แชร์

Bab 4

ผู้เขียน: Alina Tan
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2023-11-02 22:47:32

Rasa gugup menyelimuti sekujur tubuh Ayudia. Ia berdiri di depan pintu kantor Adam dengan memeluk map berisi proposal tesisnya. Hari ini genap tiga hari sejak hari ia melabrak Adam di pagi hari. Dan sungguh, sekarang Ayudia tidak tahu harus berkata apa dan bereaksi bagaimana kepada dosen pembimbingnya itu.

Ayudia menarik nafas dalam beberapa kali. Berusaha membuat rasa gugupnya menguap.

"Tenang, Ayu! Prof. Eko kan sudah mengatakan judulmu luar biasa!" Batin Ayudia meyakinkan dirinya sendiri.

Setelah merasa lebih baik, ia mengangkat tangannya dan mengetuk pintu di depannya dengan yakin.

TOK! TOK! TOK!

Tak perlu waktu lama, suara Adam terdengar dari dalam ruangan.

"Iya, masuk saja."

Ayudia menarik nafas dalam sekali lagi. Baiklah, sekarang atau tidak sama sekali. Lagipula Adam masih manusia dan bukannya monster yang akan memakan Ayudia dalam sedetik. Ayudia meyakinkan dirinya bahwa ia harus sedikit tenang dan melupakan semua kejadian itu.

Semoga saja Adam juga melakukan hal yang sama. Melupakan penghinaan yang diberikan Ayudia kepadanya.

Gadis itu membuka pintu dan melongok dari celah pintu yang sedikit terbuka.

"Saya boleh masuk, Pak?"

Adam melihat ke arah Ayudia dan tersenyum pongah.

"Ayu? Tentu saja. Silahkan masuk."

Adam terdengar sangat ceria hari ini. Dan itu sangat aneh. Ayudia bahkan merasa bulu kuduknya berdiri karena suasana hati Adam yang tampak begitu bagus. Jika seorang monster tiba-tiba menjadi baik hati, maka sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Dan Ayudia bahkan tidak bisa menebak apa itu.

Ayudia berjalan dengan gugup dan duduk di hadapan Adam.

"Saya ingin mengajukan judul penelitian saya, Pak." Ujar Ayudia dengan hati-hati.

Adam tersenyum tipis dan menyodorkan tangannya. Memberikan isyarat bagi Ayudia untuk menyerahkan map merah yang ia peluk sejak tadi. Gadis itu mengangguk dan melakukan apa yang diminta dosen pembimbingnya itu. Adam membacanya sekilas. Benar-benar hanya dalam sekejap, lalu ia mencoret dan melemparkan berkas itu ke mejanya.

Ayudia menatapnya dengan melongo. Tidak mengerti apa maksud pria brengsek di hadapannya ini.

"Judulmu membosankan. Ganti." Jawab Adam singkat.

"Ta-tapi, Pak, Prof Eko juga sudah menyetujuinya. Beliau bilang judul saya sangat bagus dan layak sekali untuk diteliti lebih lanjut."

Adam tampak tak peduli dan mencondongkan tubuhnya ke arah Ayudia.

"Dosen pembimbingmu saya atau Prof Eko?" Tanya Adam dingin.

Gadis itu terdiam dan mengangguk pelan.

"Bapak dosen pembimbing saya."

Adam lalu tersenyum dan menyenderkan tubuhnya kembali ke kursi.

"Bagus, kalau begitu ikuti apa kata saya dan bukan Prof Eko."

Ayudia begitu tercengang dengan semua yang terjadi sepersekian detik ini. Jadi? Ia harus mengganti semuanya? Mencari judul penelitian lagi sementara teman-temannya sudah mulai mengerjakan proposal mereka? Yang benar saja!

"Kenapa kamu melihat saya seperti itu, Ayu? Keberatan?"

Ayudia buru-buru menggeleng dan memaksakan sebuah senyuman palsu.

"Tidak, Pak. Saya akan segera menggantinya dan besok akan menyerahkannya kembali." Ucap Ayudia mantap.

Gadis itu langsung berdiri dan mohon pamit. Namun belumlah ia sempat meninggalkan ruangan, Adam memanggilnya dan Ayudia menoleh. Mengharapkan mungkin hati pria itu akan tergugah dan menyetujui judul penelitiannya.

"Ayu?"

"Iya, Pak?"

"Jangan lupa, kamu bisa mengganti dosen pembimbing jika kamu tidak menyukai saya." Ucapnya sambil tersenyum.

Mendengar itu, darah Ayudia terasa mendidih. Emosinya mengebul hingga ke ubun-ubun. Ternyata ini maksud Adam. Pria itu bertingkah begitu menyebalkan karena ingin menyingkirkan Ayudia? Karena ia ingin Ayudia mengaku kalah dan menyerah?

Oh, sungguh Adam telah membuat penilaian yang salah. Jika ia mengira Ayudia akan mundur begitu saja hanya karena gertakan sepele, maka Adam benar-benar keliru. Ia akan menempel erat dengan pria itu. Persis seperti benalu menyebalkan yang akan membuat Adam kehilangan akal sehatnya.

Ayudia menyunggingkan senyuman termanisnya. Melemparkan tantangan yang sama kepada Adam.

"Tenang saja, Pak. Saya tetap akan bersama Bapak sampai selesai."

***

Kali ini tekad Ayudia sudah bulat. Ia tidak akan kalah dari permainan mental yang direncanakan Adam. Jika Adam memang ingin memukulnya mundur dengan rintangan remeh seperti ini, maka yang akan didapatkan pria itu hanyalah kegagalan besar. Jika Adam menyira Ayudia akan menyerah dan berlari menangis, Adam benar-benar salah besar.

Mendengar kata-katanya tadi semakin memantik api kompetisi di dalam hati Ayudia. Kali ini ia akan benar-benar menunjukkan pada pria itu siapa dirinya. Siapa seorang Ayudia Cempaka yang berhasil lulus dengan sederet prestasi gemilang? Ayudia akan benar-benar membuktikan kepada Adam bahwa dirinya bukanlah seorang mahasiswi bodoh yang bisa ia remehkan.

Kobaran api semangat terpancar di mata Ayudia dan ia kembali fokus kepada laptop di hadapannya. Tangannya menari di atas papan ketik dengan cepat seolah jemarinya di sulut api. Otaknya berputar dengan keras dan mengeluarkan untaian ide cemerlang untuk ia pamerkan kepada Adam. Dan semangatnya berada dalam garis maksimal. Mendorongnya semakin cepat untuk menyelesaikan tugas yang diberikan Adam.

"Yu, aku takut melihatmu." Ujar Maya sembari bergidik ngeri melihat sahabatnya.

"Takut kenapa?" Tanya Ayudia tanpa menoleh dari layar sedikitpun.

Maya memandang Ayudia dari ujung rambut hingga ujung kaki. Sahabatnya itu sedang memakai kacamatanya dan rambut hitam Ayudia dikuncir dalam sebuah cepol yang tinggi. Matanya berkilat penuh ambisi dan Ayudia benar-benar tampak seperti jenderal yang akan turun berperang.

"Kamu terlihat menyeramkan kalau dalam mode seperti ini." Jawab Maya. Gadis berisi itu lalu duduk di kasur sembari mengamati Ayudia.

"Mode bertarung." Sambung Maya lagi.

Ayudia tertawa. Jemarinya masih bergerak dengan lincah mengetikkan kata demi kata di laptopnya.

"Aku memang sedang bertarung, Yu. Bertarung dengan Adam Mahendra dan aku pasti akan menang." Jawab Ayudia penuh tekad.

Maya tertawa.

"Kamu itu gila, Yu. Tahu kenapa?"

Kali ini perkataan Maya membuat Ayudia mengalihkan wajahnya dan memandang sahabatnya dengan bingung.

"Kenapa?" Balas Ayudia tak mengerti.

"Orang-orang kalau sudah dibantai Pak Adam pasti akan memilih mundur, tapi kamu malah makin kekeuh. Bukannya berpikir mengganti dosen, kamu malah bilang akan terus bersama dia sampai selesai. Apalagi kalau bukan gila namanya?"

Ayudia memutar kursinya dan menghadap ke arah Maya sepenuhnya. Tangannya ia silangkan di dada.

"Orang seperti Adam Mahendra terbiasa mendapatkan apa yang ia inginkan karena orang lain selalu menyerah menghadapinya, May. Sekali sekali dia harus diberi pelajaran. Dia harus tahu bahwa menjadi brengsek itu tidak ada gunanya. Dan aku yang akan memberi pelajaran itu." Jawab Ayudia mantap.

Memandang sahabatnya itu, Maya hanya bisa menggelengkan kepalanya. Maya yakin benar, perang besar akan segera terjadi di antara keduanya. Bagaimanapun juga, sifat Adam dan Ayudia begitu mirip. Dan jika dua orang yang terlalu mirip bersama, hanya ada dua kemungkinan yang bisa terjadi. Kebencian yang begitu hebat atau malah sebaliknya. Cinta yang begitu dalam.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Cinta Terlarang Pak Dosen   BAB 30

    Ayudia tidak dapat menyembunyikan rasa kagetnya saat ia melihat Sean berdiri di hadapannya. Pria itu mengenakan kaos olahraga tanpa lengan berwarna hitam dan celana training pendek dengan warna yang sama. Sean menyeringai lebar saat ia menyapa Ayudia yang masih tampak terkejut.“Kenapa? Ada yang aneh denganku?” tanya Sean iseng.Ayudia menggelengkan kepalanya, “Tidak. Hanya saja aku tidak menyangka akan melihatmu sepagi ini disini.”Sean mengernyitkan dahinya dan memandang Ayudia sedikit bingung, “Kenapa? Karena kamu tidak mengira bahwa seorang bule sepertiku bisa bangun pagi?”Gadis itu mengedikkan bahunya dan kembali berlari kecil, “Begitulah.”Sean segera menyamakan langkahnya dan ikut berlari di sisi Ayudia. Perbincangan di antaranya kembali mengalir bagaikan air di sungai yang bersih. Seolah Sean dan Ayudia adalah teman lama dengan sejuta topik pembicaraan yang tidak ada habisnya. Padahal keduanya baru berkenalan selama empat puluh delapan jam!“Jadi? Apakah bosmu marah kepadamu

  • Cinta Terlarang Pak Dosen   BAB 29

    Ayudia benar-benar tidak menyangka perkataan yang meluncur dari mulut Adam saat keduanya berada di dalam lift tadi. Ia merasa kesal dan marah. Apalagi ketika ia menyadari fakta bahwa Adam mendiskreditkan semua kerja kerasnya hanya karena Adam melihat Ayudia bercengkerama dengan Sean. Seolah semua pekerjaan yang ia lakukan secara sempurna selama sepanjang hari menjadi tidak berarti karena hal remeh itu.“Menyebalkan sekali! Apa yang dipikirkan Adam hingga dia berhak menghinaku seperti itu?!” gerutu Ayudia penuh emosi saat ia berada di dalam kamar hotelnya.“Dia tidak berhak memandangku remeh! Aku sudah bekerja sepanjang hari sebagai asistennya! Memangnya aku salah jika aku mengobrol dengan Sean?!” semburnya lagi seraya menghapus riasannya di depan kaca kamar mandi.Rasa kesal dan amarah seolah membakar dirinya. Ayudia benci dan bahkan tidak sudi untuk melihat sosok Adam Mahendra lagi. Setidaknya untuk beberapa hari ke depan.Ayudia mengira emosinya akan mereda jika beberapa jam telah b

  • Cinta Terlarang Pak Dosen   BAB 28

    “Sean?! Apakah kamu benar-benar Sean?” Ayudia bahkan tidak mempercayai matanya sendiri saat melihat pria tampan itu mendekatinya. Ia tidak pernah menyangka, pria bule yang tampak seperti seorang backpacker itu ternyata salah satu peserta konferensi ekonom paling bergengsi ini. Begitu banyak pertanyaan yang berkelebat di kepala Ayudia, namun hanya satu yang terucap dari bibirnya.“Apa yang kamu lakukan disini?” tanya Ayudia penasaran.Sean menunjukkan tanda pengenalnya yang bertuliskan ‘Steering Committee’ lengkap dengan fotonya yang tampak begitu formal. Ayudia membelalak menatap pria di hadapannya dengan tidak percaya. “Kamu? Steering Committee konferensi ini?” seru Ayudia dengan antusiasme yang sangat kentara.Sean mengedikkan bahunya, “Begitulah. Kurasa aku harus memperkenalkan nama lengkapku kepadamu?”“Tentu saja! Aku harus tahu Sean yang sebenarnya, bukan?”Keduanya tertawa lalu berjabat tangan dan saling memperkenalkan diri.“Namaku Ayudia Cempaka. Mungkin sulit bagimu untuk

  • Cinta Terlarang Pak Dosen   BAB 27

    “Kenapa lama sekali?”Adam menatap Ayudia dengan sebal dan bertanya dengan begitu ketus. Membuat Ayudia bergidik ngeri karena sudah memancing emosi Yang Mulia Adam Mahendra. Pria ini bahkan emosinya lebih labil dibandingkan gadis remaja yang tengah puber. Menghadapi Adam Mahendra memang membuat Ayudia pusing setengah mati.Dan mereka baru bersama selama delapan jam!Ayudia menghela nafas pelan. Sepertinya dua minggu ke depan akan menjadi hari yang cukup berat baginya. Berkali-kali Ayudia mencoba menyemangati dirinya sendiri dengan membayangkan gedung Opera House yang ia impikan.Semangat Ayu! Ingat kamu akan pergi ke Opera House! – begitu yang ia tanamkan terus menerus sejak detik ia berada dalam satu pesawat dengan Adam.Tanpa berkata banyak, Adam beranjak dari duduknya dan berjalan mendahului Ayudia. Gadis itu mengamatinya dan mendapati Adam pergi keluar hotel. Dengan cepat Ayudia mengejarnya bagaikan anak itik yang mengikuti induknya.“Kita mau kemana, Pak?”Adam melangkah dengan b

  • Cinta Terlarang Pak Dosen   BAB 26

    Enam belas jam kemudianm Ayudia dan Adam akhirnya tiba di negeri Kangguru. Negara yang selalu diimpikan Ayudia untuk ia kunjungi. Akhirnya ia mendapatkan kesempatan untuk pergi ke negara yang katanya dipenuhi binatang berukuran tidak wajar ini.Namun tak peduli betapapun orang-orang mengatakan Australia bukanlah sebuah negara yang menarik, Ayudia tetap saja mengidam-idamkan untuk menjejakkan kakinya disini. Di melting pot yang menjadi tempat perantauan berjuta suku bangsa. Mulai dari Asia, Amerika, bahkan Afrika. Ayudia bahkan selalu menancapkan foto Sydney Opera House di kamarnya dengan harapan ia bisa mengunjunginya. Bahkan jika itu hanya sekali saja.“Bagus sekali ya, Pak!” seru Ayudia antusias saat keduanya sudah melewati gerbang imigrasi.Adam mendengus dan tertawa mengejek, “Jangan norak. Kita baru tiba di bandaranya, Yu. Dan tidak ada yang bagus tentang sebuah bandara.”Ayudia menatap Adam dengan sebal. Ia menyilangkan tangannya di depan dada, hendak protes kepada pria itu, “B

  • Cinta Terlarang Pak Dosen   BAB 25

    Ayudia sebenarnya ragu dengan tawaran yang diberikan Adam.Bukan. Bukan karena ia tidak menghargainya. Hanya saja pergi ke konferensi bergengsi hanya sebagai asisten Adam bukanlah sesuatu yang ia inginkan. Ayudia sangat ingin pergi dan menampilkan pemikirannya sendiri. Menunjukkan kemampuannya pada deretan orang jenius di luar sana.Bukannya menjadi asisten Adam dan mengekor di belakangnya sepanjang hari. Alih-alih menelurkan pemikiran emas, yang akan dilakukan Ayudia hanyalah mencatat setiap kata-kata dan diskusi yang dicetuskan Adam. Lalu memindahkannya ke dalam laporan yang akan disetorkan sebagai laporan pertanggung jawaban.Namun sisi lain otaknya terus mendorongnya untuk menerima tawaran itu.Kapan lagi kamu bisa ke Sydney gratis? Dan konferensi ini akan memberimu kesempatan untuk menjalin relasi dengan orang-orang hebat itu, Yu! – pikirnya demikian.Kebimbangan yang memenuhi kepalanya membuat Ayudia terus menimbang-nimbang. Sepanjang sore yang ia lakukan hanyalah memikirkan ke

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status