Share

Cinta Terlarang Suamiku dengan Tetanggaku
Cinta Terlarang Suamiku dengan Tetanggaku
Author: Nabila Gemoy

Mencintai Suami Orang

"Alma, bisa kita bicara?" tanya Sania saat berkunjung ke rumah Alma. Saat itu hanya Alma seorang diri rumah.

"Iya, silahkan masuk!" perintah Alma. Alma mengajak Sania duduk di ruang tamu. "Ada perlu apa ya?" tanya Alma.

"Sebelumya saya meminta maaf, karena apa yang akan saya katakan ini pasti sangat menyakiti hatimu," jawab Sania.

Alma menatap heran ke arah Sania. Biasanya Sania tak pernah secanggung ini saat berbicara dengannya. Mereka sudah bertetangga lama jadi sudah saling kenal.

"Memang apa yang ingin kamu sampaikan?" tanya Alma sambil merubah posisi duduknya.

"Saya mencintai Mas Firman," jawab Sania.

Firman merupakan suami dari Alma. Namun, Alma tak pernah mengira kalau Sania mencintai suaminya.

"Lalu apa maksud kamu memberitahu aku?" tanya Alma.

"Aku kira cintaku bertepuk sebelah tangan. Ternyata Mas Firman juga mencintaiku," jawab Sania.

Pandangan mata Alma seketika menjadi buram, kepalanya terasa sakit sekali. Dadanya bergemuruh menahan emosi yang sudah mengganjal.

"Dari mana kamu tahu kalau Mas Firman mencintaimu?" tanya Alma.

Sania mengambil ponselnya di saku, lalu memperlihatkan chatingan dia dengan Firman pada Alma.

Hati Alma terasa sangat sakit. Dia tak menyangka suami yang selama ini dia banggakan dan dia percaya telah mencintai wanita lain.

"Aku berharap kamu tidak menghalangi hubungan kita," kata Sania. Setelah mengatakan hal itu Sania mengambil ponselnya di atas meja dan pamit pulang.

Setelah kepergian Sania, Alma menangis sesegukan. Dia merasakan sesak di dalam dada sehingga sulit baginya untuk bernafas. Berulang kali dia beristighfar dan mengurut dadanya yang sakit.

**

Sania tak merasa bersalah atas apa yang dia ucapkan pada Alma. Baginya lebih baik Alma tahu tentang perasaan dia dari pada dia diam-diam menyimpan rasa pada Firman.

"Sania, dari mana kamu?" tanya sang ibu-- Kurnia. Dia sedang menjahit baju pesanan pelanggan.

Sania merupakan anak semata wayang Kurnia. Dia selalu di manja oleh Kurnia sehingga apapun yang Sania mau selalu mendapatkan dukungan dari Kurnia.

"Dari rumah Alma, aku mengatakan hal yang sejujurnya kalau aku suka dengan Mas Firman," jawab Sania jujur.

Kali ini Kurnia tak sependapat dengan Sania. Dia menentang apa yang Sania lakukan. Bahkan Kurnia mengancam Sania atas apa yang dia lakukan.

"Apa kamu sudah gila? Kamu mencintai suami orang. Ibu tak mau sampai Alma membenci kita karena kelakuanmu itu. Lebih baik ibu tak punya anak seperti kamu," ucap Kurnia.

"Bu, aku mencintai Mas Firman apa salahnya. Cinta itu gak pandang bulu, Bu. Cinta bisa datang kapan saja dan pada siapa saja," bantah Sania.

Pertengkaran antara Sania dan Kurnia tak bisa dihindari. Sania masih pada prinsipnya bahwa cintanya tidak salah walaupun status Firman adalah pria beristri.

Demi menjalin silaturahmi dengan Alma, Kurnia mendatangi Alma untuk meminta maaf atas apa yang di lakukan Sania.

"Nak Alma, ibu minta maaf pada Nak Alma. Apa yang di lakukan Sania salah, aku berharap Nak Salma mau memaafkannya. Ibu berusaha agar Sania tak akan mengganggu Nak Firman," ucap Kurnia.

"Sania tidak salah, Bu. Cinta memang tidak bisa dipaksa atau dilarang. Yang penting Sania tahu saja batasannya karena Mas Firman adalah pria beristri," kata Alma. "Awalnya saya merasa sakit hati, tapi saya tidak bisa menyalahkan Sania atas hal ini," sambung Alma.

Kurnia tak menyangka jawaban Alma akan sebijak itu. Namun, dia makin khawatir jika nanti Sania nekat untuk merebut Firman. Biar bagaimanapun, Kurnia harus tetap mengawasi Sania.

Setelah kepulangan Kurnia, Firman pulang dari kantor. Dia membawakan makanan untuk Alma.

"Aku tadi lihat Bu Kurnia dari sini. Ada perlu apa beliau ke sini?" tanya Firman sambil meletakkan makanan yang dia bawa. "Oh ya ini aku belikan kamu martabak," sambung Firman.

Mereka lalu makan martabak bersama selagi masih panas. Setelah itu Alma menyuruh Firman untuk segera mandi.

**

Malam itu, Alma dan Firman sedang menonton televisi. Mereka tampak begitu mesra, Alma bersandar di pundak Firman sambil menikmati camilan yang telah dia sediakan.

Sementara itu, putri kecil Alma sedang mewarnai sambil menonton televisi. Keluarga mereka terlihat sangat harmonis. Berbeda dengan keluarga Sania, sebagai seorang janda beranak satu dia membesarkan putranya seorang diri.

"Mas, boleh pinjam ponsel kamu?" tanya Alma.

"Buat apa? Kamu kan punya ponsel sendiri?" tanya Firman yang justru balik tanya pada Alma.

"Mau ngecek aja," jawab Alma sembari bangun dari sandarannya. Alma hanya ingin tahu apa Firman pernah berkomunikasi dengan Sania atau tidak.

Sejak kedatangan Sania waktu itu, Alma menjadi khawatir. Dia ingin mencari bukti atas apa yang dikatakan Sania jika Firman juga mencintai dia.

"Kamu gak percaya sama aku, kenapa harus cek ponsel segala?" tanya Firman tampak keberatan. "Ponsel ini privasiku, jadi hanya aku yang boleh akses," sambung Firman.

Alma diam saja, dia tak berani membantah. Padahal dalam hati dia kesal sekali atas jawaban Firman. Bagi Alma antara suami dan istri tidak ada privasi lagi dan harus saling terbuka. Namun, berbeda dengan Firman yang tak ingin berbagi privasinya itu.

"Kenapa akhir-akhir ini kamu berubah? Sering ngepoin apa yang aku lakukan?" tanya Firman. "Percayalah, aku tidak ada main di belakang. Aku hanya mencintaimu," sambung Firman lalu menarik tubuh Alma ke dalam pelukannya.

Kali ini Alma terpaksa mengalah, lain kali dia akan mencari bukti sendiri atas ucapan Sania. Alma menidurkan putrinya, sementara Firman masih asyik di depan televisi.

Selesai menidurkan anaknya, Alma keluar kamar putrinya. Dia melihat Firman menyapa layar ponselnya sambil senyum-senyum sendiri. Alma semakin penasaran dengan siapa Firman berkomunikasi.

"Mas, gak tidur?" tanya Alma.

Firman tampak terkejut dan langsung meletakkan ponselnya. Firman terlihat seperti maling yang ketahuan sedang mencuri.

"Asyik banget chatingannya, sama siapa, Mas?" tanya Alma.

"Oh itu lihat vidio lucu di t*kt*k," jawab Firman. "Kamu tidur duluan ya, aku belum ngantuk," kata Firman.

Alma masuk ke dalam kamar, dia masih penasaran dengan apa yang Firman lakukan tadi. Dia yakin jika Firman tengah berbohong.

Alma akhirnya tidur duluan, namun saat Alma terjaga dia tidak menemukan Firman di sampingnya. Alma keluar kamar, dia tak melihat Firman di depan televisi padahal televisi masih menyala.

"Mas Firman, di mana kamu?" tanya Alma sambil mencari Firman ke dapur dan keruangan lain termasuk kamar anaknya namun hasilnya nihil.

Saat Alma ke dapur untuk mengambil minum, dia mendengar suara dari halaman belakang. Suara perempuan dan laki-laki terdengar jelas tetapi dia tak bisa melihat siapa yang ada di sana karena gelap.

Tidak berapa lama, Firman masuk ke dalam rumah melalui pintu dapur. Dia terkejut saat melihat Alma di dapur.

"Dari mana kamu, Mas?" tanya Alma mendekati Firman.

Firman tampak panik, dahinya berkeringat seperti orang yang habis olahraga.

"Oh itu...," Ucapan Firman terhenti saat mendengar suara tangis putrinya.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Siti Fatimah
saya suka dengan cerita ini
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status