Home / Romansa / Cinta Tersembunyi di Balik Dendam / Kehidupan dan takdir baru

Share

Kehidupan dan takdir baru

Author: Aini Sabrina
last update Last Updated: 2025-01-30 19:36:38

"Bu, kenapa belum ada makanan? Apa wanita sialan itu belum memasak untuk kita?" tanya Echa sambil kedua tangan melipat di dada.

"Hah, benarkah? Sialan sekali wanita itu!"

"Veronika!" teriak Margareth sambil memasuki dapur rumahnya. "Apa kau tuli, hah?"

"Tck. Kemana wanita tidak berguna ini?" tanya Margareth sambil tangannya bergerak menumpahkan air ke dalam gelas. Ia memiliki niat untuk menyiramkan air itu pada Veronika.

Segera, Margareth menaiki tangga menuju kamar Veronika. Setibanya di depan pintu kamar, tanpa mengetuk atau melakukan apa pun, Margareth menendang pintu kamar tersebut hingga terbuka dengan keras. Mendapati sebuah tali yang terikat kuat pada tiang ranjang, Margareth langsung memeriksa semua isi lemari Veronika, yang ternyata hanya tersisa pakaian sedikit saja.

"Sialan! Wanita itu rupanya berani kabur dari sini," ucap Margareth, wajahnya memerah karena emosi.

"Sayang!" teriak Margareth, mengejutkan Demon yang tengah berada di dalam kamar.

"Ada apa, Sayang? Kenapa kau berteriak keras sepagi ini?" tanya Demon, keningnya mengerut bingung.

"Veronika! Dia kabur dari rumah ini, Ayah!" kata Echa, mengejutkan Demon. "Apa yang harus kita lakukan?" tanya Echa lagi.

"Kabur? Jangan bercanda kalian berdua. Tidak mungkin anak itu berani kabur dari rumah ini. Mau tinggal di mana lagi, memangnya dia?!" ucap Demon, menunjukkan raut ketidakpercayaan.

"Terserah jika Ayah tidak percaya, tapi kenyataannya, wanita itu memang telah pergi dari sini," ucap Echa, tidak ingin berdebat dengan ayahnya.

Mendengar itu, tentu saja Demon tidak kalah marahnya akibat ulah Veronika yang begitu berani meninggalkan rumah tanpa sepengetahuan siapa pun.

"Jika aku berhasil menemui anak itu, maka kupastikan akan menyeretnya kembali ke sini," ucap Demon, yang tidak akan membiarkan Veronika bebas darinya.

"Ayah memang harus menyeret wanita itu ke mari," sambung Margareth, yang langsung mendapat anggukan dari Echa.

"Baiklah, Sayang. Kalau begitu, aku akan kembali ke kamar untuk menghubungi seseorang yang bisa membantuku menemukan Vero," ucap Demon, segera berlenggang pergi menuju kamarnya.

Di sisi lain, di depan sebuah bangunan besar milik Rudiarth Company, kini Veronika tengah berdiri diam sambil menatap sebuah poster. Poster itu menampilkan informasi bahwa perusahaan Rudiarth tengah membutuhkan seorang sekretaris. Tak menyia-nyiakan kesempatan, ia langsung menghubungi nomor yang tertera.

Dari panggilan, Veronika diminta untuk datang dengan membawa surat lamaran dan CV, yang nantinya akan diserahkan kepada CEO di perusahaan tersebut.

Dengan langkah yang gugup, Veronika mulai menginjakkan kakinya di perusahaan besar itu dan langsung ke bagian resepsionis.

"Selamat pagi, maaf mengganggu waktu Anda. Kedatangan saya kesini untuk melamar pekerjaan sebagai sekretaris," ucap Veronika.

"Pagi juga, Nona! Silakan menunggu sebentar, saya akan menghubungi Tuan Aldrich." Mendengar itu, Veronika mengangguk.

Sambil menunggu, Veronika menatap ke sekeliling, memandangi betapa indahnya desain interior perusahaan tersebut.

Tak lama kemudian, resepsionis itu memanggil, "Nona, silakan naik ke lantai empat untuk menemui Tuan Aldrich. Beliau adalah direktur utama yang akan memutuskan apakah lamaran pekerjaan Anda diterima atau tidak," ucap resepsionis itu.

Tak menyia-nyiakan waktu, Veronika segera memasuki lift. Setelah lift tertutup, ia mulai mengatur napas sambil meremas jari-jemarinya—rasa gugup benar-benar menguasai. Tak lama kemudian, pintu lift terbuka. Veronika sudah berada di lantai empat, tempat di mana ruangan direktur berada.

Di dalam...

"Apakah wanita yang ingin melamar sebagai sekretaris itu kau?" tanya Aldrich, matanya menyipit memandangi Veronika.

Veronika mengangguk pelan, menjawab dengan lirih, "Iya," sambil menundukkan pandangan.

"Angkat kepalamu jika berbicara, dan tatap lawan bicaramu!" perintah Aldrich, yang membuat Veronika segera melaksanakannya.

Aldrich menatap Veronika sejenak, lalu beralih menatap CV wanita itu. "Baiklah! Karena kau memenuhi semua kriteria untuk menjadi sekretaris, maka aku terima lamaranmu. Mulai besok, kau sudah bisa mulai bekerja," ucap Aldrich, yang langsung disambut senyum

merekah dari Veronika.

"Terima kasih, Tuan. Saya akan bekerja dengan sangat baik," ucap Veronika, yang langsung diangguki.

"Besok adalah pertemuan pertamamu dengan CEO di perusahaan ini. Aku minta kamu untuk tidak terlambat datang, karena CEO kita sangat membenci keterlambatan," peringat Aldrich tegas.

"Baik, Tuan. Saya akan berusaha untuk tidak membuat kesalahan di hari pertama saya bekerja," jawab Veronika.

"Baiklah, sepertinya tidak ada lagi yang perlu saya bicarakan. Selamat bergabung di perusahaan kami," ucap Aldrich.

"Terima kasih, Tuan. Kalau begitu, saya permisi," ucap Veronika, lalu bergegas keluar dari ruangan tersebut.

Tanpa ingin berlama-lama menikmati kebahagiaan di dalam gedung kantor Rudiarth yang megah, Veronika segera melangkah keluar, merasakan angin sore yang lembut menerpa wajahnya. Ia memilih berjalan kaki saja ke tempat tinggal sementaranya yang tidak terlalu jauh.

Namun, di tengah keasyikannya berjalan, Veronika mulai merasakan sesuatu yang tidak biasa. Sekelompok laki-laki yang berada di belakangnya tampak seperti sedang mengikutinya. Merasa waspada dan ketakutan, Veronika pun segera mempercepat langkah, sembari sesekali menoleh ke belakang. Jantungnya berdebar kencang, dan pikirannya mulai dipenuhi rasa cemas.

Ia menduga, para pria itu bukanlah orang asing. Bisa jadi mereka adalah suruhan dari paman dan bibinya—dua orang yang selama ini selalu ingin mengendalikan hidupnya. Dengan langkah yang semakin cepat, Veronika berusaha menghilangkan bayang-bayang kekhawatiran yang terus membayangi, meskipun rasa takut itu kian menyesakkan.

Dalam ketidaksadaran Vero akan lingkungan sekitar, ia tidak memperhatikan seorang pria yang tengah berjalan dari arah berlawanan di koridor.

Tubuh Veronika yang gemetar tanpa sengaja menabrak dada bidang seorang pria. Sontak, Veronika merasa tubuhnya akan segera terjatuh, namun pria itu dengan sigap menahan pinggangnya dengan tangan yang kuat. Refleks, Veronika mendekap pria tersebut untuk mencari keseimbangan.

Dalam situasi yang singkat namun intens itu, mata Veronika bertemu dengan mata pria asing tersebut. Ada sorot membunuh yang sempat terlintas di matanya—dingin dan tajam—namun sekejap kemudian berganti menjadi tatapan lembut, seolah ingin menenangkan.

Napas Veronika tercekat. Bukan karena takut, melainkan karena perasaan asing yang mulai tumbuh di dadanya—perasaan yang sulit dijelaskan—saat pria itu masih memegangi tubuhnya erat, seperti sedang melindunginya dari dunia.

"Terima kasih, Tuan. Kalau boleh..." ucap Veronika lirih, suara gugupnya menyatu dengan degup jantung yang belum juga tenang.

Namun, belum lagi pria itu menjawab ucapannya, ia berlalu pergi begitu saja. Veronika dibuat bingung karenanya.

"Pria yang aneh!" gumam Veronika sambil melangkah memasuki kamar apartemennya.

Ia menutup pintu, melemparkan tas ke sofa, lalu menuju dapur untuk menuang segelas air. Di luar apartemennya, pria tadi berdiri beberapa meter dari pintu, menyunggingkan senyum tipis. Matanya menatap pintu yang baru saja tertutup rapat, seolah-olah menyimpan rahasia yang hanya dia dan takdir yang tahu.

"Aku akhirnya menemukanmu..." bisik pria itu pelan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Kekesalan Veronika

    "Nyonya Anne, Anda tidak apa-apa?" tanya salah satu anak buahnya cemas. Ia membantu wanita tua itu berbaring di ranjang.Tubuh Anne tampak jauh lebih kurus dari sebelumnya. Wajahnya pucat, matanya cekung dengan bayang-bayang hitam di bawahnya. Semua itu akibat beban pikiran yang terus menggerogoti, rasa bersalah yang tak kunjung pergi atas kematian tragis putra dan menantunya.Sebelumnya, Anne adalah wanita kuat yang selalu tampak tegar di hadapan siapa pun. Namun segalanya berubah sejak seseorang datang mengantarkan sebuah paket misterius ke tempat persembunyiannya.Ketika kotak itu dibuka di hadapannya, napasnya tercekat. Dua kepala manusia tergeletak di dalamnya, basah oleh darah yang mulai menghitam. Anne mengenali kedua wajah itu.Demon, putra satu-satunya yang ia miliki setelah kematian putra pertamanya, dan Margareth, menantunya.Sejak hari itu, tubuh Anne melemah, jiwanya hancur. Tak ada lagi ketegasan, hanya sisa-sisa rasa bersalah yang menyiksa tanpa ampun.Anne tak menjawab

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Carol diusir

    Noah menatap wanita yang pernah mengisi hidupnya dulu. Satu tangannya menyelinap ke dalam saku celana. "Apa yang kau inginkan sebenarnya, hm? Apa kau tutup mata dengan kesalahan yang kau lakukan dulu, Carol?" tanyanya, tatapannya tajam menusuk.Carol, dengan penampilan kusut dan tak terurus, perlahan merangkak mendekat. Tubuhnya gemetar saat kedua tangannya memeluk kaki Noah erat. "Aku lakukan semua ini … demi merebut cintaku kembali, Noah.""Cinta?" Noah menunjuk dirinya sendiri, mendengus sinis. "Aku? Cinta tapi kau berkhianat? Bagaimana jalan pikiranmu itu, Carol?" Noah terkekeh pelan, tapi nadanya menyayat, penuh ejekan."Aku mengaku salah, Noah. Aku menyesal ... aku benar-benar menyesal pernah melakukan pengkhianatan itu." Pelukan Carol di kaki Noah semakin erat, seolah berharap bisa memohon pengampunan dari pria itu, meski tahu harapannya nyaris mustahil.Noah menendang Carol dengan keras, membuat tubuh wanita itu terhempas ke lantai. "Penyesalan setelah bertahun-tahun berlalu,

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Berhenti menggodaku, Tuan!

    "Anda sudah sangat kelewatan, Nona Carol!" ucap Aldrich, sorot matanya tajam menusuk wanita di hadapannya."Aku tidak bisa menahan diriku, Aldrich! Aku tidak tahan untuk ...""Ditiduri oleh mantan suamimu?" potong Aldrich dingin. "Kau masih berharap hal seperti itu, Nona Carol? Tampaknya … kau tengah berbohong soal kehamilan hanya demi bisa tinggal di sini."Carol terkekeh, tawa miris keluar dari bibirnya. "Kau memang pintar menebak, Aldrich. Ya, aku lakukan semua itu karena aku ingin Noah kembali padaku. Aku mau Noah!"Plak!Tamparan keras Aldrich mendarat di pipi Carol. Tubuh wanita itu limbung, sudut bibirnya pecah, darah tipis mengalir."Cukup! Jangan pernah ulangi permainan kotor itu di sini," desis Aldrich, suaranya rendah tapi tajam. "Karena sekali lagi kau lakukan, aku sendiri yang akan menyingkirkanmu!"Carol menatap Aldrich, amarah dan rasa sakit bercampur di matanya. Tapi kali ini, ia memilih diam."Huh! Kau sudah mulai berani denganku, Aldrich. Kau lupa bagaimana dulu kau

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Kesalahpahaman

    Tok! Tok! Tok!Suara ketukan pintu terdengar dari luar kamar Veronika yang tengah merias diri. Lantas, wanita itu segera membukakan pintu. Senyum tak luntur sedikit pun dari wajah cantiknya. Mendapati Carol yang berdiri di depan pintu kamarnya, membuat ia mengernyit. Tapi bukan itu yang menjadi pusat perhatian Veronika, melainkan ... gaun yang tengah dipakai Carol sama persis dengan gaun pemberian Noah, suaminya.Ya. Tadi siang, Noah sudah berjanji akan mengajak Veronika dinner di sebuah restoran. Tak lupa, Noah juga mengirimkan hadiah berupa gaun berwarna biru malam yang harus dikenakannya. Namun, melihat Carol juga memakai gaun yang sama dengannya, membuat hati Veronika berdesir. "Bagaimana bisa dia memiliki gaun yang sama denganku? Apakah ... Tuan Noah membelikan gaun untuk mantan istrinya juga?" batin Veronika, bertanya-tanya. Carol tersenyum manis. Menatap Veronika dari ujung ke ujung, seolah meneliti penampilannya. "Wah! Aku tidak tahu kalau Noah membelikan kita gaun yang sama

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Romantisnya Noah

    Veronika terbangun saat merasakan sesuatu berhembus pelan di wajahnya. Bukan angin … bukan juga tiupan AC. Rasanya hangat, lembut, dan berulang-ulang. Dalam keadaan masih setengah mengantuk, ia mencoba mengabaikannya, tapi anehnya, tiupan itu semakin lama justru terasa semakin dekat, berputar pelan di bibirnya, seolah sengaja.Dengan kening berkerut, Veronika membuka mata perlahan. Dan betapa terkejutnya ia ketika mendapati wajah suaminya sudah begitu dekat, nyaris menempel di wajahnya. Jantungnya seketika berdebar kencang, matanya membelalak.Tepat saat itu, suara berat dan dalam itu berbisik di telinganya. Suaranya rendah, serak, namun terasa amat dekat, menusuk hingga ke dada."Good morning, Sayang. Bagaimana tidurmu? Nyenyak? Atau … terlalu nyenyak sampai tak sadar aku di sini?"Nada suara Noah dibuat sengaja berat dan menggoda, seakan ingin menyeret Veronika keluar dari kantuknya dengan cara yang paling nakal. Tatapan mata Noah pun tak kalah berbahaya, tajam, penuh arti, dan meny

  • Cinta Tersembunyi di Balik Dendam    Godaan Noah

    Veronika berdiri di teras balkon, membiarkan angin malam membelai lembut kulitnya yang hanya dibalut lingerie putih tipis. Malam-malam seperti ini selalu menjadi pelariannya. Tempat di mana ia bisa menyendiri, mengatur napas, dan membuang resah tanpa suara.Matanya menerawang jauh menembus gelap, sementara pikirannya kembali dipenuhi kenangan dan perubahan sikap suaminya. Noah. Pria itu … belakangan ini sikapnya begitu berbeda. Lebih hangat, lebih perhatian, seolah-olah benar-benar mencintainya.Tapi justru itu yang membuat hatinya sesak."Aku takut untuk senang, Tuan," bisiknya lirih, hampir tak terdengar oleh angin malam. "Aku takut kalau semua ini hanya sementara … hanya bayangan ilusi yang akan menghilang saat aku mulai percaya lagi."Vyora memeluk dirinya sendiri, berusaha meredam dingin yang merayap. Namun, dingin itu bukan hanya karena angin malam … melainkan karena rasa takut yang perlahan menggerogoti.Di tengah lamunannya, tiba-tiba saja ada sesuatu yang hangat menyelimuti ba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status