Share

Makin Curiga

Alma langsung masuk ke kamar anaknya. Ternyata putrinya yang bernama Naomi sudah turun dari ranjang.

"Ma, pengen minum," ucap Naomi.

Alma dengan cepat mengambil air minum di dapur tanpa memperdulikan Firman yang sudah masuk ke kamar mereka.

"Mama, Naomi mimpi buruk. Papa pergi ninggalin kita," kata Naomi saat Alma memberinya air minum.

Apa itu pertanda buruk? Mengapa anak sekecil Naomi mendapatkan mimpi seperti itu? Alma mencoba menenangkan Naomi.

"Jangan sedih, papa gak akan ninggalin kita," ucap Alma agar Naomi merasa tenang dan tidur kembali.

"Mama, aku mau tidur sama mama dan papa malam ini," kata Naomi meletakkan gelasnya di meja setelah meminumnya hingga habis.

Alma mengajak Naomi ke kamarnya, mereka malam ini akan tidur bertiga. Saat Alma sampai di kamar ternyata Firman sudah terlelap.

Naomi dan Alma ikut tidur agar besok gak bangun terlambat. Walaupun sebenarnya Alma penasaran dengan apa yang dilakukan Firman di belakang rumah malam-malam.

**

Pagi itu rambut Firman terlihat basah. Alma jadi semakin heran dengan apa yang Firman lakukan semalam.

"Kamu kok lihat aku kayak gitu," kata Firman merasa diperhatikan oleh Alma.

"Oh gak, Mas," ucap Alma.

Mereka bertiga makan, namun saat makan terjadi drama. Naomi tak mau makan, dia meminta disuapin Firman tapi Firman menolak.

"Sayang, papa harus cepat sarapannya. Jadi papa gak bisa suapin kamu. Kamu makan sama mama ya," tolak Firman. Meskipun penolakan Firman terkesan halus tapi bagi Naomi berbeda.

"Gak mau, aku mau sama papa. Sebentar saja, Pa!" pinta Naomi merajuk.

"Jangan manja! Udah makan sendiri saja," bentak Firman sambil berdiri lalu mengambil tas kerjanya dan pergi.

Naomi pertama kali dibentak Firman, dia terlihat sangat takut. Dia langsung memeluk Alma. Alma berusaha membujuk Naomi agar mau makan lalu sekolah.

Namun, usaha Alma sia-sia. Naomi justru merajuk dan berlari ke kamar. Hari itu Naomi susah diatur dan rewel.

**

Sementara itu di rumah Sania, mereka sedang sarapan. Putra Sania yang bernama Ibra sedang disuapin Kurnia. Usia Ibra selisih satu tahun dengan Naomi. Mereka sering main bersama.

"Nenek, nanti Ibra main ke rumah Kak Naomi ya," kata Ibra yang baru berumur tiga tahun. Dia belum bersekolah, sehingga biasa pergi main ke rumah tetangga.

"Main di rumah saja ya, Kak Naomi kan sekolah," kata Kurnia.

Bukannya Kurnia melarang Ibra, hanya saja dia masih sungkan terhadap Alma atas sikap Sania tempo hari.

Ibra memaksa pergi ke rumah Alma, sementara Kurnia duduk manis di rumah tak peduli.

Ibra senang melihat Naomi ada di rumah, jadi mereka kini bermain bersama. Ketika melihat Ibra, Alma langsung teringat ucapan Sania tempo hari.

"Ibra, ini mainan aku. Itu bagian kamu," teriak Naomi.

"Aku mau yang ini," bentak Ibra sambil merebut boneka yang dipegang Naomi.

Alma tahu itu boneka kesayangan Naomi kemana saja dia pergi selalu di bawa kecuali saat ke sekolah.

Alma mendekati mereka yang tengah bertengkar berebut mainan.

"Ibra, kamu main boneka ini saja ya," kata Alma bersikap lembut pada Ibra agar mau dengan boneka yang lain.

"Gak mau Tante, Ibra mau itu," tunjuk Ibra pada boneka yang di peluk Naomi.

"Ibra jahat, aku gak mau main sama Ibra," kata Naomi berlari ke kamar.

Ibra malah menangis, sehingga membuat Alma bingung. Berbagai cara dia lakukan agar Ibra diam namun semakin kencang.

Tiba-tiba Sania datang, dia menarik tangan anaknya.

"Mbak Alma apakan Ibra? Kok dia sampai nangis?" tanya Sania sinis.

"Mereka berebut mainan," jawab Alma.

"Kalau Mbak Alma gak suka sama saya jangan lampiaskan sama Ibra. Dia gak tahu apa-apa," ucap Sania. "Ayo pulang!" ajak Sania pada Ibra.

Alma tak merasa membenci Sania hanya saja dia tak suka karena Sania mencintai suaminya.

Alma masuk ke kamar Naomi, tetapi Naomi masih marah-marah tak jelas. Tak seperti biasanya Naomi rewel dan manja seperti itu.

"Mama, aku mau makan pizza," kata Naomi. "Minta papa belikan buat aku ya," kata Naomi.

"Iya nanti mama telfon papa," kata Alma.

Alma pun menelfon Firman dan menyampaikan apa yang Naomi mau. Firman menyanggupi untuk membelikan Naomi pizza.

Sorepun tiba, Firman pulang membawa dua box pizza. Padahal satu box saja sebenarnya sudah cukup untuk satu keluarga.

"Mas, kok beli dua. Satu lagi untuk siapa?" tanya Alma penasaran karena tak pernah Firman membeli makanan dobel.

"Oh ini, tadi Sania minta tolong nitip juga," jawab Firman. "Tolong kamu antar ya! Kalau di kasih uang jangan di terima!" perintah Firman.

Alma sebenarnya enggan mengantar pizza itu. Tapi dia tak mau ribut dengan Firman. Sampai di rumah Sania, Alma mengetuk pintu.

"Eh Mbak Alma, ngantar pizza ya," kata Sania tersenyum senang.

"Mama ini pizza buat Ibra ya," sahut Ibra yang berada di samping Sania. Sania mengangguk lalu mengajak Ibra masuk ke dalam rumah tanpa memperdulikan Alma yang masih berdiri di depan pintu.

Kini kecurigaan Alma semakin menjadi. Dia yakin selama ini Firman dan Sania berkomunikasi.

Tak mau berlama-lama, Alma segera pulang. Dia tak mengharap sekedar ucapan terima kasih dari Sania.

"Mama, Ayo makan pizza!" ajak Naomi saat melihat Alma sudah kembali.

"Kamu makan saja dulu," ucap Alma. Dia segera ke kamar untuk menemui Firman. "Mas, jangan keseringan belikan Ibra makanan!" ucap Alma.

Firman yang hendak mandi menolah ke arah Alma. Dia tampak tidak suka dengan apa yang Alma katakan.

"Ibra itu gak punya papa, kasihan dia," ucap Firman. "Toh hanya makanan yang kita berikan," sambungnya.

"Tapi...," belum sempat berkata Firman sudah menyela ucapan Alma.

"Tapi apa? Sudahlah itu aku belikan pakai uangku jadi terserah aku mau kasih ke siapa. Toh Naomi juga dapat makanan yang sama. Perkara makanan saja jangan dibesar-besarkan. Gak enak kalau nanti Sania atau Bu Kurnia dengar, nanti mereka. Ida salah faham," kata Firman.

Alma terdiam sejenak, dia berpikir apa dia terlalu berlebihan dalam bersikap. Namun, sejak kedatangan Sania tempo hari pikiran Alma tak karuan. Dia mudah curiga pada siapa saja.

"Iya makanan asal jangan cintamu yang kamu berikan pada orang lain, Mas," celetuk Alma.

Firman yang tadi sudah mau membuka pintu kamar mandi berhenti. Dia melihat ke arah Alma.

"Kamu bicara apa sih? Bicaramu makin ngawur saja," kata Firman. "Bikin moodku jelek saja," sambung Firman lalu masuk ke kamar mandi.

Alma hendak keluar kamar, dia melihat ponsel Firman menyala. Sepertinya ada pesan masuk dari seseorang. Alma penasaran, dia melihat pesan dari siapa yang baru masuk.

Alma tercengang melihat isi pesan yang masuk di ponsel Firman. Seketika Alma mengembalikan ponsel itu pada tempatnya. Walaupun belum melihat isi pesan sepenuhnya namun dia tahu siapa pengirimnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status