Bagi seorang Natasha Azalea hidup menderita adalah hal yang biasa. Hinaan dan cercaan orang-orang di sekitarnya akan kejadian perselingkuhan yang sama sekali tidak pernah dilakukannya sudah menjadi makanan sehari-hari. Namun, satu hal yang tidak pernah bisa ia terima di dunia ini, yaitu penyakit bawaan sang anak. Sang anak tercinta, Karen Aleana Zulfikar. Harus mengidap penyakit jantung bawaan sejak lahir dan membutuhkan biaya besar untuk setiap pengobatan agar Karen tetap bisa bertahan hidup. Makanya, apapun Natasha lakukan demi kesembuhan sang anak yang entah sampai kapan. Dengan bantuan Shelin Natasha pun bisa menjadi guru BP di SMA Bunga Bangsa. Namun, adanya Jonathan Alfarezi. Siswa bandel yang sering membuat ulah. Membuat posisi Natasha di sekolah tersebut terancam. Mampukah Natasha bertahan menjadi guru BP di SMA Bunga Bangsa? Bagaimana ia menghadapi Jonathan si anak bandel?
View MoreTap. Tap. Tap. Bunyi langkah mantap seorang wanita menapaki sebuah koridor hotel. Kakinya yang jenjang terlihat sempurna dengan high heel maroon yang terlihat sangat kontras dengan warna kulitnya yang putih bersih. Di badannya sebuah dress berwarna senada membalut sempurna tubuh rampingnya yang seperti gitar Spanyol. Walaupun tinggi wanita itu hanya seratus empat puluh sembilan. Namun, tak menyurutkan kecantikan yang terbentuk di wajahnya yang tampak seperti gadis belasan tahun itu.
"Seribu delapan ratus empat puluh satu. Seribu delapan ratus empat puluh dua…," gumam wanita itu membaca setiap nomor yang ada di atas pintu hotel yang berjejeran. Dengan tangan terangkat menunjuk satu per satu angka-angka yang tersedia. "Nah, ini dia. Seribu delapan ratus empat puluh tiga," soraknya bahagia. Ia pun melirik gawai yang ada di tangan kanannya. Dimana sebuah pesan dari sang suami tercinta. Nampak memenuhi layar datar itu. 'Seribu delapan ratus empat puluh tiga. Angka yang sangat istimewa untuk kita berdua, Mas. Karena di tahun dua ribu delapan belas, bulan keempat dan tepat di tanggal tiga. Kamu meminangku dengan akad di depan penghulu dan almarhumah Papa dulu,' batin wanita itu sambil menggosok pelan cincin yang melingkar di jari manisnya.
Senyumnya pun mengembang indah di bibir tipisnya. 'Terima kasih kamu masih bersikap romantis sampai hari ini, Mas,' batinnya lagi sebelum akhirnya ia mengangkat tangan kanannya untuk mengetuk pintu di depannya.
Tok. Tok. Tok. Bunyi pintu kayu itu saat bersentuhan dengan tangan wanita itu pelan. Cekrek! Pintu pun terbuka lebar tanpa ada sosok yang nampak membukakannya. 'Ini, pasti kejutan dari Mas Zul,' batin wanita tadi sambil tersenyum. Tanpa pikir panjang wanita itu pun berjalan menerobos pintu yang sudah terbuka sebagian itu. Dan aroma semerbak bunga mawar pun langsung tercium memenuhi ruangan itu. Saat kedua mata sang wanita menatap lurus tempat tidur ukuran big size di tengah ruangan yang sudah dihiasi bunga mawar membentuk hati.
Blak! Si lelaki yang bersembunyi di belakang pintu pun menutup pintu itu pelan. Kemudian saat sang wanita sedang mengagumi hiasan bunga di atas ranjang hotel yang sudah ia pesan. Perlahan lelaki itu mencabut kunci kamar lalu menyimpannya di bawah keset. Seringai lebar pun terbentuk di bibir lelaki tersebut. Ketika ia berjalan mendekati si wanita tadi.
"Kamu suka bunga-bunga itu, Sayang?" ucap lelaki itu sambil memeluk erat si wanita dari belakang. Sontak wanita itu pun kaget. Mendengar suara yang sudah tidak asing itu bukanlah suara sang suami tercinta.
"Mas Samuel? Apa yang kamu lakukan di sini? Lepaskan aku!!" kata si wanita sambil berusaha melepaskan pelukan lelaki yang ia kenal sebagai sahabat suaminya di kantor.
"Kenapa harus aku lepaskan? Nikmati sajalah, Nat. Aku akan membawamu ke angkasa raya malam ini. Hahaha," balas lelaki yang dipanggil Samuel itu dengan tertawa girang. Kemudian lelaki itu pun menyeret tubuh si wanita ke arah tempat tidur. Lalu menghempaskan tubuh itu begitu saja ke atas tempat tidur. Sampai-sampai tubuh kecil wanita itu sedikit terpantul saat mendarat di atas kasur yang empuk.
Segera wanita itu bangkit lalu berlari ke sudut kamar yang lain.
"Jangan Mas. Jangan!!! Saya mohon jangan lakukan itu terhadap saya. Ingat, Mas. Saya ini istri temanmu sendiri," rengek si wanita itu terus menerus.
"Hahaha. Jangan sungkan-sungkan kepadaku, Nat. Aku akan bermain lebih baik daripada suamimu," ujar lelaki itu sambil meloncat ke arah si wanita berdiri. Lalu dengan sigap ia pun memeluk tubuh wanita itu tanpa memberi jeda agar wanita yang ia panggil Nat itu melakukan perlawanan.
"Mas Sam. Aku mohon sadarlah, Mas. Sadar," ucap si wanita sambil terus berontak.
"Hahahaha." Bukannya memiliki rasa iba. Lelaki tadi malah semakin mempererat pelukannya. Wanita tadi pun terus meronta-ronta hingga akhirnya tubuh keduanya terjatuh ke atas kasur.
Blak!!! Belum sempat keduanya beranjak. Beberapa orang sudah membuka pintu kamar itu dengan tiba-tiba.
"Natasha!!!" seru salah seorang lelaki diantara mereka.
*********************@************************
Hai. Hai. Hai. Sebelum melanjutkan cerita ijinkanlah saya memperkenalkan diri ya teman-teman. Nama pena saya Riezka Karisha. Saya penulis baru di Goodnovel. Jadi, masih sangat awam. Hehe. Hanya dengan dukungan dari teman-teman yang membuat saya bersemangat menulis. So, jangan lupa krisannya di kolom review ya teman-teman. Saya tunggu lho! Terima kasih sudah mampir…. Muach!
Pagi itu Natasha masuk ke dalam ruang makan untuk mengambil jatah makanannya. Namun, mendadak langkahnya terhenti saat melihat Jo tengah melahap sarapannya dengan begitu nikmat. Natasha yang teringat akan kejadian semalam jadi merasa canggung. Makanya ia memilih memutar badannya untuk segera meninggalkan tempat itu."Natasha," panggil Jo yang sudah melihat wanita itu duluan sebelum badannya berhasil pergi. Natasha pun tak punya pilihan lain selain menoleh."Ada apa?" tanya Natasha dengan suara bergetar."Bukannya loe selalu sarapan sebelum berangkat ke sekolah. Kenapa loe malah pergi?" sindir Jo."Ehms…. Gue… gue cuma mau liat Eriko. Kayaknya dia udah jemput gue di luar. Jadi, gue mau langsung be
"Heh. Gue nggak mau! Kalau dia udah nggak kuat punya murid kayak gue. Ngundurin diri aja. Gampang kan?" Jo kembali berjalan ke arah yang sama. Dan pada detik itu pula, Natasha kembali menarik kerah baju Jo dengan cukup kuat. Saking kesalnya.Jo pun melangkah mundur beberapa langkah. Dan tanpa disadari kakinya sudah melewati batas kolam renang. Sedetik kemudian….Byur!!! Tak bisa dielakkan lagi. Jo pun terjatuh ke dalam kolam renang itu."To… tolong!!! Tolong!!! Gue nggak bisa berenang!!" teriak Jo sambil berusaha mengangkat kepalanya ke permukaan air."Heh. Loe pikir gue bodoh. Loe punya kolam renang, tapi nggak bisa berenang. Ck. Ck. Ck. Kali ini loe bener-bener pinter ngeles." Natasha membalikkan badannya lalu berniat pergi. Tetapi, langk
Pulang dari sekolah Natasha tak langsung pulang. Ia menyempatkan diri untuk menjenguk Karen di rumah sakit khusus jantung yang baru beberapa minggu ini merawat Karen. Natasha merasa senang melihat kondisi Karen yang jauh lebih baik dari pertemuan terakhir mereka beberapa hari lalu."Gimana enak?" tanya Natasha saat melihat sang anak memakan sate lontong Madura yang dibawanya. Karen langsung mengangguk mantap."Enak banget Bunda. Karen suka," balasnya dengan mulut penuh. Senyum Natasha semakin mengembang. Tangan kanannyanya terulur untuk mengacak rambut putri semata wayangnya itu."Kalau lagi makan, jangan sambil ngomong ya sayang. Nanti kamu tersedak." Natasha mengingatkan dengan pelan. Karen pun segera mengunyah lalu menelannya dengan cepat.
Jo berdiri tegap di tengah-tengah lapangan basket. Kedua tangannya melipat di depan dadanya yang bidang dan terlihat kokoh. Wajahnya yang putih bersih dan berkharisma, menunjukkan raut wajah siap mengalahkan lawan tandingnya. Sedangkan mata elangnya, menatap lurus sosok wanita berbusana formal dengan blazer dan celana katun yang berwarna sama dengan guru-guru di sekolahan ini.Di seberang sana Natasha berdiri dengan raut wajah tak kalah serius. Matanya yang bening menatap Jo dari balik kacamata tebal. Sementara kedua tangannya juga terlipat di depan dada."Bu. Bu Natasha yakin, beneran bisa main basket?" tanya Bu Elena tepat di depan telinga Natasha. Wanita yang terlihat anggun dengan rambutnya yang digelung itu pun menoleh."Bu Elena nggak usah khawatir. Saya sudah berlatih cukup keras," balas Natasha sambil men
Pagi ini Jo mengemas dirinya dengan begitu rapi. Entah mengapa ia ingin sekali tampil maksimal di pertandingannya dengan Natasha nanti. Saat sedang menyisir rambutnya sambil bersiul-siul riang. Tiba-tiba di benaknya terlintas sesuatu."Ehms…. Apa nanti gue pura-pura kalah aja ya sama Natasha?" gumamnya sambil mengetuk-ngetukkan sisir ke dagunya yang terbelah. Senyumnya pun mengembang saat ia teringat kejadian semalam.Tin…. Tin….Senyuman Jo pun menghilang saat mendengar sebuah klakson mobil berada tak jauh dari rumahnya. Segera Jo pun mendekati jendela. Disibaknya tirai yang masih menghalangi sinar mentari masuk ke dalam kamarnya."Mobil siapa itu?" tanya Jo pada dirinya sendiri. Matanya pun me
Tepat pukul sebelas malam Natasha baru saja sampai di rumah Jo. Badannya terasa sangat letih sekali. Sampai-sampai jalannya pun sempoyongan tak tentu arah. Untung saja ia membawa kunci sendiri. Jadi, dia bisa pulang sewaktu-waktu. Krek! Krek! Krek! Natasha memutar kunci itu di dalam lubangnya. Hingga tak butuh waktu lama pintu pun langsung terbuka lebar dan menampakkan kegelapan ruangan karena semua lampu sudah dimatikan.Sejenak Natasha menahan langkahnya. Tiba-tiba saja rasa takut menggelayuti wanita berparas cantik itu. Bahkan, bulu kuduknya berdiri seketika. Dan reflek tangan kanannya pun mengusap tengkuknya begitu saja. 'Aduh. Kok gelap banget ya,' batinnya sambil mengedarkan pandangannya ke dalam ruangan. Huft. Ia pun menghembuskan nafas beratnya."Nggak ada papa, Natasha. Jangan takut! Nggak punya uang itu hal yang lebih
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments