sang pemilik toko. Lelaki paruh baya itu pun menghentikan gerakannya untuk mengunci pintu rolling door toko.

"Masih ada sih. Cuma tokonya sudah saya tutup. Kalau besok saja gimana?"

"Saya mohon, Pak. Saya sudah janji dengan anak saya. Kalau sudah gajian saya mau beliin dia Black Forest kesukaannya. Untuk mengganti kue ulang tahunnya yang sudah lewat. Bukain ya, Pak. Saya mohon," ucap Natasha dengan tangan yang ia tangkupkan di depan dada.

**************

Natasha berjalan dengan riang menuju kosannya yang berjarak tak begitu jauh dari restoran tempatnya ia bekerja. Di tangannya sudah menenteng sebuah kotak berisi kue Black Forest kesukaan Karen.

"Pasti Karen bakalan seneng banget nih. Aku bawain kue ini pulang," gumam Natasha sambil mengangkat bungkusan tadi sampai ke depan wajahnya. Lalu Natasha pun melanjutkan jalannya dengan lebih semangat. Tak sabar melihat gadis kecilnya itu tersenyum bahagia. Karena ia sudah membawakan kue kesukaannya. Namun, seketika langkah Natasha melambat. Keningnya pun berkerut sempurna. Ketika matanya menatap pintu kosannya yang sudah terbuka lebar dan dipenuhi banyak orang.

"Karen?!!" teriak Natasha sambil melepaskan bungkusan yang ditenteng di tangannya. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Tanpa Jeda   Bab. 34 Berangkat Bareng Jo

    Pagi itu Natasha masuk ke dalam ruang makan untuk mengambil jatah makanannya. Namun, mendadak langkahnya terhenti saat melihat Jo tengah melahap sarapannya dengan begitu nikmat. Natasha yang teringat akan kejadian semalam jadi merasa canggung. Makanya ia memilih memutar badannya untuk segera meninggalkan tempat itu."Natasha," panggil Jo yang sudah melihat wanita itu duluan sebelum badannya berhasil pergi. Natasha pun tak punya pilihan lain selain menoleh."Ada apa?" tanya Natasha dengan suara bergetar."Bukannya loe selalu sarapan sebelum berangkat ke sekolah. Kenapa loe malah pergi?" sindir Jo."Ehms…. Gue… gue cuma mau liat Eriko. Kayaknya dia udah jemput gue di luar. Jadi, gue mau langsung be

  • Cinta Tanpa Jeda   Bab. Gadis Penolong

    "Heh. Gue nggak mau! Kalau dia udah nggak kuat punya murid kayak gue. Ngundurin diri aja. Gampang kan?" Jo kembali berjalan ke arah yang sama. Dan pada detik itu pula, Natasha kembali menarik kerah baju Jo dengan cukup kuat. Saking kesalnya.Jo pun melangkah mundur beberapa langkah. Dan tanpa disadari kakinya sudah melewati batas kolam renang. Sedetik kemudian….Byur!!! Tak bisa dielakkan lagi. Jo pun terjatuh ke dalam kolam renang itu."To… tolong!!! Tolong!!! Gue nggak bisa berenang!!" teriak Jo sambil berusaha mengangkat kepalanya ke permukaan air."Heh. Loe pikir gue bodoh. Loe punya kolam renang, tapi nggak bisa berenang. Ck. Ck. Ck. Kali ini loe bener-bener pinter ngeles." Natasha membalikkan badannya lalu berniat pergi. Tetapi, langk

  • Cinta Tanpa Jeda   Bab. 32 Gara-gara Menang Tantangan

    Pulang dari sekolah Natasha tak langsung pulang. Ia menyempatkan diri untuk menjenguk Karen di rumah sakit khusus jantung yang baru beberapa minggu ini merawat Karen. Natasha merasa senang melihat kondisi Karen yang jauh lebih baik dari pertemuan terakhir mereka beberapa hari lalu."Gimana enak?" tanya Natasha saat melihat sang anak memakan sate lontong Madura yang dibawanya. Karen langsung mengangguk mantap."Enak banget Bunda. Karen suka," balasnya dengan mulut penuh. Senyum Natasha semakin mengembang. Tangan kanannyanya terulur untuk mengacak rambut putri semata wayangnya itu."Kalau lagi makan, jangan sambil ngomong ya sayang. Nanti kamu tersedak." Natasha mengingatkan dengan pelan. Karen pun segera mengunyah lalu menelannya dengan cepat.

  • Cinta Tanpa Jeda   Bab. 31 Pertandingan yang Menegangkan

    Jo berdiri tegap di tengah-tengah lapangan basket. Kedua tangannya melipat di depan dadanya yang bidang dan terlihat kokoh. Wajahnya yang putih bersih dan berkharisma, menunjukkan raut wajah siap mengalahkan lawan tandingnya. Sedangkan mata elangnya, menatap lurus sosok wanita berbusana formal dengan blazer dan celana katun yang berwarna sama dengan guru-guru di sekolahan ini.Di seberang sana Natasha berdiri dengan raut wajah tak kalah serius. Matanya yang bening menatap Jo dari balik kacamata tebal. Sementara kedua tangannya juga terlipat di depan dada."Bu. Bu Natasha yakin, beneran bisa main basket?" tanya Bu Elena tepat di depan telinga Natasha. Wanita yang terlihat anggun dengan rambutnya yang digelung itu pun menoleh."Bu Elena nggak usah khawatir. Saya sudah berlatih cukup keras," balas Natasha sambil men

  • Cinta Tanpa Jeda   Bab. 30 Dijemput Eriko

    Pagi ini Jo mengemas dirinya dengan begitu rapi. Entah mengapa ia ingin sekali tampil maksimal di pertandingannya dengan Natasha nanti. Saat sedang menyisir rambutnya sambil bersiul-siul riang. Tiba-tiba di benaknya terlintas sesuatu."Ehms…. Apa nanti gue pura-pura kalah aja ya sama Natasha?" gumamnya sambil mengetuk-ngetukkan sisir ke dagunya yang terbelah. Senyumnya pun mengembang saat ia teringat kejadian semalam.Tin…. Tin….Senyuman Jo pun menghilang saat mendengar sebuah klakson mobil berada tak jauh dari rumahnya. Segera Jo pun mendekati jendela. Disibaknya tirai yang masih menghalangi sinar mentari masuk ke dalam kamarnya."Mobil siapa itu?" tanya Jo pada dirinya sendiri. Matanya pun me

  • Cinta Tanpa Jeda   Bab. 29 Malam yang Mendebarkan

    Tepat pukul sebelas malam Natasha baru saja sampai di rumah Jo. Badannya terasa sangat letih sekali. Sampai-sampai jalannya pun sempoyongan tak tentu arah. Untung saja ia membawa kunci sendiri. Jadi, dia bisa pulang sewaktu-waktu. Krek! Krek! Krek! Natasha memutar kunci itu di dalam lubangnya. Hingga tak butuh waktu lama pintu pun langsung terbuka lebar dan menampakkan kegelapan ruangan karena semua lampu sudah dimatikan.Sejenak Natasha menahan langkahnya. Tiba-tiba saja rasa takut menggelayuti wanita berparas cantik itu. Bahkan, bulu kuduknya berdiri seketika. Dan reflek tangan kanannya pun mengusap tengkuknya begitu saja. 'Aduh. Kok gelap banget ya,' batinnya sambil mengedarkan pandangannya ke dalam ruangan. Huft. Ia pun menghembuskan nafas beratnya."Nggak ada papa, Natasha. Jangan takut! Nggak punya uang itu hal yang lebih

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status