Share

Bab 4

Penulis: Alina Tan
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-02 22:47:32

Rasa gugup menyelimuti sekujur tubuh Ayudia. Ia berdiri di depan pintu kantor Adam dengan memeluk map berisi proposal tesisnya. Hari ini genap tiga hari sejak hari ia melabrak Adam di pagi hari. Dan sungguh, sekarang Ayudia tidak tahu harus berkata apa dan bereaksi bagaimana kepada dosen pembimbingnya itu.

Ayudia menarik nafas dalam beberapa kali. Berusaha membuat rasa gugupnya menguap.

"Tenang, Ayu! Prof. Eko kan sudah mengatakan judulmu luar biasa!" Batin Ayudia meyakinkan dirinya sendiri.

Setelah merasa lebih baik, ia mengangkat tangannya dan mengetuk pintu di depannya dengan yakin.

TOK! TOK! TOK!

Tak perlu waktu lama, suara Adam terdengar dari dalam ruangan.

"Iya, masuk saja."

Ayudia menarik nafas dalam sekali lagi. Baiklah, sekarang atau tidak sama sekali. Lagipula Adam masih manusia dan bukannya monster yang akan memakan Ayudia dalam sedetik. Ayudia meyakinkan dirinya bahwa ia harus sedikit tenang dan melupakan semua kejadian itu.

Semoga saja Adam juga melakukan hal yang sama. Melupakan penghinaan yang diberikan Ayudia kepadanya.

Gadis itu membuka pintu dan melongok dari celah pintu yang sedikit terbuka.

"Saya boleh masuk, Pak?"

Adam melihat ke arah Ayudia dan tersenyum pongah.

"Ayu? Tentu saja. Silahkan masuk."

Adam terdengar sangat ceria hari ini. Dan itu sangat aneh. Ayudia bahkan merasa bulu kuduknya berdiri karena suasana hati Adam yang tampak begitu bagus. Jika seorang monster tiba-tiba menjadi baik hati, maka sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Dan Ayudia bahkan tidak bisa menebak apa itu.

Ayudia berjalan dengan gugup dan duduk di hadapan Adam.

"Saya ingin mengajukan judul penelitian saya, Pak." Ujar Ayudia dengan hati-hati.

Adam tersenyum tipis dan menyodorkan tangannya. Memberikan isyarat bagi Ayudia untuk menyerahkan map merah yang ia peluk sejak tadi. Gadis itu mengangguk dan melakukan apa yang diminta dosen pembimbingnya itu. Adam membacanya sekilas. Benar-benar hanya dalam sekejap, lalu ia mencoret dan melemparkan berkas itu ke mejanya.

Ayudia menatapnya dengan melongo. Tidak mengerti apa maksud pria brengsek di hadapannya ini.

"Judulmu membosankan. Ganti." Jawab Adam singkat.

"Ta-tapi, Pak, Prof Eko juga sudah menyetujuinya. Beliau bilang judul saya sangat bagus dan layak sekali untuk diteliti lebih lanjut."

Adam tampak tak peduli dan mencondongkan tubuhnya ke arah Ayudia.

"Dosen pembimbingmu saya atau Prof Eko?" Tanya Adam dingin.

Gadis itu terdiam dan mengangguk pelan.

"Bapak dosen pembimbing saya."

Adam lalu tersenyum dan menyenderkan tubuhnya kembali ke kursi.

"Bagus, kalau begitu ikuti apa kata saya dan bukan Prof Eko."

Ayudia begitu tercengang dengan semua yang terjadi sepersekian detik ini. Jadi? Ia harus mengganti semuanya? Mencari judul penelitian lagi sementara teman-temannya sudah mulai mengerjakan proposal mereka? Yang benar saja!

"Kenapa kamu melihat saya seperti itu, Ayu? Keberatan?"

Ayudia buru-buru menggeleng dan memaksakan sebuah senyuman palsu.

"Tidak, Pak. Saya akan segera menggantinya dan besok akan menyerahkannya kembali." Ucap Ayudia mantap.

Gadis itu langsung berdiri dan mohon pamit. Namun belumlah ia sempat meninggalkan ruangan, Adam memanggilnya dan Ayudia menoleh. Mengharapkan mungkin hati pria itu akan tergugah dan menyetujui judul penelitiannya.

"Ayu?"

"Iya, Pak?"

"Jangan lupa, kamu bisa mengganti dosen pembimbing jika kamu tidak menyukai saya." Ucapnya sambil tersenyum.

Mendengar itu, darah Ayudia terasa mendidih. Emosinya mengebul hingga ke ubun-ubun. Ternyata ini maksud Adam. Pria itu bertingkah begitu menyebalkan karena ingin menyingkirkan Ayudia? Karena ia ingin Ayudia mengaku kalah dan menyerah?

Oh, sungguh Adam telah membuat penilaian yang salah. Jika ia mengira Ayudia akan mundur begitu saja hanya karena gertakan sepele, maka Adam benar-benar keliru. Ia akan menempel erat dengan pria itu. Persis seperti benalu menyebalkan yang akan membuat Adam kehilangan akal sehatnya.

Ayudia menyunggingkan senyuman termanisnya. Melemparkan tantangan yang sama kepada Adam.

"Tenang saja, Pak. Saya tetap akan bersama Bapak sampai selesai."

***

Kali ini tekad Ayudia sudah bulat. Ia tidak akan kalah dari permainan mental yang direncanakan Adam. Jika Adam memang ingin memukulnya mundur dengan rintangan remeh seperti ini, maka yang akan didapatkan pria itu hanyalah kegagalan besar. Jika Adam menyira Ayudia akan menyerah dan berlari menangis, Adam benar-benar salah besar.

Mendengar kata-katanya tadi semakin memantik api kompetisi di dalam hati Ayudia. Kali ini ia akan benar-benar menunjukkan pada pria itu siapa dirinya. Siapa seorang Ayudia Cempaka yang berhasil lulus dengan sederet prestasi gemilang? Ayudia akan benar-benar membuktikan kepada Adam bahwa dirinya bukanlah seorang mahasiswi bodoh yang bisa ia remehkan.

Kobaran api semangat terpancar di mata Ayudia dan ia kembali fokus kepada laptop di hadapannya. Tangannya menari di atas papan ketik dengan cepat seolah jemarinya di sulut api. Otaknya berputar dengan keras dan mengeluarkan untaian ide cemerlang untuk ia pamerkan kepada Adam. Dan semangatnya berada dalam garis maksimal. Mendorongnya semakin cepat untuk menyelesaikan tugas yang diberikan Adam.

"Yu, aku takut melihatmu." Ujar Maya sembari bergidik ngeri melihat sahabatnya.

"Takut kenapa?" Tanya Ayudia tanpa menoleh dari layar sedikitpun.

Maya memandang Ayudia dari ujung rambut hingga ujung kaki. Sahabatnya itu sedang memakai kacamatanya dan rambut hitam Ayudia dikuncir dalam sebuah cepol yang tinggi. Matanya berkilat penuh ambisi dan Ayudia benar-benar tampak seperti jenderal yang akan turun berperang.

"Kamu terlihat menyeramkan kalau dalam mode seperti ini." Jawab Maya. Gadis berisi itu lalu duduk di kasur sembari mengamati Ayudia.

"Mode bertarung." Sambung Maya lagi.

Ayudia tertawa. Jemarinya masih bergerak dengan lincah mengetikkan kata demi kata di laptopnya.

"Aku memang sedang bertarung, Yu. Bertarung dengan Adam Mahendra dan aku pasti akan menang." Jawab Ayudia penuh tekad.

Maya tertawa.

"Kamu itu gila, Yu. Tahu kenapa?"

Kali ini perkataan Maya membuat Ayudia mengalihkan wajahnya dan memandang sahabatnya dengan bingung.

"Kenapa?" Balas Ayudia tak mengerti.

"Orang-orang kalau sudah dibantai Pak Adam pasti akan memilih mundur, tapi kamu malah makin kekeuh. Bukannya berpikir mengganti dosen, kamu malah bilang akan terus bersama dia sampai selesai. Apalagi kalau bukan gila namanya?"

Ayudia memutar kursinya dan menghadap ke arah Maya sepenuhnya. Tangannya ia silangkan di dada.

"Orang seperti Adam Mahendra terbiasa mendapatkan apa yang ia inginkan karena orang lain selalu menyerah menghadapinya, May. Sekali sekali dia harus diberi pelajaran. Dia harus tahu bahwa menjadi brengsek itu tidak ada gunanya. Dan aku yang akan memberi pelajaran itu." Jawab Ayudia mantap.

Memandang sahabatnya itu, Maya hanya bisa menggelengkan kepalanya. Maya yakin benar, perang besar akan segera terjadi di antara keduanya. Bagaimanapun juga, sifat Adam dan Ayudia begitu mirip. Dan jika dua orang yang terlalu mirip bersama, hanya ada dua kemungkinan yang bisa terjadi. Kebencian yang begitu hebat atau malah sebaliknya. Cinta yang begitu dalam.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Cinta Terlarang Pak Dosen   Bab 5

    Keyakinan seratus persen memenuhi hati Ayudia. Kali ini dia yakin benar Adam tidak akan memiliki alasan untuk menolak penelitiannya lagi. Ayudia sudah mempersiapkan berbagai dokumen yang akan menolong setiap argumentasinya. Dan pisau lipat di sakunya, berjaga-jaga jika ia kehabisan kesabaran dan ingin menusuk pria sialan itu. Ayudia duduk di hadapan Adam dengan senyum penuh kepercayaan diri. Ia menyerahkan map berisi judul penelitian terbarunya dan Adam segera mengambilnya. Pria itu membaca dengan saksama dan hendak berkomentar. "Judul kamu terlalu pasaran. Saya tidak menyetujuinya." Senyum kemenangan merekah di bibir Ayudia. Ia lalu mengeluarkan sebundel dokumen dari tasnya dan meletakkannya di hadapan Adam. "Sebenarnya, tidak, Pak. Saya sudah melakukan pemeriksaan ulang di semua situs dan melakukan pengecekan plagiarisme. Dan hasilnya nol persen. Judul saya benar-benar otentik dan belum pernah diteliti oleh siapapun." Ujar Ayudia dengan mantap. Adam mengangkat wajahnya dan mena

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-02
  • Cinta Terlarang Pak Dosen   BAB 6

    Setiap bimbingan yang dilakukan Ayudia bersama Adam terasa seperti medan perang. Setiap harinya Ayu tak pelak harus menelan puluhan artikel dan buku agar ia bisa membantah dan memberikan argumen yang kuat untuk melawan revisi tidak masuk akal dari Adam Mahendra.Memang, sifatnya sudah jauh lebih baik dibandingkan pertemuan mereka. Adam sudah sedikit lebih jinak. Tidak menerkam seperti singa di padang savanah yang kelaparan.Tapi tetap saja, tidak mudah mendapatkan persetujuan dari seorang Adam Mahendra. Pria itu seolah memiliki standar yang begitu tinggi untuk setiap aspek dalam hidupnya."Wajar saja kalau dia jadi bujang tua. Kerjanya hanya menyusahkan orang saja." Gerutu Ayudia hari itu.Maya hanya terkekeh melihat sahabatnya yang sejak tadi mengomel. Meskipun mulutnya tak berhenti mengomel, jemarinya tetap dengan cepat menari di atas papan ketik. Otaknya berputar seolah ocehan penuh amarah itu tidak sediktpun mengganggu proses berpikir seorang Ayudia."Kan aku sudah menawarkanmu un

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-03
  • Cinta Terlarang Pak Dosen   BAB 7

    Adam melotot mendengar perkataan terakhir Ayudia. Kurang ajar sekali gadis di depannya ini. Apa maksudnya dengan tidak ada seorang pun yang mau bekerja dengannya?Adam yakin benar sifatnya tidak seburuk itu. Ia bukan sosiopat yang tidak berhati nurani dan akan menyiksa siapapun. Bukan pula seorang mesum yang akan menggerayangi asistennya ketika tidak ada saksi mata di sekitar. Kenapa Ayudia dapat menarik kesimpulan konyol seperti itu?“Kamu terlalu memandang tinggi dirimu sendiri, Ayu. Saya akan mencari penggantimu saja. Tawaran tadi saya batalkan.” Putus Adam mantap.Ayudia mengedikkan bahunya, ia yakin bahwa pada babak pertarungan kali ini, ia akan keluar sebagai pemenangnya. “Baiklah, terserah Bapak saja.”“Pergilah. Kamu membuat suasana hati saya menjadi buruk.”Dengan penuh keanggunan, Ayudia menarik kursinya dan berdiri di hadapan Adam Mahendra. Seutas senyum kebanggaan tersungging di bibirnya. Untuk beberapa detik, Adam sempat terkesiap dengan pesona gadis muda itu. Sangat sul

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-03
  • Cinta Terlarang Pak Dosen   BAB 8

    Kali ini Adam Mahendra mengaku kalah. Ia dipukul telak dari permainan yang awalnya ia kira dapat dimenangkan dengan mudah. Dan yang mengalahkannya adalah mahasiswinya sendiri yang berusia sepuluh tahun lebih muda darinya.Mengingat kekalahan itu, membuat Adam merasa sangat malu. Rasanya ia bagaikan mencoreng arang ke wajahnya sendiri. Bisa dikalahkan oleh seseorang yang dianggapnya tidak memiliki level yang sama dengannya telah menciptakan goresan pada harga diri Adam.Namun aneh sekali. Di sudut lain hatinya, kekaguman Adam terhadap sosok Ayudia Cempaka semakin menggebu-gebu. Seolah ia benar-benar terpikat dengan kecerdasan gadis itu. Pesona Ayudia bukan hanya terpancar dari wajah yang seayu namanya, tapi juga otak brilian yang membuatnya tampil bersinar dibandingkan gadis lainnya. Dan Adam semakin tidak bisa menjauhkan dirinya dari kilaunya seorang Ayudia.“Jadi bagaimana? Sudah menemukan pengganti Mattheus?” suara Robi menggelegar saat ia masuk tanpa permisi ke dalam ruangan Adam.

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-03
  • Cinta Terlarang Pak Dosen   BAB 9

    Ayudia sengaja tampil berbeda hari ini. Jika biasanya ia hanya mengenakan celana jeans dan kemeja kasual, kali ini ia sengaja berpenampilan lebih rapi dan memukai. Tak lupa ia memulaskan sedikit riasan pada wajah manisnya. Membuatnya tampak segar dan cerah, namun tidak berlebihan.Ia mematut dirinya di depan cermin. Hari ini Ayudia memakai blus feminim dengan aksen pita di dadanya. Warna merah muda memang sangat cocok untuk kulitnya, membuat Ayudia tampak makin menarik dengan atasan itu. Rok span hitam yang sedikit ketat menjadi padanannya. Menampilkan lekuk tubuh Ayudia yang indah dan kakinya yang jenjang ditopang oleh sepatu hitam bertungkai setinggi lima sentimeter.“Wah, Ayu, kenapa kamu tidak berdandan seperti ini setiap hari?” puji Maya saat ia mengamati Ayudia yang baru selesai bersiap-siap.“Dan mendapatkan teguran dari Bu Ningsih karena pakaianku yang provokatif?” balas Ayudia spontan.Maya tergelak lagi dalam tawanya. Bu Ningsih memang cenderung konservatif. Wanita lima pulu

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-03
  • Cinta Terlarang Pak Dosen   BAB 10

    Melihat Adam yang buru-buru bergerak menjauhinya, sontak membuat Ayudia kaget. Seumur hidupnya, ia tidak pernah bertingkah genit pada pria manapun. Jangankan menggoda pria seperti sekarang, berpacaran saja menjadi kosakata terakhir dalam kamusnya.Dan karena itu pula, Ayudia merasa panik saat Adam beringsut menjauhinya. Ia khawatir dengan tingkahnya yang mungkin membuat Adam tidak suka. Pemikiran lain di dalam benaknya membuat Ayudia berpikir bahwa Adam akan melabelinya sebagai wanita murahan. “Maafkan saya, Pak. Apakah saya mengganggu Bapak?” ucap Ayudia spontan.Dalam sekejap, Ayudia kembali ke asalnya. Ayudia yang kaku dan kikuk jika bersinggungan dengan hal berbau romansa dengan lawan jenis.Perubahan drastis itu membuat Adam sulit mempercayai apa yang baru saja tampak di depan matanya. Kemana gadis yang tadi berusaha menggodanya? Kemana Ayudia yang tadi begitu berani mendekat pada Adam? Kemana Ayudia yang membuat hati Adam merasa tidak nyaman dan waswas?Seolah sosok gadis yang

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-03
  • Cinta Terlarang Pak Dosen   BAB 11

    “Terimakasih untuk makan malamnya, Pak.”Ayudia berucap dengan begitu malu saat ia turun dari mobil Adam dan hendak pulang ke kostnya. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam dan sangatlah tidak pantas bagi seorang mahasiswi untuk berpergian dengan dosennya di waktu selarut ini.Dan kekhawatiran terbit di dalam hati Ayudia. Ia takut satu pertemuan ini akan berakibat buruk padanya. Ia khawatir jika sebuah makan malam dengan Adam Mahendra akan mencoreng seluruh kredibilitas akademisnya. Walaupun Ayudia sadar benar, tidak ada apapun di antara mereka.Ia tidak menyukai Adam sedikit pun. Dan Ayudia yakin dosennya itu juga merasakan hal yang sama. Mereka saling membenci, bahkan pernah bersumpah untuk menghancurkan satu sama lain.Tetapi apa yang orang lain tahu? Jika mereka melihat Adam dan Ayudia makan berdua di kafe yang begitu romantis, bahkan orang bodoh sekalipun akan berasumsi bahwa keduanya adalah sepasang kekasih. Dan pemikiran itu membuat Ayudia merasa kalut.Apa yang akan dipi

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-04
  • Cinta Terlarang Pak Dosen   BAB 12

    Ayudia buru-buru menggelengkan kepalanya. Menolak pertanyaan yang malah terkesan pernyataan dari Maya.“Tidak, May! Aku tidak berkencan dengan Pak Adam! Kami hanya makan malam saja! Itu saja, tidak ada yang lebih dari itu!” cetus Ayudia mengklarifikasi kesalahpahaman yang tampak jelas di wajah Maya.“Tapi tetap saja, Yu! Makan malam berdua itu sama saja dengan kencan, entah bagaimana kamu menganggapnya. Kalian makan di kafe?” selidik Maya terus terang.“Iya.”“Tempatnya romantis?”“Iya.”“Ada live music disana?”“Iya.”Mendengar tiga kali ‘iya’ dari mulut Ayudia, sontak membuat Maya bergemuruh heboh. Ia menepukkan tangannya sembari tertawa puas. Seolah prediksi yang selama ini dipendam di hatinya berubah menjadi kenyataan.“Berarti itu kencan, Ayu!” selorohnya tanpa peduli wajah Ayudia yang sudah memerah bagaikan tomat.Tawa kembali menggelegak dari Maya. Setelah ia puas terpingkal karena reaksi Ayudia, Maya menyeka sedikit air mata yang menitik di sudut matanya.“Siapa yang memiliki

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-04

Bab terbaru

  • Cinta Terlarang Pak Dosen   BAB 25

    Ayudia sebenarnya ragu dengan tawaran yang diberikan Adam.Bukan. Bukan karena ia tidak menghargainya. Hanya saja pergi ke konferensi bergengsi hanya sebagai asisten Adam bukanlah sesuatu yang ia inginkan. Ayudia sangat ingin pergi dan menampilkan pemikirannya sendiri. Menunjukkan kemampuannya pada deretan orang jenius di luar sana.Bukannya menjadi asisten Adam dan mengekor di belakangnya sepanjang hari. Alih-alih menelurkan pemikiran emas, yang akan dilakukan Ayudia hanyalah mencatat setiap kata-kata dan diskusi yang dicetuskan Adam. Lalu memindahkannya ke dalam laporan yang akan disetorkan sebagai laporan pertanggung jawaban.Namun sisi lain otaknya terus mendorongnya untuk menerima tawaran itu.Kapan lagi kamu bisa ke Sydney gratis? Dan konferensi ini akan memberimu kesempatan untuk menjalin relasi dengan orang-orang hebat itu, Yu! – pikirnya demikian.Kebimbangan yang memenuhi kepalanya membuat Ayudia terus menimbang-nimbang. Sepanjang sore yang ia lakukan hanyalah memikirkan ke

  • Cinta Terlarang Pak Dosen   BAB 24

    Tiga hari sudah berselang sejak kembalinya Ayudia ke Bandung. Dan selama tiga hari itu pula, ponselnya tak pernah berhenti berdering bagaikan seorang debitur yang dikejar debt collector. Siapa lagi kalau bukan para tetua di keluarganya yang meminta Ayudia untuk mempertimbangkan lagi keputusannya.Ibunya.Budenya.Dan bahkan kakak kedua dari ibunya, Pakde Warto yang selama ini tidak pernah ambil pusing dengan urusan pribadi keponakannya.Heran sekali, apa yang mendesak orang-orang tua ini hingga mereka begitu memaksa Ayudia untuk menerima perjodohan itu?Ayudia memang sudah melihat foto calon suaminya. Pria itu tampan dengan kulit hitam manis dan tubuh yang tidak terlalu tinggi. Kalau Ayudia bisa memberikan nilai, maka ia akan memberikan nilai delapan untuk penampilan Tomo.Tapi Ayudia tidak pernah mengenalnya. Bagaimana mungkin Ayudia bisa menikah dengannya? Bahkan pria itu tidak pernah muncul sekalipun di hadapannya seolah yang bersangkutan juga sama tidak tertariknya dengan perjodoh

  • Cinta Terlarang Pak Dosen   BAB 23

    Cerita yang dituturkan Ayudia memang terdengar tidak masuk akal. Namun bukan sepenuhnya mustahil untuk terjadi. Karena Adam sendiripun pernah mengalaminya sebanyak tiga kali.Ibu Adam adalah wanita Jawa yang begitu konservatif dan menjunjung nilai tradisional dalam hidupnya. Tentu saja melihat puteranya yang tampan dan mapan tidak kunjung menikah di pertengahan tiga puluh membuatnya khawatir. Bagi ibunya, Adam adalah sosok sempurna yang tidak mungkin kesulitan menemukan isteri dimanapun.Bagaimana tidak? Puteranya tampan, memiliki tubuh yang atletis dan proporsional, karier yang gemilang, dan finansial yang sangat mapan. Tidak ada alasan yang membuat Adam belum menemukan calon isterinya hingga di usia sekarang.Sehingga tidak mengherankan jika ibu Adam sudah mencoba menjodohkannya dengan wanita pilihan ibunya. Tidak tanggung-tanggung, bahkan sudah tiga kali Adam terjebak dalam situasi itu.Namun Adam terus saja menolak ketiganya dengan alasan yang sama.“Saya tidak menyukai mereka, Bu

  • Cinta Terlarang Pak Dosen   BAB 22

    Perjodohan?Ungkapan yang benar-benar konyol apalagi di zaman modern seperti ini. Khususnya bagi Ayudia yang bahkan tidak pernah memikirkan tentang percintaan apalagi pernikahan. Namun Ayudia tidak pernah mengira jika ternyata ia akan menjadi salah satu wanita yang terikat dalam situasi seperti itu.Situasi perjodohan dimana ia akan dinikahkan dengan pria yang tidak dicintainya.Malam itu adalah malam ketiga sejak Ayudia menggantungkan pertanyaan yang diberikan Adam kepadanya. Dan ia sudah menimbang-nimbang selama berhari-hari meskipun hingga detik terakhir belum juga mampu memutuskan jawabannya.Lalu sesaat sebelum ia hendak terlelap tidur, ponselnya berdering bagaikan lonceng yang membangunkannya secara tiba-tiba. Ayudia mengernyitkan dahinya saat ia melihat nama yang tertera di layar ponselnya.“Bude? Tumben sekali Bude menelepon.” Gumam Ayudia saat menyadari panggilan dari siapa yang tengah masuk ke dalam ponselnya.Ia dengan cepat menjawab panggilan itu dan Ayudia begitu bingung

  • Cinta Terlarang Pak Dosen   BAB 21

    Kesalahan pertama Adam adalah membiarkan tubuhnya bergerak lebih dulu dibandingkan pikirannya. Sesuatu yang tidak pernah ia lakukan hampir selama hidupnya. Namun ketika ia mendengar kata Ayudia kembali ke kampung halamannya, seketika Adam kehilangan kemampuannya untuk berpikir jernih. Hatinya merasa gelisah dan ia yakin kegelisahan itu tidak akan hilang sebelum Adam bertemu dengan sosok gadis yang dicarinya.Kesalahan kedua Adam adalah pergi begitu saja ke kota kelahiran Ayudia, tanpa mengetahui dimana kediaman gadis itu berada. Demi Tuhan, dimana Adam akan mencari seorang gadis di sebuah kota yang bahkan baru pertama kali ia datangi?Entah sudah berapa kali ia mengutuki kebodohannya selama satu jam terakhir. Karena selama satu jam terakhir pula, yang Adam lakukan adalah berkeliling ke seluruh penjuru kota untuk mencari Ayudia.Bahkan kota Magelang bukanlah sebuah kota yang besar. Luasnya hanya kurang lebih sembilan belas kilometer!Tapi mengapa sangat sulit bagi Adam untuk menemukan

  • Cinta Terlarang Pak Dosen   BAB 20

    Adam begitu tidak sabar menanti tiga hari itu datang. Setiap pagi ia akan menghitung sisa waktu yang ia berikan kepada Ayudia sebelum memulai harinya. Di dalam hatinya, Adam sangat ingin mendesak gadis itu untuk segera memberikan jawaban atas pertanyaannya. Namun Adam bisa apa selain menunggu?Berkat kesabarannya, tiga hari akhirnya terlewati meskipun setiap malamnya terasa begitu menyiksa Adam. Di hari keempat, sesuai dengan yang diperjanjikan oleh Ayudia, Adam menyongsong harinya dengan senyum secerah matahari.Ia tidak sabar lagi untuk menjemput jawaban yang keluar dari bibir gadis yang begitu ia sukai.Sayangnya, penantian Adam tidak berbuah manis. Berbanding terbalik dari kesabarannya selama tiga hari belakangan. Di hari keempat, tak peduli meskipun Adam sudah menunggu hingga sore hari, Ayudia tak juga menampakkan batang hidungnya.Ayudia bahkan tidak terlihat dimanapun hari itu. Tidak di selasar kampus, tidak di ruang kelas, bahkan tidak juga di kantin. Kekecewaan menghantam ha

  • Cinta Terlarang Pak Dosen   BAB 19

    Usai makan malam, lantunan musik dari pemain saxophone yang ada di sudut kabin terdengar semakin mendayu. Menggoda Adam untuk mengajak Ayudia berdansa meskipun gadis itu mati-matian menolaknya.“Ayo kita berdansa, Yu.” Ajak Adam mengulurkan tangannya kepada Ayudia.Ayudia mendelik dan menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Tangannya mencengkeram bangku yang ia duduki seolah menolak dengan keras ajakan Adam untuk melantai.“Tidak! Saya tidak mau, Pak. Saya tidak bisa berdansa.” Protes Ayudia tidak setuju.Namun Adam bukanlah pria yang bisa ditolak. Ia selalu punya cara untuk mewujudkan keinginannya. Entah itu dengan kata-kata manis atau bujukan penuh keyakinan. Dan Ayudia pun akhirnya luluh dengan bujukan itu.“Saya akan mengajarimu, tenang saja. Tidak perlu merasa malu. Lagipula tidak ada siapapun disini, hmm?”Ayudia menghela nafas pelan dan mengangguk lemah. Ia bisa apa? Adam sudah mengajaknya makan di tempat yang begitu indah seperti ini. Rasanya menolak ajakan dansa dari dosennya itu

  • Cinta Terlarang Pak Dosen   BAB 18

    Adam seolah tidak ingin menyia-nyiakan waktunya bahkan sedetik pun. Seperti janjinya, tepat pukul tujuh malam ia tiba di depan rumah kost Ayudia. Lengkap dengan pakaian super rapi dan wangi serta mobilnya yang sudah dipoles hingga mengkilap.Adam tidak ingin satu kesalahan kecil merusak kencan pertamanya dengan Ayudia malam ini. Karena itu berkali-kali ia memeriksa semuanya sebelum berangkat untuk menjemput gadis kecintaannya.Dan sungguh, Adam sama sekali tidak menyesalinya. Terlebih lagi ketika ia melihat sosok Ayudia yang tampak begitu mempesona tengah berdiri di hadapannya. Gadis itu tersenyum tipis dengan wajah yang tersipu malu. Ayudia mengenakan dress selutut berwarna merah maroon dengan model kerah sabrina berbahu terbuka. Pakaian itu membungkus tubuh ramping Ayudia dengan begitu sempurna, memperlihatkan pundaknya yang simetris bagaikan model, dan kakinya yang jenjang dan menggoda.Ditambah lagi wajah cantiknya yang dipulas dengan riasan. Tidak terlalu mencolok tapi sangat pas

  • Cinta Terlarang Pak Dosen   BAB 17

    Sekembalinya di kost, Ayudia benar-benar menyesali keputusannya telah menerima ajakan Adam untuk berkencan. Entah apa yang ia pikirkan tadi sehingga ia mau menyetujuinya.Mungkin karena suasana di antara mereka yang terasa begitu intens.Mungkin juga karena rasionalitas Ayudia yang selalu tumpul jika bersama Adam.Atau mungkin karena Ayudia sudah terpikat pada tatapan dua mata indah itu.Ayudia tidak bisa memahami kegamangan yang ada di dalam dirinya sendiri. Sesuatu yang sangat jarang terjadi kepadanya. Selama ini Ayudia selalu mengerti apa yang ia inginkan dan apa yang ia rasakan. Namun kini semuanya tampak begitu samar.Bagaikan tulisan tinta yang terhapus air hujan. Bagaikan pepohonan yang bersembunyi di balik kabut. Dan bagaikan kaca yang dilapisi oleh embun.Semuanya buram. Semuanya tidak jelas. Dan Ayudia merasa tidak cukup pintar untuk menerjemahkan perasaannya sendiri.“Haruskah aku menelepon dan meminta saran Maya?”Ayudia baru hendak menelepon sahabatnya, namun sekejap kemu

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status