Share

Bab 5 : Rahasia Marcus

Author: Mandy Poole
last update Last Updated: 2023-12-01 17:26:12

Apartemen Freya adalah tempat yang nyaman dan tenang. Dindingnya berwarna putih bersih, dengan furnitur kayu yang sederhana. Di sudut ruangan, terdapat sebuah sofa berwarna biru muda yang menjadi tempat favorit Freya untuk bersantai.

Malam itu, Freya duduk di sofa, menatap keluar jendela nya dengan tatapan kosong. 

Pakaian yang dikenakan Freya sejak ia izin pulang cepat dari kantor nampak kusut dan kotor, ia tidak peduli dengan penampilannya usai menangis selama berjam-jam.

Freya masih memikirkan percakapannya dengan Marcus. Kata-kata itu masih terngiang di telinganya, seperti sebuah mantra yang menyakitkan.

"Aku tidak pernah ingin menyakitimu," kata Marcus.

Freya juga memikirkan permintaan Marcus untuk berbaikan. Ia ingin sekali mempercayainya, tetapi ia tidak yakin bisa melakukannya.

"Aku tidak yakin aku bisa memaafkanmu," gumam Freya.

Freya tahu bahwa Marcus menyesal atas apa yang telah terjadi. Tetapi ia juga tahu bahwa penyesalan tidak akan bisa mengembalikan apa yang telah hilang.

Sebagian dari dirinya ingin sekali mempercayainya, menggenggam setiap kenangan tentang hubungan yang pernah mereka miliki. 

Namun sisi rasionalnya, sebagai seorang jurnalis yang mencari kebenaran dalam setiap berita, tidak bisa mengabaikan bukti-bukti perselingkuhannya.

"Bukti-bukti perselingkuhannya tidak bisa diabaikan," kata Freya pada dirinya sendiri. "Dia ingin memperbaikinya. Dia ingin mendapat kesempatan untuk menjelaskannya. Tapi bisakah aku mempercayai semua yang dia katakan?"

Freya meregangkan punggungnya yang terasa mulai pegal. Pikirannya dipenuhi dengan berbagai emosi yang saling bertentangan. Ia merasa sakit hati dan marah karena telah dikhianati oleh Marcus. Ia juga merasa kehilangan cinta dan kepercayaan yang telah ia berikan kepadanya.

Gadis berambut coklat itu menghela napas panjang dan bangkit dari sofa. Ia berjalan ke kamar tidurnya dan berbaring di tempat tidur. Ia menatap langit-langit, dan tiba-tiba, ia merasakan sebuah api berkobar di dalam dirinya.

Freya tidak akan membiarkan Marcus menghancurkannya. Ia akan melawannya dan merebut kembali harga dirinya.

Freya tahu bahwa patah hati adalah hal yang wajar. Namun, ini bukan hanya tentang patah hati. Ini juga tentang kehilangan harga dirinya. Freya merasa seperti telah direndahkan dan dipermainkan oleh Marcus.

Ia harus merebut kembali harga dirinya dan membuktikan bahwa ia lebih baik darinya.

“Marcus brengsek, dia telah menghancurkan hubungan ini, dan sekarang dia pikir kata yang keluar dari mulutnya bisa memperbaiki semuanya? Dia salah besar, dan ini waktu baginya untuk merasakan konsekuensinya." gumam Freya dengan mata memicing.

Dengan semangat ia berdiri dari tempat tidurnya, lalu berjalan ke lemari kecil berwarna putih di sampingnya, membuka lacinya dan mengambil sebuah laptop.

Freya menyalakan laptopnya dan mulai mengetik.

Cahaya lembut dari laptop menerpa wajahnya, membuat rambutnya yang berwarna cokelat kemerahan terlihat berkilau.

Jari-jarinya bergerak dengan cepat dan terampil, seolah-olah mereka memiliki kehidupannya sendiri. Ia membuka browser, dan mulai mengetikkan alamat situs web sebuah perusahaan investigasi swasta lalu mencari perusahaan yang ia ketahui milik Marcus.

Selama 3 tahun mereka berpacaran, Freya tidak pernah mencari tahu dengan detail tentang perusahaan Marcus, yang ia tahu selama ini pria itu sangat baik dan perhatian padanya sampai ia tidak pernah menaruh rasa curiga sedikitpun.

Mata Freya fokus pada layar laptopnya membaca setiap detail informasi yang muncul. Semakin ia membaca, semakin jelas baginya bahwa Marcus bukanlah pria yang ia pikir dia kenal.

"Aku tidak menyangka aku bisa sangat naif." Freya menatap layar laptopnya kecewa "Aku mempercayainya dengan sepenuh hati, dan dia menyalahgunakan kepercayaan itu. Sekarang, dia akan menghadapi konsekuensinya."

Rahang Freya mengeras "Dia ingin menyembunyikan rahasia ini dariku? Baiklah, mari kita lihat bagaimana dia senang jika semua orang tahu rahasianya." Ia akan membuat Marcus menyesal telah mengkhianati kepercayaannya.

Dengan semangat ia mulai menulis tentang temuan detail keuangan perusahaan Marcus yang mencurigakan, dengan harapan ingin membalas dendamnya. Ia menyusun rencananya dengan hati-hati.

Freya duduk di tepi tempat tidurnya, menatap layar laptop dengan penuh tekad. Layar laptop  memantulkan bayangan dari wajah kusut Freya yang nampak kelelahan tapi api kemarahan yang terpancar dari kedua bola matanya.

Sebagai seorang jurnalis yang berpengalaman, ia tahu bahwa ia harus mengumpulkan bukti yang kuat sebelum mengambil tindakan apa pun.

Ia mulai menyelidiki Marcus secara detail, sesuatu yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya saat masih mencintai lelaki ini. Ia mencari tahu tentang wanita yang bersamanya di foto-foto yang terlampir dalam email. Tak lupa ia juga mencari tahu tentang hubungan mereka.

Semakin banyak yang ia pelajari, semakin kuat rasa marah dan kebencian di dalam dirinya. Ia merasa seperti telah dikhianati dan direndahkan.

Freya tidak hanya ingin membalas dendam karena ia merasa sakit hati. Ia juga ingin menunjukkan bahwa ia tidak akan membiarkan dirinya menjadi korban. Ia akan berjuang untuk mendapatkan keadilan, bahkan jika itu berarti harus mengambil risiko.

Balas dendam tidaklah akan mudah, Freya akan menghadapi banyak rintangan dan tantangan. Namun, ia bertekad untuk menyelesaikannya. Ia tidak akan membiarkan siapapun menyakitinya lagi.

"Oh, apa ini?" gumam Freya.

Tiba-tiba, ia melihat sesuatu yang menarik perhatiannya. Rasa penasaran menjalari tubuhnya, ia menghentikan pencariannya dan mulai membaca tulisan yang baru ia temukan.

Freya membaca dengan cermat, matanya memindai setiap baris seolah tidak ingin kehilangan satu suku kata pun. Ia mulai menyadari bahwa tulisan itu mengandung informasi yang sangat penting.

"Astaga!" Freya dengan cepat menutup mulutnya, matanya terbelalak kaget. Ia menelan ludah dengan susah payah, mencoba untuk menahan diri untuk tidak berteriak.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Anak Pertama
Apa kira2 yg disembunyikan Marcus. benar2 laki2 TDK tau diri
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Cinta Terlarang di Balik Misi Balas Dendam   Bab 38 : Kabin di Tengah Hutan

    Mesin mengeluarkan rengekan frustrasi saat Adrian berulang kali menekan pedal gas dan memutar kunci, tetapi mobil itu tetap tidak bergerak. Dia melirik sekilas ke indikator bensin, memastikan bahwa bensinnya masih setengah penuh."Tangki bensinnya tidak kosong, jadi ada apa dengan mobil ini?" Adrian bergumam, alisnya berkerut kesal.Freya duduk di kursi penumpang, mengintip ke arahnya dengan perasaan khawatir dan tidak sabar. "Yah, kita tidak bisa membuat benda itu hidup hanya dengan menatapnya," katanya datar.Adrian menghela napas frustrasi, mengusap-usap rambutnya. "Aku tahu, aku tahu. Tapi ini hanya keberuntungan kita, bukan? Menemukan mobil di tempat antah berantah, dan ternyata tidak berfungsi," gerutunya, terdengar kecewa.Mereka memutuskan untuk meninggalkan mobil dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki, memasuki hutan lebat yang membentang di depan. Udara terasa pekat dengan aroma daun-daun basah, dan gemerisik samar satwa liar menambah suasana mencekam."Aku benci be

  • Cinta Terlarang di Balik Misi Balas Dendam   Bab 37 : Mimpi Buruk Adrian

    "Adrian, kau benar-benar orang tidak tahu diuntung. Sekarang kau tidak bisa lari kemanapun! Inilah akibatnya jika kau mengkhianatiku—"Brag!Mata Adrian terbelalak, sisa-sisa mimpi buruknya masih tersisa seperti rasa pahit di mulutnya. Dadanya berdebar-debar setiap kali menarik napas, ritme yang cepat menggambarkan kekacauan mimpinya. Tempat itu terasa sesak, udara terasa berat dengan bobot rasa takutnya.Adrian terbangun dengan sisa-sisa mimpinya yang mengerikan, bayangan samar seorang pria berbadan tegap dengan suara mengerikan masih menggema di telinganya.Ia beberapa kali memeriksa wajahnya untuk memastikan bahwa yang barusan terjadi hanya mimpi buruk. Pukulan keras yang ia rasakan dalam mimpinya seolah membawa nyawanya yang melayang menubruk tubuhnya dengan keras."Adrian, bangun! Adrian—apa jkau baik-baik saja?" bisikan Freya yang mendesak menembus kabut pikirannya, tangan lembutnya menggoyangkan bahu Adrian dengan tekanan yang lembut.Adrian mengerjap, mencoba melepaskan bayang

  • Cinta Terlarang di Balik Misi Balas Dendam   Bab 36 : Air Sungai yang Membeku

    Arus air yang deras menyelimuti mobil, menarik dan menyeretnya bagai pasukan musuh yang tak kenal lelah. Di dalam, jantung Adrian berdegup kencang dengan campuran rasa takut sekaligus teguh saat ia memeluk Freya erat-erat, tangannya menjadi perisai pelindung di sekeliling tubuh Freya yang gemetar. "Freya, pegang erat-erat," teriak Adrian di atas deru sungai, suaranya terdengar putus asa. Freya berpegangan erat pada Adrian, matanya terbelalak karena ketakutan tetapi juga ada tekad yang kuat yang tercermin dalam tatapannya. Dia mengangguk, kepercayaannya pada Adrian tidak tergoyahkan bahkan dalam menghadapi situasi yang berbahaya ini. Pikiran Adrian dipenuhi dengan berbagai kemungkinan saat dia mengamati bagian dalam mobil. Matanya tertuju pada jendela, penghalang kaca di antara mereka dan potensi keselamatan. Tanpa ragu-ragu, dia menguatkan diri dan memberikan pukulan kuat ke jendela dengan sikunya. Kaca itu awalnya memberikan perlawanan, keras kepala dan membatu. Adrian mengertakk

  • Cinta Terlarang di Balik Misi Balas Dendam   Bab 35 : Jurang Tanpa Tepi

    Saat mereka melesat menuju bangunan yang ditinggalkan, naluri Adrian tersentak oleh rasa tidak nyaman yang semakin meningkat. Nampaknya bayang-bayang malam membayang mengancam, menimbulkan keraguan akan keselamatan mereka. Freya melirik Adrian, sorot matanya menyiratkan kekhawatirannya. "Kita masih diikuti," gumam Adrian, genggaman tangannya menguat pada kemudi saat dia menelusuri jalanan yang gelap. Jantung Freya berdegup kencang, pikirannya berpacu dengan berbagai kemungkinan. "Bagaimana mereka bisa menemukan kita begitu cepat?" Pandangan Adrian beralih ke kaca spion, matanya menyipit ketika ia melihat sebuah mobil membuntuti mereka, lampu depannya seperti mata yang menyilaukan di malam hari. "Bukan hanya itu," kata Adrian dengan muram, suaranya terdengar gusar. "Ada alat pelacak di dalam mobil." ujarnya sambil melirik ke arah benda kecil yang tertempel di spion mobilnya. Mata Freya membelalak karena khawatir, menyadari betapa gawatnya situasi mereka. "Mereka mengetahui setiap

  • Cinta Terlarang di Balik Misi Balas Dendam   Bab 34 : Bahaya yang Menanti

    Saat sosok bayangan itu mendekati mobil Adrian, siluetnya yang mengancam tampak semakin besar, membayangi mereka seperti teror yang menakutkan. Udara menjadi pekat dengan ketegangan, setiap tarikan napas diwarnai dengan gelombang ketakutan. Jantung Adrian berdegup kencang di dalam rongga dadanya, suaranya seperti genderang yang menabuh kegelisahan di tengah keheningan malam. Tangan Freya mengencang di sekitar tangan Adrian, jari-jarinya dingin dan berkeringat dengan energi gugup. Cahaya lembut bulan memancarkan bayangan menakutkan, mempermainkan mata mereka saat sosok itu semakin mendekat. Apakah itu benar-benar makhluk yang tidak berbahaya, atau sesuatu yang lebih jahat yang bersembunyi di kegelapan? Tatapan mereka terkunci, terbelalak karena ketakutan, saat sosok itu mulai terlihat - makhluk kecil berbulu yang melesat melintasi jalan setapak yang diterangi cahaya bulan. Rasa lega membanjiri seluruh tubuh mereka. "Itu hanya tupai," seru Freya, tawanya membahana seperti lonceng di

  • Cinta Terlarang di Balik Misi Balas Dendam   Bab 33 : Dilema Mematikan

    Adrian tersentak dari tidurnya, napasnya tersengal-sengal dan terengah-engah, sisa-sisa dari mimpi buruk yang menjeratnya dalam cengkeraman. Bayangan menakutkan masih melekat di tepi kesadarannya, sebuah pengingat akan kegelapan yang menghantui mimpinya. Saat dia mengedipkan mata dari sisa-sisa tidurnya, Adrian mendapati dirinya diselimuti oleh cahaya lembut sinar bulan, dunia di sekelilingnya bermandikan pendaran cahaya yang lembut. Di sampingnya, kehadiran Freya terasa seperti mercusuar pelipur lara, sentuhannya terasa hangat di dahinya yang berkerut. Suaranyanya bagai melodi yang menenangkan di tengah kekacauan pikirannya, memecah keheningan seperti bisikan di malam hari. "Apakah semuanya baik-baik saja?" Kata-kata Freya menggantung di udara, menjadi pertanyaan lembut yang diwarnai dengan keprihatinan. Tatapannya, yang dipenuhi dengan intensitas yang tenang, mencari jejak-jejak gejolak yang mengganggu tidurnya. Tenggorokan Adrian tercekat oleh gelombang emosi, jantungnya tera

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status