Beranda / Romansa / Cinta Tuan Muda / Bayangan di Kegelapan

Share

Bayangan di Kegelapan

Penulis: Galaxybimasakti
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-13 12:40:33

Aku tidak bisa tidur.

Meskipun kamar ini sangat nyaman dan jauh lebih mewah dari tempat tinggalku sebelumnya, ada sesuatu yang mengganjal di dadaku.

Perasaan gelisah yang tidak bisa kuabaikan.

Aku memandang ke luar jendela. Malam begitu sunyi, tetapi entah mengapa, aku merasa seperti sedang diawasi.

Aku menggelengkan kepala, mencoba menepis pikiran aneh itu. Mungkin aku hanya paranoid setelah semua yang terjadi.

Aku membaringkan diri di ranjang dan mencoba memejamkan mata.

Namun, tiba-tiba—

Tap.

Aku terlonjak.

Itu suara sesuatu di luar.

Aku menahan napas, menajamkan telinga. Tidak ada suara lain. Mungkin hanya ranting yang tertiup angin?

Aku menarik napas dalam-dalam dan mencoba kembali tidur.

Tapi kemudian, suara itu terdengar lagi.

Tap… tap…

Sekarang aku yakin, itu bukan suara angin atau ranting yang jatuh.

Jantungku berdebar kencang. Aku bangkit perlahan dan berjalan ke arah jendela. Dengan hati-hati, aku mengintip keluar.

Di bawah sana, samar-samar, aku melihat sosok seseorang berdiri di dekat pagar mansion ini.

Aku menahan napas.

Siapa dia?

Sosok itu tidak bergerak, hanya berdiri diam dalam kegelapan. Aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas, tetapi perasaan takut mulai menjalari tubuhku.

Aku harus memberitahu Mahendra.

Dengan cepat, aku berbalik dan meraih ponselku. Namun, saat aku kembali menoleh ke jendela—

Sosok itu sudah menghilang.

Aku menelan ludah. Apa aku hanya berhalusinasi?

Tidak. Aku yakin tadi ada seseorang di sana.

Dengan tangan gemetar, aku mengirim pesan ke Mahendra.

"Tuan Mahendra, aku melihat seseorang di luar pagar rumah Anda. Aku tidak tahu siapa, tapi dia berdiri diam cukup lama lalu menghilang."

Beberapa detik kemudian, ponselku bergetar.

"Jangan panik. Aku akan segera mengeceknya. Jangan keluar kamar."

Aku mengangguk meskipun tahu dia tidak bisa melihatku.

Beberapa menit berlalu, dan aku mendengar suara langkah kaki di luar kamarku. Jantungku mencelos sampai aku mendengar suara ketukan pelan di pintu.

“Alya, ini aku.”

Aku segera membuka pintu, dan Mahendra berdiri di sana dengan ekspresi serius.

“Aku sudah mengecek kamera keamanan,” katanya. “Memang ada seseorang yang mengintai dari luar pagar.”

Aku membelalakkan mata. “Jadi aku tidak salah lihat?”

Mahendra menggeleng. “Tidak. Tapi orang itu pergi sebelum anak buahku bisa menangkapnya.”

Aku merasakan lututku lemas. “Siapa yang melakukan ini?”

Mahendra mengepalkan tangan. “Aku belum tahu. Tapi ini artinya kita harus lebih waspada.”

Dia menatapku dalam-dalam, lalu berkata dengan nada lembut namun penuh ketegasan, “Aku janji, aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu.”

Aku menelan ludah dan mengangguk pelan.

Aku tidak tahu siapa yang mengawasiku malam ini.

Tapi satu hal yang pasti—aku tidak bisa mengabaikan bahaya yang semakin mendekat.

Pagi datang terlalu cepat. Meskipun aku nyaris tidak tidur semalaman, aku memaksa diri untuk bangun. Bayangan sosok misterius di luar pagar masih melekat di pikiranku, membuatku tidak tenang.

Saat aku keluar dari kamar, aku mendapati Mahendra sudah duduk di ruang makan, mengenakan setelan hitam yang sempurna seperti biasanya.

“Kau baik-baik saja?” tanyanya tanpa mengalihkan pandangannya dari secangkir kopi di tangannya.

Aku mengangguk, meskipun tubuhku masih terasa lemas. “Aku hanya sedikit lelah.”

Mahendra menatapku lekat-lekat, lalu mengisyaratkan agar aku duduk. “Makanlah dulu. Setelah itu, aku akan memberitahumu sesuatu.”

Aku duduk dan mulai menyantap sarapan yang sudah disediakan. Tapi pikiranku terus bertanya-tanya, apa yang akan dikatakannya?

Setelah beberapa menit berlalu, Mahendra meletakkan cangkirnya dan menatapku serius.

“Aku sudah menyuruh tim keamanan untuk menyelidiki jejak orang yang mengawasi rumah ini tadi malam,” katanya.

Aku menegakkan punggung. “Dan?”

Mahendra menghela napas. “Kami menemukan sesuatu.”

Aku menahan napas.

Dia menyodorkan ponselnya padaku, memperlihatkan rekaman dari CCTV. Aku melihat sosok seseorang berpakaian serba hitam, berdiri di dekat pagar, tampak seperti sedang mengawasi ke arah jendela kamarku.

Jantungku berdegup kencang.

Tapi yang membuatku semakin merinding adalah sesuatu yang terjadi di detik-detik terakhir rekaman itu.

Sebelum sosok itu pergi, dia menyelipkan sesuatu di sela-sela pagar.

“Apa itu?” tanyaku pelan.

Mahendra menarik napas panjang sebelum menjawab. “Sebuah amplop.”

Aku semakin bingung. “Apa isinya?”

Mahendra merogoh saku jasnya dan mengeluarkan sebuah amplop berwarna coklat, lalu meletakkannya di atas meja.

“Aku belum membukanya. Aku ingin kau melihatnya sendiri.”

Tanganku sedikit gemetar saat meraih amplop itu. Perlahan, aku membuka lipatannya dan menarik selembar kertas di dalamnya.

Tapi begitu aku membaca isi surat itu, tubuhku langsung membeku.

"Jangan percaya siapa pun. Bahkan pria yang melindungimu."

Aku menatap Mahendra dengan mata melebar, sedangkan dia tetap tenang, meskipun ada kilatan bahaya di matanya.

“Ini… apa maksudnya?” suaraku nyaris bergetar.

Mahendra mengepalkan tangannya. “Seseorang ingin membuatmu ragu padaku.”

Aku merasa dadaku sesak. Aku ingin percaya pada Mahendra, tapi… surat ini seakan ingin mengatakan hal lain.

Aku menatap pria itu dalam-dalam. “Apa kau menyembunyikan sesuatu dariku?”

Mahendra diam sejenak sebelum menjawab dengan suara tenang namun dingin. “Aku sudah berjanji untuk melindungimu, Alya. Itu saja yang perlu kau tahu.”

Tapi aku tidak bisa mengabaikan perasaan aneh yang mulai tumbuh dalam hatiku.

Siapa yang sebenarnya harus aku percayai?

Dan siapa yang sedang berusaha memperingatkanku?

Aku tidak tahu. Tapi satu hal yang pasti… sesuatu yang lebih besar sedang terjadi, dan aku berada tepat di tengah-tengahnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cinta Tuan Muda   Suasana semakin tegang

    Malam itu, aku duduk di dalam mobil Om Martin, jari-jariku bermain di ujung gaun yang kukenakan. Hawa dingin dari AC menyelimuti tubuhku, tapi pikiranku justru terasa panas, berputar-putar memikirkan semua yang telah terjadi hari ini."Kamu capek?" suara Om Martin terdengar lembut, membuyarkan lamunanku. Aku menoleh dan melihatnya tersenyum, tatapan matanya yang teduh membuat dadaku berdesir.Aku menggeleng pelan. "Nggak, aku cuma... banyak mikir aja."Dia mengangguk seakan mengerti. "Kalau ada yang ingin diceritakan, aku siap mendengar."Aku menghela napas, mencoba menyusun kata-kata. "Aku cuma merasa aneh. Rasanya... terlalu nyaman berada di dekat Om. Seperti ada sesuatu yang mengisi ruang kosong di hatiku. Tapi di sisi lain, aku takut kalau ini hanya perasaan sesaat."Om Martin terdiam sejenak sebelum menjawab, "Aku juga merasakannya, Laura. Aku tahu aku bukan ayahmu, dan aku tidak akan pernah bisa menggantikannya. Tapi kalau keberadaanku bisa membuatmu merasa lebih baik, aku berse

  • Cinta Tuan Muda   Semakin rumit

    Laura menatap sosok di hadapannya dengan napas tertahan. Jantungnya berdebar kencang saat dia mencoba memahami apa yang baru saja terjadi. Orang itu berdiri di ambang pintu, matanya menatap Laura dengan campuran perasaan yang sulit dijelaskan."Kamu... kenapa bisa ada di sini?" suara Laura bergetar.Pria itu tersenyum kecil, langkahnya mendekat. "Aku selalu ada di sekitarmu, hanya saja kau tidak pernah menyadarinya."Reno yang berdiri di samping Laura menatap pria itu dengan sorot tajam. "Siapa dia, Laura?"Laura menggeleng, seakan mencoba mengusir kebingungan di kepalanya. "Aku... aku tidak tahu. Aku pernah mengenalnya, tapi aku tidak mengerti kenapa dia muncul sekarang."Pria itu tertawa kecil, suara rendahnya penuh misteri. "Laura, aku tidak muncul tiba-tiba. Aku datang karena waktunya sudah tepat. Ada sesuatu yang harus kamu ketahui."Ketegangan semakin meningkat. Reno maju selangkah, posisinya protektif di depan Laura. "Aku tidak peduli siapa kamu. Kalau niatmu buruk, sebaiknya p

  • Cinta Tuan Muda   Malam yang menegangkan

    Malam itu, hujan turun deras, menciptakan suasana tegang di dalam ruangan yang dipenuhi oleh ketegangan yang menggantung. Laura menatap pria di depannya, napasnya tercekat saat kata-kata yang baru saja diucapkan pria itu menggema di kepalanya."Aku sudah tahu semuanya, Laura," kata pria itu dengan suara berat dan tajam.Jantung Laura berdebar kencang. "Maksudmu apa?" tanyanya, mencoba tetap tenang.Pria itu mengeluarkan sebuah amplop coklat dan meletakkannya di atas meja. Dengan tangan gemetar, Laura mengambilnya dan membuka isinya. Matanya melebar saat melihat foto-foto di dalamnya. Itu adalah foto dirinya bersama seseorang dari masa lalunya—seseorang yang seharusnya sudah tidak ada dalam hidupnya."Bagaimana kau mendapatkan ini?" suaranya bergetar, campuran antara marah dan ketakutan.Pria itu tersenyum tipis. "Aku punya sumberku sendiri. Dan aku yakin, kau tahu bahwa seseorang sedang mengincarmu."Laura menelan ludah. Dia tahu persis siapa yang dimaksud pria itu. Sosok yang seharus

  • Cinta Tuan Muda   Konflik Memuncak dan Kejutan yang Tak Terduga

    Laura merasa jantungnya berdetak kencang saat melihat seseorang dari masa lalunya muncul tiba-tiba di depan pintu apartemennya. Pria itu berdiri dengan wajah serius, seolah membawa kabar buruk yang akan mengubah segalanya. "Kita perlu bicara," katanya dengan nada mendesak.Sementara itu, di tempat lain, Arya dan Reza sedang mencoba menghubungi Laura setelah menyadari ada sesuatu yang aneh dengan pesan yang dikirimkannya sebelumnya. Liam yang biasanya ceria juga terlihat lebih serius. "Aku nggak suka firasat ini," gumamnya sambil menggenggam ponselnya erat.Di dalam apartemen, Laura menatap pria itu dengan perasaan campur aduk. "Kenapa kamu di sini? Aku pikir kita sudah selesai bertahun-tahun lalu," katanya dengan suara bergetar.Pria itu, yang ternyata adalah mantan kekasih Laura yang menghilang tanpa jejak, menghela napas panjang. "Aku tahu aku banyak salah, tapi aku kembali karena ada sesuatu yang harus kau tahu. Ini tentang keluargamu… tentang ayahmu."Kata-katanya langsung membuat

  • Cinta Tuan Muda   BAYANGAN MASA LALU

    Malam semakin larut, tetapi suasana justru semakin tegang. Napasku memburu, pikiranku berputar cepat. Aku tidak pernah menyangka akan bertemu dengannya lagi—seseorang yang seharusnya sudah lama menghilang dari kehidupanku.Dia berdiri di sana, bersandar santai di pintu belakang ruangan ini, seakan kedatangannya adalah hal yang wajar. Senyumnya tipis, nyaris seperti ejekan.“Lama tidak bertemu, Laura,” suaranya tenang, tapi dingin.Aku menelan ludah. “Kenapa kau di sini?”Dia tidak langsung menjawab. Malah, dia melangkah maju dengan perlahan, membuat jantungku berdebar lebih kencang. Reno dan Arya sudah bersiap siaga di sampingku, siap melakukan apa pun jika keadaan memburuk.“Kau tahu, aku selalu tertarik melihat bagaimana kau berkembang setelah semua yang terjadi,” katanya sambil menatapku tajam. “Aku hanya ingin melihat sendiri apakah kau masih sekuat dulu… atau justru lebih lemah.”Aku mengepalkan tangan. “Aku tidak punya waktu untuk permainanmu.”Dia tertawa kecil. “Permainan? Ah,

  • Cinta Tuan Muda   Konflik baru

    Malam itu, udara terasa lebih dingin dari biasanya. Langit hitam pekat tanpa bintang, seakan menyembunyikan sesuatu yang tak ingin terlihat. Di dalam ruangan yang remang, suasana penuh ketegangan.Laura menatap seseorang di depannya dengan napas memburu. Sosok itu tersenyum samar, tatapannya sulit ditebak."Kau pasti tak menyangka akan bertemu denganku di sini, bukan?" suara baritonnya terdengar begitu akrab, tapi ada sesuatu yang janggal di baliknya.Laura menelan ludah. "Kenapa kau ada di sini? Apa maumu?"Sosok itu hanya menghela napas, lalu berjalan mendekat dengan langkah perlahan. Setiap langkahnya bergema di ruangan yang sepi.Di saat bersamaan, di tempat lain, Reno berlari menerobos lorong sempit, mencoba mencari Laura. Ada firasat buruk yang mengusiknya sejak tadi. Jantungnya berdebar kencang, dan tanpa sadar, tangannya mengepal erat.Sementara itu, di dalam ruangan, Laura berusaha tetap tenang meskipun pikirannya berkecamuk. Sosok itu kini berdiri di hadapannya, menyodorkan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status