Alma langsung masuk ke kamar anaknya. Ternyata putrinya yang bernama Naomi sudah turun dari ranjang.
"Ma, pengen minum," ucap Naomi.Alma dengan cepat mengambil air minum di dapur tanpa memperdulikan Firman yang sudah masuk ke kamar mereka."Mama, Naomi mimpi buruk. Papa pergi ninggalin kita," kata Naomi saat Alma memberinya air minum.Apa itu pertanda buruk? Mengapa anak sekecil Naomi mendapatkan mimpi seperti itu? Alma mencoba menenangkan Naomi."Jangan sedih, papa gak akan ninggalin kita," ucap Alma agar Naomi merasa tenang dan tidur kembali."Mama, aku mau tidur sama mama dan papa malam ini," kata Naomi meletakkan gelasnya di meja setelah meminumnya hingga habis.Alma mengajak Naomi ke kamarnya, mereka malam ini akan tidur bertiga. Saat Alma sampai di kamar ternyata Firman sudah terlelap.Naomi dan Alma ikut tidur agar besok gak bangun terlambat. Walaupun sebenarnya Alma penasaran dengan apa yang dilakukan Firman di belakang rumah malam-malam.**Pagi itu rambut Firman terlihat basah. Alma jadi semakin heran dengan apa yang Firman lakukan semalam."Kamu kok lihat aku kayak gitu," kata Firman merasa diperhatikan oleh Alma."Oh gak, Mas," ucap Alma.Mereka bertiga makan, namun saat makan terjadi drama. Naomi tak mau makan, dia meminta disuapin Firman tapi Firman menolak."Sayang, papa harus cepat sarapannya. Jadi papa gak bisa suapin kamu. Kamu makan sama mama ya," tolak Firman. Meskipun penolakan Firman terkesan halus tapi bagi Naomi berbeda."Gak mau, aku mau sama papa. Sebentar saja, Pa!" pinta Naomi merajuk."Jangan manja! Udah makan sendiri saja," bentak Firman sambil berdiri lalu mengambil tas kerjanya dan pergi.Naomi pertama kali dibentak Firman, dia terlihat sangat takut. Dia langsung memeluk Alma. Alma berusaha membujuk Naomi agar mau makan lalu sekolah.Namun, usaha Alma sia-sia. Naomi justru merajuk dan berlari ke kamar. Hari itu Naomi susah diatur dan rewel.**Sementara itu di rumah Sania, mereka sedang sarapan. Putra Sania yang bernama Ibra sedang disuapin Kurnia. Usia Ibra selisih satu tahun dengan Naomi. Mereka sering main bersama."Nenek, nanti Ibra main ke rumah Kak Naomi ya," kata Ibra yang baru berumur tiga tahun. Dia belum bersekolah, sehingga biasa pergi main ke rumah tetangga."Main di rumah saja ya, Kak Naomi kan sekolah," kata Kurnia.Bukannya Kurnia melarang Ibra, hanya saja dia masih sungkan terhadap Alma atas sikap Sania tempo hari.Ibra memaksa pergi ke rumah Alma, sementara Kurnia duduk manis di rumah tak peduli.Ibra senang melihat Naomi ada di rumah, jadi mereka kini bermain bersama. Ketika melihat Ibra, Alma langsung teringat ucapan Sania tempo hari."Ibra, ini mainan aku. Itu bagian kamu," teriak Naomi."Aku mau yang ini," bentak Ibra sambil merebut boneka yang dipegang Naomi.Alma tahu itu boneka kesayangan Naomi kemana saja dia pergi selalu di bawa kecuali saat ke sekolah.Alma mendekati mereka yang tengah bertengkar berebut mainan."Ibra, kamu main boneka ini saja ya," kata Alma bersikap lembut pada Ibra agar mau dengan boneka yang lain."Gak mau Tante, Ibra mau itu," tunjuk Ibra pada boneka yang di peluk Naomi."Ibra jahat, aku gak mau main sama Ibra," kata Naomi berlari ke kamar.Ibra malah menangis, sehingga membuat Alma bingung. Berbagai cara dia lakukan agar Ibra diam namun semakin kencang.Tiba-tiba Sania datang, dia menarik tangan anaknya."Mbak Alma apakan Ibra? Kok dia sampai nangis?" tanya Sania sinis."Mereka berebut mainan," jawab Alma."Kalau Mbak Alma gak suka sama saya jangan lampiaskan sama Ibra. Dia gak tahu apa-apa," ucap Sania. "Ayo pulang!" ajak Sania pada Ibra.Alma tak merasa membenci Sania hanya saja dia tak suka karena Sania mencintai suaminya.Alma masuk ke kamar Naomi, tetapi Naomi masih marah-marah tak jelas. Tak seperti biasanya Naomi rewel dan manja seperti itu."Mama, aku mau makan pizza," kata Naomi. "Minta papa belikan buat aku ya," kata Naomi."Iya nanti mama telfon papa," kata Alma.Alma pun menelfon Firman dan menyampaikan apa yang Naomi mau. Firman menyanggupi untuk membelikan Naomi pizza.Sorepun tiba, Firman pulang membawa dua box pizza. Padahal satu box saja sebenarnya sudah cukup untuk satu keluarga."Mas, kok beli dua. Satu lagi untuk siapa?" tanya Alma penasaran karena tak pernah Firman membeli makanan dobel."Oh ini, tadi Sania minta tolong nitip juga," jawab Firman. "Tolong kamu antar ya! Kalau di kasih uang jangan di terima!" perintah Firman.Alma sebenarnya enggan mengantar pizza itu. Tapi dia tak mau ribut dengan Firman. Sampai di rumah Sania, Alma mengetuk pintu."Eh Mbak Alma, ngantar pizza ya," kata Sania tersenyum senang."Mama ini pizza buat Ibra ya," sahut Ibra yang berada di samping Sania. Sania mengangguk lalu mengajak Ibra masuk ke dalam rumah tanpa memperdulikan Alma yang masih berdiri di depan pintu.Kini kecurigaan Alma semakin menjadi. Dia yakin selama ini Firman dan Sania berkomunikasi.Tak mau berlama-lama, Alma segera pulang. Dia tak mengharap sekedar ucapan terima kasih dari Sania."Mama, Ayo makan pizza!" ajak Naomi saat melihat Alma sudah kembali."Kamu makan saja dulu," ucap Alma. Dia segera ke kamar untuk menemui Firman. "Mas, jangan keseringan belikan Ibra makanan!" ucap Alma.Firman yang hendak mandi menolah ke arah Alma. Dia tampak tidak suka dengan apa yang Alma katakan."Ibra itu gak punya papa, kasihan dia," ucap Firman. "Toh hanya makanan yang kita berikan," sambungnya."Tapi...," belum sempat berkata Firman sudah menyela ucapan Alma."Tapi apa? Sudahlah itu aku belikan pakai uangku jadi terserah aku mau kasih ke siapa. Toh Naomi juga dapat makanan yang sama. Perkara makanan saja jangan dibesar-besarkan. Gak enak kalau nanti Sania atau Bu Kurnia dengar, nanti mereka. Ida salah faham," kata Firman.Alma terdiam sejenak, dia berpikir apa dia terlalu berlebihan dalam bersikap. Namun, sejak kedatangan Sania tempo hari pikiran Alma tak karuan. Dia mudah curiga pada siapa saja."Iya makanan asal jangan cintamu yang kamu berikan pada orang lain, Mas," celetuk Alma.Firman yang tadi sudah mau membuka pintu kamar mandi berhenti. Dia melihat ke arah Alma."Kamu bicara apa sih? Bicaramu makin ngawur saja," kata Firman. "Bikin moodku jelek saja," sambung Firman lalu masuk ke kamar mandi.Alma hendak keluar kamar, dia melihat ponsel Firman menyala. Sepertinya ada pesan masuk dari seseorang. Alma penasaran, dia melihat pesan dari siapa yang baru masuk.Alma tercengang melihat isi pesan yang masuk di ponsel Firman. Seketika Alma mengembalikan ponsel itu pada tempatnya. Walaupun belum melihat isi pesan sepenuhnya namun dia tahu siapa pengirimnya.Sudiro dengan terpaksa menceraikan Sania, meskipun begitu Sudiro masih memberi Sania sebagian hartanya. Namun, Sania justru menolak pemberian Sudiro."Aku tak pantas mendapatkannya, berikan saja pada anakmu," kata Sania.Setelah surat gugatan sampai di tangan Sania, Sania memutuskan untuk pindah ke rumah Kurnia lagi bersama Ibra. Sania akan menjalani hidup berdua saja dengan Ibra. Dia ingin menjadi Ibu yang baik untuk Ibra mengingat dulu dia tak pernah mengurus Ibra.Sementara itu, kesehatan Firman memburuk. Dia menderita penyakit lambung. Pagi itu dia di temukan tak berdaya oleh anak buah bosnya. Bukan dibawa berobat, Firman justru di buang di pinggir jalan."Buang saja dia, gak ada gunanya lagi," kata Bosnya.Mereka membawa Firman dengan mobil saat malam hari. Dan meninggalkannya di jalanan yang sepi."Jangan buang aku!" lirih Firman.Mereka mengabaikan Firman dan meninggalkan Firman sendirian. Firman yang merasakan sakit di perutnya mencoba untuk berjalan mencari tempat istirahat.
Sampai di rumah sakit, Alma sudah masuk ruangan bersalin. Satria segera masuk untuk mendampingi Alma. Satria tak akan membiarkan Alma di dalam sendiri.Tidak berapa lama, Suara tangis bayi terdengar. Bayi laki-laki lahir dengan lancar dan sehat. Satria mengumandangkan adzan di telinga sang buah hati.Sebagai orang tua baru, Satria sangat antusias dalam menjaga buah hatinya. Bahkan dia tak mengizinkan Alma untuk melakukan aktivitas rumah tangga lagi."Sayang, apa kira perlu baby sitter?" tanya Satria setelah mereka pulang dari rumah sakit."Gak usah, aku sudah biasa melakukannya sendiri," jawab Alma.Dulu saat melahirkan Naomi, dia menjaga dan merawat Naomi sendiri. Firman gak mau jika mereka menggunakan jasa baby sister. Apalagi saat ini marak dengan kabar yang beredar balita di aniaya baby sisternya, hal itu membuat Alma takut."Aku ingin menikmati menjadi ibu, mengasuh dan merawat anakku," kata Alma."Iya benar, tapi aku tak mau kamu kecapean. Paska melahirkan itu sangat melelahkan,
Sania dilarikan ke rumah sakit, lukanya sangat parah. Sudiro menemani Sania dan menunggunya di depan ruang operasi. Satria dan Kurnia datang bersamaan."Dengan keluarga Ibu Sania?" tanya Dokter."Iya, Dok. Saya suaminya, Dok," jawab Sudiro."Keadaan Bu Sania sangat mengkhawatirkannya, Pak. Janin yang ada di dalam kandungannya tidak bisa tertolong. Dan karena lukanya sangat parah rahimnya harus di angkat segera," kata Dokter.Mendengar hal itu, Sudiro langsung lemas. Dia takut mengambil keputusan yang salah."Ini surat yang perlu ditanda tangani, Pak. Supaya segera kami angkat rahimnya, semua demi kebaikan Bu Sania," kata Dokter."Sudiro, lakukan saja. Yang penting saat ini nyawa Sania tertolong," kata Kurnia."Bagaimana kalau nanti dia marah, Bu. Dia sangat menginginkan kehamilan ini," kata Sudiro."Dia sudah punya Ibra. Untuk apa punya anak lagi. Semua demi kebaikan dia, ayo tanda tangani," kata Kurnia.Berkat dorongan Kurnia, Sudiro menandatangani surat itu. Dan operasi segera dilak
"Selamat, Pak. Istri anda hamil," jawab Dokter.Sudiro terkejut sekaligus bahagia, akhirnya apa yang diinginkan Sania terkabul. "Di kehamilan trisemester pertama, Ibu hamil memang mudah sekali capek. Jadi saya sarankan untuk tidak melakukan aktivitas yang membuat lelah," lanjut Dokter.Dokter meminta Sudiro menemui Sania, di dalam Sania tampak senang sekali. Apa yang dia harapkan telah menjadi kenyataan."Aku hamil, Mas," kata Sania."Selamat ya, Sayang," ucap Sudiro."Mas, aku mau minta hadiah," kata Sania. Sikap manjanya seketika dia tunjukkan pada Sudiro. Sudiro hanya menganggukkan kepala."Aku mau sebagian harta kamu nantinya akan menjadi milik anak kita," kata Sania.Sudiro terkejut, pasalnya semua harta sudah 3/4 milik Satria. Namun, dia masih punya seperempatnya lagi."Ya," ucap Sudiro.Setelah itu mereka diperbolehkan pulang, Sania harus banyak istirahat agar kehamilannya tidak mengalami masalah.Seminggu setelah pulang dari rumah sakit, Sania meminta agar Sudiro memberikan s
Setelah mendapatkan uang dari Naomi, Firman segera pergi ke club'. Dia menghabiskan uang itu untuk bersenang-senang."Enak sekali ternyata hidupku ini," kata Firman.Firman mabuk berat, dia pulang dengan mengendarai sepeda motor. Firman tidak dapat menguasai diri, dia menabrak sebuah mobil yang melintas dari arah lain.BraaaakkkkFirman jatuh terguling di aspal, dia langsung tak sadarkan diri. Pemilik mobil langsung saja melarikan diri. Suasana jalan saat itu sangat sepi.Paginya saat tersadar, Firman berada di sebuah rumah sakit. Dia hanya bisa menggerakkan matanya namun susah untuk berbicara."A...A..ku d..i...ma...na...?" tanya Firman ."Pak Firman berada di rumah sakit, kami sudah memberi kabar pada keluarga Pak Firman," jawab perawat.Tidak berapa lama pintu terbuka, Firman kira itu adalah orang tuanya ternyata dokter datang memeriksa keadaannya.Keadaan Firman sangat memprihatinkan, dia susah berbicara dan kakinya satu terpaksa diamputasi karena lukanya sudah sangat parah. Denga
Satria merasa aneh dengan sikap Naomi, dia menjadi pendiam sejak Firman di pecat. Bahkan Naomi jarang berbicara dengan Satria."Naomi, bagaimana sekolah kamu?" tanya Satria."Alhamdulillah baik," jawab Naomi singkat."Kamu kenapa kok jadi pendiam seperti itu? Apa ada masalah? Kalau ada cerita sama Papa," kata Satria.Naomi menggeleng, setelah sampai di depan gerbang Naomi segera turun dari mobil dan berjalan ke sekolahannya. Satria segera pergi, namun ada panggilan sehingga dia berhenti di dekat sekolahan Naomi.Saat Satria menerima panggilan, dia melihat Firman ke arah sekolahan Naomi. Dia menelfon sembari melihat ke arah Firman berada. Tidak berapa lama Naomi datang dia mendekati Firman.Satria yang merasa penasaran langsung mengakhiri panggilannya dan mendekat. Namun, dia bersembunyi agar Naomi dan Firman tidak tahu."Sayang, Mana uang yang Papa minta?" tanya Firman. Satria yang mendengar pertanyaan Firman, terkejut sekali."Ini, Pa. Ini terakhir kalinya ya, Pa. Naomi tidak mau men