"Dokter, dokter, pasien VVIP kamar 6006 sadar!." Seru seorang perawat. Karena terlalu bersemangat, perawat itu tanpa sadar membuat keributan. Ia lupa, bahwa setiap bangsal di rumah sakit itu dilengkapi dengan tombol peringatan untuk memanggil dokter.Di ruang serba putih dalam keheningan, terdengar bunyi fluktuasi dari elektrokadiograf yang awalnya stabil. Seorang gadis muda terbaring di ranjang sebelah nakas.Tak lama kemudian, beberapa dokter serta perawat mulai bergegas memasuki bangsal itu. Melihat keributan yang terjadi gadis yang tengah terbaring di ranjang itu hanya menatap dengan kosong.“Bagaimana?” Tanya salah satu dokter veteran.“Denyut jantung 70 bpm, tekanan darah 130/85” jawab seorang perawat disampingnya.Mengeluarkan stetoskopnya, Dokter itu melanjutkan pemeriksaan kondisi vital pasien.“Segera lakukan MRI!, dan hubungi dokter Bryan.” Perintahnya kemudian.Dokter Bryan adalah dokter kardiotoraks nomor satu dirumah sakit ini.Kelopak mata berbentuk almond berkedip r
“Prang” Pecahan kaca tersebar dilantai. Menjulurkan tangannya, Zeesya berusaha menjangkau perawat di sampingnya. Tidak mendapat pegangan kuat, Zeesya malah terdorong ke arah pecahan kaca. Tangannya sangat perih, lama dalam keadaan koma membuat kulitnya menjadi rapuh. Matanya merah berkaca-kaca. Sakit, tapi Zeesya berusaha menahannya. Menegakkan kepala, Zeesya melihat bayangan senyum sinis di wajah perawat yang mendorongnya. “Oh nona, harap hati-hati.” Dasty dengan cepat membantu Zeesya berdiri. Beberapa pecahan kaca menembus terlapak tangan. “Siapa namamu?” suara Zeesya bergema di bangsal itu. Tidak ada indikasi memaksa. Baginya hal kecil ini tidak akan menghilangkan keanggunan dan pengajaran yang didapatnya selama ini. Pandangan Zeesya diarahkan kepada perawat yang menghindar ketika ia jatuh tadi. “Rania.” Jawabnya sambil mengangkat sebelah alis. Seakan memperjelas tebakan di hati Zeesya. Rania, pantas saja Zeesya merasa tak asing. Salah satu teman Natallie yang bisa dibilang
“Ya Tuhan, nona muda akhirnya kembali. Cepat pergi jemput nona, untuk apa kau masih berdiri seperti patung disini. Aku akan masak semua hidangan kesukaan nona.” Desak Emma kepada kepala pelayan. Wanita itu kini heboh tidak menentu setelah sebelumnya terpaku mendengar kata-kata Zayn, kepala pelayan itu. ‘Zeesya kembali!” Pikirannya kosong, berita ini mengguncang hatinya. Nona muda kembali, lalu putrinya bagaimana. Tapi Emma bukan seorang yang mudah, wajahnya dengan cepat berubah. Kebahagiaan palsu tertera diwajahnya. Mengikuti semangat kepala pelayan, Emma mengusap air mata yang tak ada diwajahnya. Kepala pelayan meminta pengemudi dengan cepat mengantarkannya menuju Rumah Sakit pusat kota. Sungguh sebuah misteri, hampir satu tahun nona menghilang, semua upaya sudah dikerahkan untuk mencarinya, tapi seseorang yang dicari itu ternyata ada didekat mereka selama ini. Setelah kepala pelayan pergi, Emma kembali kamarnya. Dengan tangan yang bergetar, ia buat panggilan kepada putri sema
Zeesya berpegang dengan cepat kesudut meja. Dunia terasa seakan berkeliling memutarinya. Dihembuskan napasnya dengan tenang secara perlahan. Perlahan tapi pasti, rasa sakit itu mulai lenyap. Ia memandang kearah laci yang dibuka sebelumnya. “Apa foto atau gelang itu adalah bagian dari masa laluku?” Bisiknya. Ia menenangkan dirinya. “Paman tolong perintahkan koki untuk membuatkan Aku semangkuk bubur.” Ujarnya menelepon kepala pelayan. Setelah itu, Zeesya mengarahkan pandangannya ke komputer di atas meja kerja. Dan kemudian berjalan ke meja itu. Ia menghidupkan serangkaian perangkat, tampilan jernih muncul di layar komputer. Sejak insiden kejatuhan keluarga aslinya, Zeesya yang saat itu berusia sekitar enam tahun mengalami amnesia. Pasangan John Lawrence dan Kelly Lawrence mau berbaik hati mengadopsinya. Meski bukan jajaran kalangan atas Ibu kota, mereka hidup dengan aman dan cukup. Ayah angkatnya adalah seorang CEO di perusahaan real estat, yang telah didirikan ayahnya sejak m
“Dia sudah sadar!.” Ucap pria itu datar dan dingin.Zehan Stewart, nama yang sangat sakral di ibu kota negara M yakni kota A. Mata elang dengan tatapan tajam, batang hidung tinggi, garis tegas mengukir wajahnya, tubuh proporsional terlihat gagah dan maskulin. Aura kebangsawanan yang kuat datang darinya. Ia adalah sosok ular naga yang berenang menyelami dalamnya perairan ibu kota. Keberadaannya sangat misterius. Kota A dikuasai lima keluarga yang berkuasa tinggi. Zehan Stewart dengan Stewart Corporation ditangannya adalah sosok yang sangat berpengaruh.Roy membeku, setelah mendengar tiga kata yang keluar dari mulut pria itu.“Benarkah?”Tangan Roy tertahan, dengan cepat ia mengalihkan pandangan kepada Zehan. Untuk sepersekian detik ia tak bisa berkata-kata.Menghela napas panjang. Roy menampar kedua pipinya. Berusaha mengurangi pusing karena mabuknya. Roy dengan cepat meraih kunci mobil di atas meja dan bergegas menuju parkiran bawah tanah.Setelah kepergian Roy, suasana kemb
“Nona saya mohon hentikan, biar saya saja yang melakukannya.” Desak Zayn kepada Zeesya. “Tidak apa-apa Paman, sudah lama sekali Aku tidak merawat anggrek ini. Dulu Ibu sangat senang menanam bunga, anggrek hitam ini adalah yang paling Ibu suka.” Ujar Zeesya dengan senyum cerah diwajahnya. Kepala pelayan disampingnya menghela napas berat. Khawatir akan tubuh nona mudanya yang masih lemah. “Hari ini Aku sangat senang Paman, rasanya, aku bisa menghirup udara segar lagi dengan baik.” “Kenapa nona tidak menghubungi saya segera ketika sadar? Saya akan menjaga nona dengan baik.” Keluh Zayn. Zesya menggelengkan kepala. Dia selalu senang berbincang dengan Paman Zayn, kepala pelayan di rumahnya ini. Kepala pelayan ini sudah belasan tahun mengurus rumah ini. Ia tidak ingin Paman Zayn melihat kondisinya yang tidak baik. Baginya, Paman Zayn bukan hanya sekedar kepala pelayan tapi juga keluarganya. Rumah ini adalah rumah yang dibangun oleh mendiang Ayah dan Ibunya ketika mereka mengadopsi Zees
“Tuan, apakah kita harus putar balik?” Lelaki yang sedari tadi sibuk mendengarkan laporan dari asistennnya melalui earphone, mulai mengangkat kedua mata yang tertutup, Zehan melihat situasi di jalan dan menjawab dengan dingin.“Tunggu sebentar.”“Baik Tuan.”Kembali memasang earphonenya, Zehan mendengarkan laporan berita yang diberikan oleh asistennnya. “Menurut situasi terbaru, Shine Corporation sedang dalam situasi dimana rekor saham menurun tajam dalam beberapa bulan ini.” Ujar asistennya.“Shine Corporation?” “Benar Tuan, dikabarkan penurunan tajam ini karena Shine Corporation tidak dalam penanganan yang tepat sudah satu tahun ini.”Mata Zehan menjadi tajam, sedikit keantusiasan terlihat dimatanya. Shine Corporation baginya ini adalah sepotong kue yang lezat.“Akuisisi Shine Coorporation secepatnya!” titah pria itu dengan tegas.Merasa sedikit bosan Zehan melihat situasi melalui jendela mobilnya. Melihat kesamping, tubuh Zehan membeku, tangannya yang memegang berkas
Gotcha, tidak ada selain Zeesya yang bisa menjadi nomor satu dalam mendesain bangunan di negara ini. Merasa kepercayaan diri yang kuat, Zeesya melanjutkan untuk memeriksa laporan lainnya. ..... Rintik hujan mengguyur Kota Tel, memegang seikat bunga, Zehan datang ke pemakaman di kota itu. Sesampainya disebuah makam, meletakkan bunga itu. Makam ini adalah adalah milik ibu kandungnya. Terawat dengan rapi dan bersih. “Ibu apa kabar?” ujarnya dalam tenang. Semenjak dilahirkan, Zehan hanya memiliki satu orang tua, ia tinggal hanya dengan Ibu kandungnya. Hidup dalam kemiskinan dan kesulitan. Tepat diumur 12 tahun, Ibunya yang sudah lama sakit menghembuskan napas terakhirnya. Putus asa dengan hidup, Zehan dijemput oleh seorang pria yang mengaku sebagai ayah kandungya. Ia bisa merasakan kekuatan dan kekuasaan yang terpancar dari pria yang mengaku sebagai ayahnya itu. Tapi apa yang dilihat di permukaan bukanlah kenyataan sebenarnya. “Aku harap kau tenang disana, mereka yang sudah melak