Home / Romansa / Cinta Tersembunyi di Balik Dendam / Kehidupan dan takdir baru

Share

Kehidupan dan takdir baru

Author: Aini Sabrina
last update Last Updated: 2025-01-30 19:36:38

"Bu, kenapa belum ada makanan? Apa wanita sialan itu belum memasak untuk kita?" tanya Echa sambil kedua tangan melipat di dada.

"Hah, benarkah? Sialan sekali wanita itu!"

"Veronika!" teriak Margareth sambil memasuki dapur rumahnya. "Apa kau tuli, hah?"

"Tck. Kemana wanita tidak berguna ini?" tanya Margareth sambil tangannya bergerak menumpahkan air ke dalam gelas. Ia memiliki niat untuk menyiramkan air itu pada Veronika.

Segera, Margareth menaiki tangga menuju kamar Veronika. Setibanya di depan pintu kamar, tanpa mengetuk atau melakukan apa pun, Margareth menendang pintu kamar tersebut hingga terbuka dengan keras. Mendapati sebuah tali yang terikat kuat pada tiang ranjang, Margareth langsung memeriksa semua isi lemari Veronika, yang ternyata hanya tersisa pakaian sedikit saja.

"Sialan! Wanita itu rupanya berani kabur dari sini," ucap Margareth, wajahnya memerah karena emosi.

"Sayang!" teriak Margareth, mengejutkan Demon yang tengah berada di dalam kamar.

"Ada apa, Sayang? Kenapa kau berteriak keras sepagi ini?" tanya Demon, keningnya mengerut bingung.

"Veronika! Dia kabur dari rumah ini, Ayah!" kata Echa, mengejutkan Demon. "Apa yang harus kita lakukan?" tanya Echa lagi.

"Kabur? Jangan bercanda kalian berdua. Tidak mungkin anak itu berani kabur dari rumah ini. Mau tinggal di mana lagi, memangnya dia?!" ucap Demon, menunjukkan raut ketidakpercayaan.

"Terserah jika Ayah tidak percaya, tapi kenyataannya, wanita itu memang telah pergi dari sini," ucap Echa, tidak ingin berdebat dengan ayahnya.

Mendengar itu, tentu saja Demon tidak kalah marahnya akibat ulah Veronika yang begitu berani meninggalkan rumah tanpa sepengetahuan siapa pun.

"Jika aku berhasil menemui anak itu, maka kupastikan akan menyeretnya kembali ke sini," ucap Demon, yang tidak akan membiarkan Veronika bebas darinya.

"Ayah memang harus menyeret wanita itu ke mari," sambung Margareth, yang langsung mendapat anggukan dari Echa.

"Baiklah, Sayang. Kalau begitu, aku akan kembali ke kamar untuk menghubungi seseorang yang bisa membantuku menemukan Vero," ucap Demon, segera berlenggang pergi menuju kamarnya.

Di sisi lain, di depan sebuah bangunan besar milik Rudiarth Company, kini Veronika tengah berdiri diam sambil menatap sebuah poster. Poster itu menampilkan informasi bahwa perusahaan Rudiarth tengah membutuhkan seorang sekretaris. Tak menyia-nyiakan kesempatan, ia langsung menghubungi nomor yang tertera.

Dari panggilan, Veronika diminta untuk datang dengan membawa surat lamaran dan CV, yang nantinya akan diserahkan kepada CEO di perusahaan tersebut.

Dengan langkah yang gugup, Veronika mulai menginjakkan kakinya di perusahaan besar itu dan langsung ke bagian resepsionis.

"Selamat pagi, maaf mengganggu waktu Anda. Kedatangan saya kesini untuk melamar pekerjaan sebagai sekretaris," ucap Veronika.

"Pagi juga, Nona! Silakan menunggu sebentar, saya akan menghubungi Tuan Aldrich." Mendengar itu, Veronika mengangguk.

Sambil menunggu, Veronika menatap ke sekeliling, memandangi betapa indahnya desain interior perusahaan tersebut.

Tak lama kemudian, resepsionis itu memanggil, "Nona, silakan naik ke lantai empat untuk menemui Tuan Aldrich. Beliau adalah direktur utama yang akan memutuskan apakah lamaran pekerjaan Anda diterima atau tidak," ucap resepsionis itu.

Tak menyia-nyiakan waktu, Veronika segera memasuki lift. Setelah lift tertutup, ia mulai mengatur napas sambil meremas jari-jemarinya—rasa gugup benar-benar menguasai. Tak lama kemudian, pintu lift terbuka. Veronika sudah berada di lantai empat, tempat di mana ruangan direktur berada.

Di dalam...

"Apakah wanita yang ingin melamar sebagai sekretaris itu kau?" tanya Aldrich, matanya menyipit memandangi Veronika.

Veronika mengangguk pelan, menjawab dengan lirih, "Iya," sambil menundukkan pandangan.

"Angkat kepalamu jika berbicara, dan tatap lawan bicaramu!" perintah Aldrich, yang membuat Veronika segera melaksanakannya.

Aldrich menatap Veronika sejenak, lalu beralih menatap CV wanita itu. "Baiklah! Karena kau memenuhi semua kriteria untuk menjadi sekretaris, maka aku terima lamaranmu. Mulai besok, kau sudah bisa mulai bekerja," ucap Aldrich, yang langsung disambut senyum

merekah dari Veronika.

"Terima kasih, Tuan. Saya akan bekerja dengan sangat baik," ucap Veronika, yang langsung diangguki.

"Besok adalah pertemuan pertamamu dengan CEO di perusahaan ini. Aku minta kamu untuk tidak terlambat datang, karena CEO kita sangat membenci keterlambatan," peringat Aldrich tegas.

"Baik, Tuan. Saya akan berusaha untuk tidak membuat kesalahan di hari pertama saya bekerja," jawab Veronika.

"Baiklah, sepertinya tidak ada lagi yang perlu saya bicarakan. Selamat bergabung di perusahaan kami," ucap Aldrich.

"Terima kasih, Tuan. Kalau begitu, saya permisi," ucap Veronika, lalu bergegas keluar dari ruangan tersebut.

Tanpa ingin berlama-lama menikmati kebahagiaan di dalam gedung kantor Rudiarth yang megah, Veronika segera melangkah keluar, merasakan angin sore yang lembut menerpa wajahnya. Ia memilih berjalan kaki saja ke tempat tinggal sementaranya yang tidak terlalu jauh.

Namun, di tengah keasyikannya berjalan, Veronika mulai merasakan sesuatu yang tidak biasa. Sekelompok laki-laki yang berada di belakangnya tampak seperti sedang mengikutinya. Merasa waspada dan ketakutan, Veronika pun segera mempercepat langkah, sembari sesekali menoleh ke belakang. Jantungnya berdebar kencang, dan pikirannya mulai dipenuhi rasa cemas.

Ia menduga, para pria itu bukanlah orang asing. Bisa jadi mereka adalah suruhan dari paman dan bibinya—dua orang yang selama ini selalu ingin mengendalikan hidupnya. Dengan langkah yang semakin cepat, Veronika berusaha menghilangkan bayang-bayang kekhawatiran yang terus membayangi, meskipun rasa takut itu kian menyesakkan.

Dalam ketidaksadaran Vero akan lingkungan sekitar, ia tidak memperhatikan seorang pria yang tengah berjalan dari arah berlawanan di koridor.

Tubuh Veronika yang gemetar tanpa sengaja menabrak dada bidang seorang pria. Sontak, Veronika merasa tubuhnya akan segera terjatuh, namun pria itu dengan sigap menahan pinggangnya dengan tangan yang kuat. Refleks, Veronika mendekap pria tersebut untuk mencari keseimbangan.

Dalam situasi yang singkat namun intens itu, mata Veronika bertemu dengan mata pria asing tersebut. Ada sorot membunuh yang sempat terlintas di matanya—dingin dan tajam—namun sekejap kemudian berganti menjadi tatapan lembut, seolah ingin menenangkan.

Napas Veronika tercekat. Bukan karena takut, melainkan karena perasaan asing yang mulai tumbuh di dadanya—perasaan yang sulit dijelaskan—saat pria itu masih memegangi tubuhnya erat, seperti sedang melindunginya dari dunia.

"Terima kasih, Tuan. Kalau boleh..." ucap Veronika lirih, suara gugupnya menyatu dengan degup jantung yang belum juga tenang.

Namun, belum lagi pria itu menjawab ucapannya, ia berlalu pergi begitu saja. Veronika dibuat bingung karenanya.

"Pria yang aneh!" gumam Veronika sambil melangkah memasuki kamar apartemennya.

Ia menutup pintu, melemparkan tas ke sofa, lalu menuju dapur untuk menuang segelas air. Di luar apartemennya, pria tadi berdiri beberapa meter dari pintu, menyunggingkan senyum tipis. Matanya menatap pintu yang baru saja tertutup rapat, seolah-olah menyimpan rahasia yang hanya dia dan takdir yang tahu.

"Aku akhirnya menemukanmu..." bisik pria itu pelan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Atasan kejam

    "Argh! Aku terlambat!" pekik Veronika sambil melompat turun dari tempat tidurnya. "Dasar bodoh! Bisa-bisanya aku terlambat di hari pertamaku bekerja. Aku bisa mampus dimarahi habis-habisan oleh atasanku." Dengan gerak cepat, Vero meluncur memasuki kamar mandi. Wanita itu membersihkan diri ala kadarnya. Waktu ke kantor begitu mepet, belum lagi ia harus menunggu taksi jemputan. Sambil mengenakan pakaiannya, Vero sesekali menatap jam. Ia begitu takut dimarahi oleh atasannya. Benar-benar memalukan bagi Vero jika harus menjadi pusat perhatian di kantor karena keterlambatannya itu. Usai dengan semuanya, Vero bergegas keluar dari kamar apartemen sambil memesan taksi. Beruntung, ia tidak perlu menunggu lama sampai taksi itu datang menjemputnya. "Tolong secepatnya antar aku ke perusahaan Rudiarth Company, Pak! Aku benar-benar terlambat!" kata Vero dengan wajah memelas. "Semoga saja tidak macet, Nona!" katanya sambil menatap Vero dari kaca spion. Mendengarnya, membuat Vero mengangguk. °°°

    Last Updated : 2025-01-30
  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Pembelaan

    Veronika duduk membeku di dalam mobil yang terparkir di depan restoran, mata terus menatap ke pintu masuk. Napasnya berat, detak jantungnya berpacu saat dia melihat atasannya meninggalkan mobil. "Aku takut," bisiknya lirih, "Kalau Echa tahu aku di sini, dia pasti akan cerita ke paman dan bibi." Napas Veronika memburu, rasa cemas menyelimuti seluruh pikirannya. Jemari Veronika bergerak tak karuan, meremas-remas ujung baju. Kulit wajahnya memutih, bagai tersapu kabut ketakutan saat memikirkan kembali ke rumah yang selama ini ia sebut neraka itu. "Naren, aku bisa hadapi, tapi Echa... itu yang tak bisa ku terima," gumamnya dalam hati, seraya menggigit bibir, mencoba menenangkan diri. Di tengah lamunannya, suara pintu mobil yang tertutup keras membuat Veronika terkejut bukan main. Ia lantas menatap ke arah atasannya, yang membungkuk untuk menatapnya. Tatapan atasannya begitu tajam, membuat Veronika takut. Namun, ia tidak dapat membohongi dirinya kalau atasannya itu memiliki pesona

    Last Updated : 2025-04-25
  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Dia lagi...

    Veronika duduk melingkar di balkon kamarnya, pelukan erat pada diri sendiri sebagai perisai dari dinginnya malam. Cahaya lampu jalan yang temaram menyinari wajahnya yang tengah diliputi kebingungan. Memori tentang kejadian di restoran berkelebat di pikirannya, menyisakan gundah. Atasannya yang selalu berwajah dingin itu tiba-tiba membela dirinya dari serangan verbal sang mantan kekasih dan sepupunya, sebuah sikap yang tak terduga. Veronika menggigit bibir bawahnya, gelisah. "Apakah dia benar-benar peduli, atau itu hanya tindakan formalitas di depan orang banyak?" gumamnya pada diri sendiri, cahaya rembulan yang samar menerpa matanya yang sayu. "Sungguh, sikapnya yang selalu dingin, tidak kusangka akan memberi kejutan seperti ini." Flashback On... Wajah Naren berubah merah ketika mendengar perkataan Noah padanya. "Kau... tidak memiliki hak untuk berkata seperti itu tentangku, Noah Rudiarth Alexander!" bentaknya, yang seketika mengejutkan semua orang di sana. "Kenapa tida

    Last Updated : 2025-04-26
  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Ada sesuatu...

    "Terima kasih sudah membantuku lagi, Tuan," ucap Veronika. "Aku tidak tahu bagaimana jadinya kalau Anda tidak datang menyelamatkanku." Sambil berkata demikian, Veronika mengeratkan jas atasannya itu di pundaknya. "Pria tadi... pamanmu?" tanya atasannya, yang langsung diangguki oleh Veronika. "Echa adalah putrinya. Itulah yang membuatku takut saat di restoran. Aku takut dia memberitahukan keberadaanku pada Paman dan Bibi. Sungguh, aku tidak ingin kembali ke neraka itu." Veronika kembali memeluk atasannya sambil menangis. Menyadari kesalahannya, Veronika segera menjauhkan diri dari atasannya. "Ma-maafkan aku, Tuan," kata Veronika. "Aku sudah mengotori jas Anda dengan air mataku." "Tidak apa, hanya air mata, bukan kotoran hewan," canda Noah, yang membuat Veronika tersenyum. "Ya, aku tidak akan mungkin berani memberikannya, Tuan," kata Veronika, masih tersenyum dengan memperlihatkan gigi-giginya yang rapi. Namun, saat tatapan mereka saling bertemu, Veronika merasa ada keteganga

    Last Updated : 2025-04-27
  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Haruskah menerima?

    Veronika begitu asyik terpejam, ketika ia mulai terganggu oleh rasa gatal di tenggorokannya. Saat ia mencoba mengabaikannya, rasa itu justru semakin mengganggu, memaksanya membuka mata. Belum sepenuhnya sadar, tangan Veronika meraba-raba nakas, mencari botol minumnya. Sialnya, botol itu justru kosong. "Ah, sial. Kenapa harus kosong, sih? Sepertinya aku harus lebih memerhatikannya sebelum tidur," gerutunya, lalu beranjak turun dengan malas dari atas tempat tidur. Dengan langkah gontai, Veronika berjalan keluar sambil beberapa kali menguap. Ruang tengah itu gelap, membuatnya meraba-raba mencari saklar untuk menyalakan lampu. Begitu tiba di dapur, Veronika segera mengisi botol minumnya. Tak lama kemudian, suara benda terjatuh membuatnya terlonjak. Matanya langsung awas menatap ke sekeliling. "Si-siapa di sana?" tanyanya, menatap bayangan gorden yang tertiup angin. Veronika menyentuh tengkuknya. Tubuhnya meremang karena takut. "Tidak mungkin ada yang masuk ke kamar ini, kan? Aku su

    Last Updated : 2025-04-28
  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Menerima lamarannya...

    Sore hari telah berlalu saat Veronika bersiap-siap untuk pulang dari kantor. Ya, hari ini ia menolak lamaran atasannya — tidak, lebih tepatnya, Veronika meminta satu hari lagi untuk menerima atau menolak lamaran tersebut. Alasan penolakan itu, tentu saja, karena ia trauma akan masa lalu pahitnya. Tidak hanya itu, Veronika juga merasa heran dengan atasannya sendiri. Ia merasa, atasannya begitu terburu-buru ingin memilikinya, padahal ia baru saja bekerja. Sesuatu yang tak masuk akal, jika atasannya secepat itu jatuh cinta. "Aku benar-benar bimbang," gumam Veronika. "Haruskah kuterima atau kutolak lamaran ini?" Saat Veronika melamun di dalam ruang kerjanya, atasannya itu jelas melihat sosoknya dari balik kaca transparan. Pria itu tersenyum ketika memandangi Veronika dari kejauhan lalu berbalik meninggalkan ruangan Veronika untuk kembali ke ruangannya sendiri. Veronika yang sempat melamun, kini tersadar. Ia segera bergegas menyiapkan barang-barangnya lalu keluar dari ruangannya. B

    Last Updated : 2025-04-29
  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Datang sebagai perisai

    Di dalam kamar apartemen, Veronika terus memandangi jari manisnya yang kini dihiasi cincin pemberian atasannya. Sesekali, wanita itu tersenyum-senyum sendiri, saking bahagianya. Bagaimana tidak? Perlakuan atasannya begitu romantis. Meski bersikap dingin, pria itu tahu persis cara membuat Veronika merasa istimewa. "Lihat saja, Narendra! Kau akan kubuat bertekuk lutut setelah pernikahanku dengan Tuan Noah sah," ucap Veronika seraya menatap kaca yang memantulkan wajah cantiknya, lengkap dengan senyum sinis di sana. "Bodoh sekali! Aku terlalu buta oleh perasaan cinta yang kumiliki untukmu, sampai-sampai aku tak menyadari kalau kau bermain api di belakangku bersama Echa, sepupuku." Perkataan Veronika memancing air matanya kembali mengalir. Namun, merasa tak pantas menangisi pria seperti Narendra, ia buru-buru menyekanya. "Tak akan ada lagi air mata untuk pria seperti Narendra!" tegas Veronika pada dirinya sendiri. "Aku akan melupakan pria bajingan itu!" Namun, setelah mengatakan itu,

    Last Updated : 2025-04-30
  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Diperkenalkan sebagai calon Istri

    "Berani kau sentuh calon istriku, jangan harap masih bisa melihat dunia ini lagi." Saat Veronika melihat kedatangan atasannya, ia langsung berlari mendekat dan memeluk Noah. Tubuh Veronika bergetar saat memeluk atasannya dan hal itu dapat dirasakan oleh Noah sendiri. "Ada aku, Sayang," kata Noah. "Dia tidak akan bisa melukaimu." Mendengar perkataan atasannya yang menenangkan, Veronika berusaha mengendalikan ketakutannya. Sejujurnya, ia takut saat Narendra ingin memukulnya. Veronika benar-benar tidak menyangka akan perubahan pria yang sempat dicintainya itu. Narendra berani mengangkat tangan padanya, dan Veronika tidak tahu apakah pria itu benar-benar ingin memukulnya atau hanya menggertaknya saja. Narendra terkejut. "Calon istri? A-apa maksudmu?" tanyanya, begitu penasaran. "Veronika Anastasia, aku sudah melamar wanita cantik ini. Hanya menghitung hari, kami akan sah menjadi suami-istri." Atasannya menggenggam tangan Veronika sambil tersenyum. Veronika balas tersenyum. Melihat

    Last Updated : 2025-05-01

Latest chapter

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Niat tersembunyi Noah

    "Apa yang terjadi pada Nenek? Kenapa dia terlihat ketakutan saat melihat atasan ku?" gumam Veronika, yang tengah duduk merenung di balkon kamarnya. Ingatannya kembali melayang pada neneknya yang begitu ketakutan menatap atasannya.Flashback On...Saat itu, Veronika tersenyum kecil lalu menggandeng lengan Noah, membawanya masuk ke ruang rawat sang nenek."Nek, ini dia atasan Veronika," ucap Veronika, memperkenalkan Noah dengan penuh semangat."Halo, Nek!" sapa Noah ramah, sembari tersenyum.Namun, sapaan itu justru membuat Anne terkejut. Wajahnya pucat seketika, tangannya gemetar memegangi dadanya. Tatapannya terpaku pada sosok pria yang berdiri di hadapannya, seolah melihat hantu dari masa lalu. Melihat wajah panik sang nenek, Veronika sontak bergegas mendekat. Ia membantu Anne yang tampak gelisah, lalu menuangkan segelas air putih dan menyodorkannya dengan wajah khawatir."Nek, tenangkan dirimu... ini, minum dulu," ucap Veronika pelan, berusaha menenangkan.Noah, yang sejak tadi be

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Nenek Veronika takut?

    Veronika baru saja menyelesaikan percakapan di ruang dokter. Saat ia kembali ke ruang rawat neneknya, sosok atasannya sudah tidak tampak di sana. Sejenak, mata Veronika menatap ke sekeliling, berharap masih bisa menemukannya. Namun, tidak ada tanda-tanda kehadiran Noah."Ke mana dia? Apa dia sudah kembali?" gumam Veronika pada dirinya sendiri.Di tengah kebingungan itu, sebuah notifikasi pesan masuk berbunyi di ponselnya. Veronika segera meraihnya dan mendapati sebuah pesan dari Noah.“Aku akan datang untuk menjemputmu lagi, Baby. Maaf, aku harus pergi sebentar untuk mengurus sesuatu.”Pesan itu sukses membuat senyum merekah di wajah Veronika."Dia benar-benar menunjukkan perhatian. Aku semakin dibuat terpesona oleh atasanku sendiri," gumamnya, sembari tersenyum-senyum sendiri dan sesekali memeluk ponselnya, seperti orang yang sedang jatuh cinta.Menyadari kegilaannya sendiri, Veronika segera memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku. Ia lalu melangkah masuk ke ruang rawat neneknya,

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Sesuatu yang tersembunyi.

    Drrrtt... Drrrtt... Suara getaran ponsel di atas meja membuat Veronika tersentak. Ia yang tengah duduk di sofa ruang tamu segera meraih ponselnya, lalu mengernyit saat mendapati panggilan masuk dari nomor tak dikenal. "Halo, ini siapa?" tanyanya hati-hati. "Benar, ini dengan Nona Veronika?" "Iya, itu saya. Ada apa?" balasnya, sedikit cemas. "Saya salah satu petugas rumah sakit. Ingin mengabarkan bahwa nenek Anda sudah siuman dan saat ini terus memanggil-manggil nama Anda," jawab suara di seberang. Veronika terdiam sejenak. Suara detik jam dinding terdengar begitu jelas di antara keheningan ruangan. Dadanya bergetar. Sekejap, air mata menetes di pipinya. Perasaan haru dan lega bercampur. "Te-terima kasih sudah memberikan kabar baik... Saya akan segera ke sana," ucap Veronika pelan, suaranya bergetar. Tanpa menunggu jawaban, ia langsung saja memutus panggilan. Tak berselang lama, Veronika sudah siap dan berniat keluar dari apartemen. Namun, langkahnya terhenti saat mendap

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Pembawa ketenangan untuk Veronika

    Narendra baru hendak ikut mengejar Veronika, kala tangannya segera dicekal oleh Echa. "Kau ingin mengejarnya? Untuk apa, Narendra?" tanya Echa sambil memperbaiki tatanan dasi pria itu. Narendra menunduk. Hatinya terasa berat, seolah ada beban tak kasat mata yang menekan dadanya. Suasana di lobby apartemen itu seketika terasa sunyi, hanya suara detak jarum jam di dinding yang terdengar pelan. "Bukankah aku tadi keterlaluan? Aku menyakitinya, Echa," kata Narendra, merasa sangat bersalah. Echa menarik napas perlahan. Tatapannya lembut, namun ada ketegasan di sana. Ia tahu, keputusan yang diambil Narendra barusan bukan tanpa alasan, meski caranya salah. Tangannya masih bertahan di pergelangan tangan pria itu, tak membiarkan Narendra pergi begitu saja. "Keterlaluan? Keterlaluan mana dengan dia yang sudah tidur bersama para laki-laki itu tanpa kau ketahui, hm? Bertahun-tahun kalian menjalin hubungan, bukan? Tapi... bertahun-tahun pula Veronika menyembunyikan hal kotor ini darimu," kata

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Diperkenalkan sebagai calon Istri

    "Berani kau sentuh calon istriku, jangan harap masih bisa melihat dunia ini lagi." Saat Veronika melihat kedatangan atasannya, ia langsung berlari mendekat dan memeluk Noah. Tubuh Veronika bergetar saat memeluk atasannya dan hal itu dapat dirasakan oleh Noah sendiri. "Ada aku, Sayang," kata Noah. "Dia tidak akan bisa melukaimu." Mendengar perkataan atasannya yang menenangkan, Veronika berusaha mengendalikan ketakutannya. Sejujurnya, ia takut saat Narendra ingin memukulnya. Veronika benar-benar tidak menyangka akan perubahan pria yang sempat dicintainya itu. Narendra berani mengangkat tangan padanya, dan Veronika tidak tahu apakah pria itu benar-benar ingin memukulnya atau hanya menggertaknya saja. Narendra terkejut. "Calon istri? A-apa maksudmu?" tanyanya, begitu penasaran. "Veronika Anastasia, aku sudah melamar wanita cantik ini. Hanya menghitung hari, kami akan sah menjadi suami-istri." Atasannya menggenggam tangan Veronika sambil tersenyum. Veronika balas tersenyum. Melihat

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Datang sebagai perisai

    Di dalam kamar apartemen, Veronika terus memandangi jari manisnya yang kini dihiasi cincin pemberian atasannya. Sesekali, wanita itu tersenyum-senyum sendiri, saking bahagianya. Bagaimana tidak? Perlakuan atasannya begitu romantis. Meski bersikap dingin, pria itu tahu persis cara membuat Veronika merasa istimewa. "Lihat saja, Narendra! Kau akan kubuat bertekuk lutut setelah pernikahanku dengan Tuan Noah sah," ucap Veronika seraya menatap kaca yang memantulkan wajah cantiknya, lengkap dengan senyum sinis di sana. "Bodoh sekali! Aku terlalu buta oleh perasaan cinta yang kumiliki untukmu, sampai-sampai aku tak menyadari kalau kau bermain api di belakangku bersama Echa, sepupuku." Perkataan Veronika memancing air matanya kembali mengalir. Namun, merasa tak pantas menangisi pria seperti Narendra, ia buru-buru menyekanya. "Tak akan ada lagi air mata untuk pria seperti Narendra!" tegas Veronika pada dirinya sendiri. "Aku akan melupakan pria bajingan itu!" Namun, setelah mengatakan itu,

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Menerima lamarannya...

    Sore hari telah berlalu saat Veronika bersiap-siap untuk pulang dari kantor. Ya, hari ini ia menolak lamaran atasannya — tidak, lebih tepatnya, Veronika meminta satu hari lagi untuk menerima atau menolak lamaran tersebut. Alasan penolakan itu, tentu saja, karena ia trauma akan masa lalu pahitnya. Tidak hanya itu, Veronika juga merasa heran dengan atasannya sendiri. Ia merasa, atasannya begitu terburu-buru ingin memilikinya, padahal ia baru saja bekerja. Sesuatu yang tak masuk akal, jika atasannya secepat itu jatuh cinta. "Aku benar-benar bimbang," gumam Veronika. "Haruskah kuterima atau kutolak lamaran ini?" Saat Veronika melamun di dalam ruang kerjanya, atasannya itu jelas melihat sosoknya dari balik kaca transparan. Pria itu tersenyum ketika memandangi Veronika dari kejauhan lalu berbalik meninggalkan ruangan Veronika untuk kembali ke ruangannya sendiri. Veronika yang sempat melamun, kini tersadar. Ia segera bergegas menyiapkan barang-barangnya lalu keluar dari ruangannya. B

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Haruskah menerima?

    Veronika begitu asyik terpejam, ketika ia mulai terganggu oleh rasa gatal di tenggorokannya. Saat ia mencoba mengabaikannya, rasa itu justru semakin mengganggu, memaksanya membuka mata. Belum sepenuhnya sadar, tangan Veronika meraba-raba nakas, mencari botol minumnya. Sialnya, botol itu justru kosong. "Ah, sial. Kenapa harus kosong, sih? Sepertinya aku harus lebih memerhatikannya sebelum tidur," gerutunya, lalu beranjak turun dengan malas dari atas tempat tidur. Dengan langkah gontai, Veronika berjalan keluar sambil beberapa kali menguap. Ruang tengah itu gelap, membuatnya meraba-raba mencari saklar untuk menyalakan lampu. Begitu tiba di dapur, Veronika segera mengisi botol minumnya. Tak lama kemudian, suara benda terjatuh membuatnya terlonjak. Matanya langsung awas menatap ke sekeliling. "Si-siapa di sana?" tanyanya, menatap bayangan gorden yang tertiup angin. Veronika menyentuh tengkuknya. Tubuhnya meremang karena takut. "Tidak mungkin ada yang masuk ke kamar ini, kan? Aku su

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Ada sesuatu...

    "Terima kasih sudah membantuku lagi, Tuan," ucap Veronika. "Aku tidak tahu bagaimana jadinya kalau Anda tidak datang menyelamatkanku." Sambil berkata demikian, Veronika mengeratkan jas atasannya itu di pundaknya. "Pria tadi... pamanmu?" tanya atasannya, yang langsung diangguki oleh Veronika. "Echa adalah putrinya. Itulah yang membuatku takut saat di restoran. Aku takut dia memberitahukan keberadaanku pada Paman dan Bibi. Sungguh, aku tidak ingin kembali ke neraka itu." Veronika kembali memeluk atasannya sambil menangis. Menyadari kesalahannya, Veronika segera menjauhkan diri dari atasannya. "Ma-maafkan aku, Tuan," kata Veronika. "Aku sudah mengotori jas Anda dengan air mataku." "Tidak apa, hanya air mata, bukan kotoran hewan," canda Noah, yang membuat Veronika tersenyum. "Ya, aku tidak akan mungkin berani memberikannya, Tuan," kata Veronika, masih tersenyum dengan memperlihatkan gigi-giginya yang rapi. Namun, saat tatapan mereka saling bertemu, Veronika merasa ada keteganga

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status