Share

5. Nay

Penulis: Jana Indria
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-19 21:24:13

Pagi itu Ratna sudah selesai berdandan ala kadarnya, menggunakan kaos, celana panjang yang warnanya sudah tidak jelas, dan tas yang ia miliki sejak masih sekolah SMA dulu.

Sengaja Ratna duduk saja di atas kasur, tidak keluar kamar. Entah apa yang Rizal lakukan di luar sana, tidak ada panggilan atau pun gerakan yang memaksanya untuk ke luar kamar.

Hingga saat jam di atas pintu menunjukkan pukul sembilan pagi, Ratna keluar dari kamar setelah sebelumnya terdengar bunyi motor milik Rizal keluar dari pagar. 

Dengan susah payah, barang Rizal yang semalam sudah dimasukkan ke dalam tas besar, ia keluarkan dan diletakkan begitu saja di depan pintu kamar.  

Ratna mengunci kamarnya dan bergegas pergi dari rumah setelah sebelumnya mengamankan rumah dan menyalakan beberapa lampu.

Lima belas menit melakukan perjalanan dengan mengendarai mobil pedesaan, Ratna berhenti di sebuah ATM. 

Untung saja sepi, Ratna langsung masuk ke dalam melakukan transaksi kemudian keluar dengan wajah tampak sangat bahagia. 

Dengan tangan mendekap erat tas, Ratna melangkahkan kakinya menyusuri trotoar, dengan sedikit keringat yang mulai membasahi keningnya. 

Di depan sebuah salon yang tampak ramai pengunjung, Ratna menghentikan langkahnya dan membalikkan badan dengan ragu-ragu.

Ditatapnya pintu masuk salon itu dengan sorot mata yang tak bisa di artikan. 

Butuh waktu lima belas menit, untuk dirinya mengumpulkan keberanian. Hingga akhirnya tangan itu terulur, mendorong pintu berkaca lebar itu dan mengayunkan langkahnya masuk ke dalam.

"Ada yang bisa saya ban--" sambutan perempuan berseragam itu terhenti saat kepalanya mendongak ke arah tamunya yang baru masuk.

"Ratna!" Seru perempuan berpenampilan menarik itu dengan mata membulat indah.

"Nay ...." 

Perempuan yang Ratna sebut dengan Nay itu pun bangun dari kursinya. Dengan ekspresi bahagia yang teramat sangat, ia melangkah mendekat, dan langsung memeluk Ratna dengan hangat.

"Kok kamu ngilang sih, aku kangen tahu."

"Aku juga."

"Bohong, buktinya kamu nggak pernah mengabari kita."

"Maaf."

"Eh ... ada apa denganmu?" Nay menyipitkan pandangannya saat matanya menyapu penampilan sahabatnya dari atas ke bawah.

"Aku ...."

"Kamu nginap di tempatku kan? Please ...." Nay langsung memotong ucapan Ratna, dia sepertinya sangat bahagia dengan kedatangan Ratna.

Ratna menganggukkan kepalanya berulang kali, kemudian tersenyum saat melihat sahabatnya melonjak kegirangan seperti anak kecil.

"Kau duduklah dulu di sini, aku kerja sampai jam sebelas, ok!"

Lagi-lagi Ratna mengangguk dan melakukan apa yang Nay tadi suruhkan. 

Setelah melihat ke sekitar tempat kerja Nay, Ratna kemudian kembali tenggelam bersama benda pipih yang warnanya juga sudah tidak tampak aslinya.

"Ratna, ayo!"

Ratna mendongak, tanpa dia sadari Nay sudah berdiri di samping dengan tas menyelempang di bahunya.

"Nay, di sini ada lowongan kerja nggak?" tanya Ratna dengan suara agak ditekan.

"Untuk siapa?"

"Aku ...."

"Kamu? Serius?"

"Mmm ...."

Nay terdiam, matanya menatap penuh selidik ke arah Ratna yang tampak salah tingkah karena ditatap seperti itu. 

"Ayo ....!"

Nay langsung menarik tangan kanan Ratna masuk ke dalam ruang perawatan salon. 

"Duduk!" suruh Nay dengan tangan menunjuk satu kursi, tempat orang biasanya melakukan perawatan rambut.

"Aku? Serius kamu, Nay?" 

Melihat Nay mengangguk serius, Ratna akhirnya duduk dengan pasrah.

"Sebelum kau bertemu dengan bosku, kau harus berubah dulu biar nggak dekil-dekil amat."

"Nay ...!" seru Ratna dengan bola mata memutar, jengah karena ucapan Nay.

Nay sepertinya sudah tak perduli, dia sudah memegang rambut panjang milik Ratna dengan tangan kiri, dan gunting di tangan kanan.

Untung saja salon sudah mulai sepi, jadi tidak ada pelanggan yang harus marah karena tersisihkan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cinta Tanpa Tapi   105. Tamat

    "Sudah siap?" tanya Delon, pada Aldo yang memasukkan semua perlengkapan istri dan dirinya ke dalam tas ransel yang Mak bawa tadi dari rumah.Terlihat Aldo menganggukkan kepalanya sekilas. Menjawab pertanyaan Delon.Hari itu hari ke empat setelah Ratna bangun dari tidurnya, dan dokter yang menangani Ratna sudah memberikan izin untuk pulang."Pak Ri, yang tas itu, nanti tolong di bawa ke rumah, ya. Jadi kita cuma bawa tas yang ini aja."Aldo menunjuk tas yang lebih besar untuk di bawa pak Ri yang mengiyakan perintah majikannya, serta langsung membawa pergi setelah sebelumnya pamit lebih dulu pada Aldo dan Ratna."Nanti kau pakai saja mobilku, Do. Aku bisa pakai taxi online nanti."Delon menyodorkan tangannya yang sedang memegang kunci mobil."Terima kasih," ucap Aldo, tangannya ikut maju mengambil kunci yang disodorkan Delon."

  • Cinta Tanpa Tapi   104. Disa dan Denis

    Terlanjur, dokter Siska sudah memencet tombol di atas kepala Ratna, memberitahukan bahwa ada sesuatu yang terjadi pada pasien."Apa yang kau lakukan?" tanya Aldo yang masuk ke dalam ruangan dengan raut wajah marah. Tangannya mengepal menahan geram."A-aku ...." jawab Siska yang tergagap, kaget! Wajahnya pucat seketika."Bang ...."Seperti tak percaya Aldo mendengar Ratna memanggilnya, seketika itu juga ia menoleh ke arah istrinya dan baru menyadari kalau perempuan yang ia cintai sudah bangun dari tidur panjang."Yang ...."Aldo mendekat ke arah Ratna, menggenggam tangan istrinya erat, dan menciumi setiap inci wajah perempuan yang sangat ia cintai.Membuat dokter Siska seketika itu juga mundur perlahan menuju pintu.Hampir saja dirinya menabrak beberapa dokter dan perawat yang berdatangan mendekati Ratna, dan mem

  • Cinta Tanpa Tapi   103. Ti–ti–dak ....

    "Mas, baju yang mau di bawa yang mana?" tanya Mak siang itu.Mak sengaja di antar pak Ri untuk mengantarkan baju bersih yang akan di pakai Aldo, di rumah sakit. dan membawa balik baju yang sudah kotor untuk Mak cuci di rumah.Tanpa bicara, Aldo yang dengan wajah sangat menampakkan kesedihan, memberikan baju yang sudah ia lipat dalan paperbag yang lumayan besar pada Mak."Mbak gimana, Mas?" tanya Mak, dengan tangan terulur menerima paper bag dari Aldo."Masih tidur, Mak. Tolong doain, ya. Biar bisa cepat pulang ke rumah." Aldo sedikit tersenyum, senyum yang terlihat terpaksa."Iya, Mas. Saya dan Mak selalu berdoa semoga Mbak dan si kembar cepat pulang, biar rumahnya ramai." Pak Ri yang tadinya hanya terdiam mendengarkan, kali ini ikut membuka suara.Sudah sebulan lebih pasca kecelakaan, Ratna tak sadarkan diri. Terbaring lemah dengan beberapa

  • Cinta Tanpa Tapi   102. Yang terbaik ....

    "Apa tidak sebaiknya kalau kamu, aku antar saja, Yang?" usul Aldo saat melihat istrinya mengambil kunci mobil, pagi itu setelah sarapan bersama."Tidak usah, aku baik baik saja, kok!" jawab Ratna yang mendekat untuk mencium pipi, dan punggung tangan kanan suaminya."Tapi perutmu sudah tak memungkinkan untuk menyetir, Yang ...."Jelas saja Aldo sangat khawatir dengan kondisi Ratna, yang memaksa menyiapkan sendiri acara tujuh bulanan si kembar yang rencananya akan di laksanakan seminggu lagi."Perutku tidak masalah kok, Bang. Asalkan kau tidak lagi terlalu mempermasalahkan," ujar Ratna, yang terus melangkah melewati dapur menuju ruang garasi.Setelah sebelumnya meminta Mak untuk membuka pintu garasi dan juga pintu pagar.Sambil mengikuti istrinya dari belakang, Aldo hanya bisa mengambil nafas panjang dan mengembuskannya dengan kasar.&n

  • Cinta Tanpa Tapi   101. Gaya bumil (21+)

    Ratna terus mengulang pertanyaan yang sama hingga membuat dokter Agni sedikit gemas."Hei! Saya serius, Bu! Anda hamil. Selamat ya ...."Masih banyak lagi pesan yang dikatakan oleh dokter di depannya yang sedang membersihkan perut Ratna dari gel tadi. Namun, Ratna hanya bisa menangis sambil terus memandangi layar."Sekarang anda boleh berbalik ke kanan, baru kemudian bangun dengan perlahan," suruh dokter Agni pada Ratna yang ia ikuti."Benarkan apa yang aku bilang." Siska tersenyum sambil terus memainkan ponselnya."Memangnya dokter Siska bilang apa!" tanya dokter Agni yang kemudian pindah ke kursi miliknya dan menuliskan sesuatu di sana."Cuman minta traktiran kalau mereka berdua terbukti hamil," jawab dokter Siska, yang kemudian tertawa terbahak."Ah dokter Siska, ada ada saja!" seru dokter Agni, yang kemudian memberikan amplop co

  • Cinta Tanpa Tapi   100. Aku mandul!

    "Nay, kamu kenapa?" tanya Ratna, saat tangan membuka pintu di ruangannya.Ini hari pertama Ratna kembali ke kafe setelah dua hari menemani Aldo di rumah."Aku nggak tahu, mungkin masuk angin," jawab Nay, wajahnya basah, dan terlihat menahan sesuatu yang sepertinya akan keluar dari mulut Nay."Kamu periksa saja, Nay. Jangan jangan kamu hamil." Rafi yang datang di belakang Ratna tiba tiba ikut buka suara."Iya, Nay. Periksa aja deh!" Seru Ratna mendukung apa yang di katakan Rafi"Tapi–""Kalau kamu nggak periksa malah fatal, pengin sembuh, terus minum obat anti masuk angin. Eh ... ternyata hamil, gimana? Kan pasti ada resiko dari obat yang kamu minum, Nay." Rafi Langsung memotong pembelaan Nay.Ada iba menggelantung di dada Rafi, melihat kondisi Nay saat ini."Tapi–""P

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status