Home / Romansa / Cinta Tuan Muda / Bahaya yang Mengintai

Share

Bahaya yang Mengintai

last update Last Updated: 2025-02-12 16:23:40

Aku merasa seakan terjebak dalam mimpi buruk. Semua yang kuketahui tentang diriku sendiri selama ini ternyata hanyalah kepingan kecil dari kebenaran yang lebih besar—dan lebih berbahaya.

Aku bukan hanya Alya, gadis desa yang hidup sederhana. Aku adalah Alya Pratama, putri seorang pengusaha besar yang menghilang secara misterius.

Dan sekarang, Mahendra mengatakan bahwa ada orang yang tidak ingin aku ditemukan.

Jantungku berdetak lebih cepat. “Siapa yang tidak ingin aku ditemukan?” tanyaku dengan suara nyaris berbisik.

Mahendra menghela napas panjang. “Aku belum tahu pasti. Tapi setelah ayahmu menghilang, banyak pihak yang berkepentingan dengan kekayaannya. Orang-orang yang ingin mengambil alih bisnisnya, yang mungkin juga bertanggung jawab atas kejatuhannya.”

Aku menelan ludah. “Jadi… kalau mereka tahu aku masih hidup, aku bisa dalam bahaya?”

Mahendra menatapku tajam. “Kemungkinan besar, ya.”

Aku mengusap wajahku dengan tangan gemetar. Ini terlalu banyak untuk diproses dalam satu hari. Aku hanya seorang gadis biasa yang datang ke kota untuk bekerja. Aku tidak pernah membayangkan akan terlibat dalam sesuatu sebesar ini.

“Tapi aku tidak mengerti,” kataku akhirnya. “Kalau memang aku adalah pewarisnya, kenapa tidak ada yang mencariku selama ini?”

Mahendra berpikir sejenak. “Ada kemungkinan seseorang menyembunyikanmu dengan sengaja. Bisa jadi Damar Pratama sendiri yang melakukannya, untuk melindungimu.”

Aku merasa kepalaku semakin berat.

Sebelum aku sempat mengatakan apa pun, Mahendra tiba-tiba berdiri dan berjalan ke arah jendela besar di ruangannya.

“Kau harus berhati-hati mulai sekarang, Alya.”

Aku mengangkat wajah, menatap punggungnya yang tegap.

“Apa maksud Anda?”

Dia berbalik, ekspresinya dingin namun serius. “Sejak aku mulai menyelidik tentangmu, aku merasa ada yang mengawasi. Bisa jadi mereka juga tahu kau sudah ditemukan.”

Aku menelan ludah. “Mereka… siapa?”

Mahendra menggeleng. “Belum jelas. Tapi aku tidak akan membiarkan mereka menyentuhmu.”

Hatiku berdebar. Aku tidak tahu kenapa, tapi ada sesuatu dalam suaranya yang membuatku merasa… aman.

Untuk pertama kalinya sejak aku mengetahui kebenaran ini, aku tidak merasa sendirian.

Namun, sebelum aku sempat berbicara lagi, ponsel Mahendra bergetar. Dia mengernyit sebelum mengangkatnya.

“Apa?” tanyanya dengan nada tegas.

Aku tidak bisa mendengar suara dari seberang, tapi ekspresi Mahendra berubah dalam hitungan detik. Rahangnya mengeras, matanya menajam.

“Siapkan mobil. Aku akan segera ke sana,” katanya, lalu menutup telepon.

Aku menatapnya dengan bingung. “Ada apa?”

Dia menatapku tajam. “Seseorang baru saja mencoba menyusup ke dalam sistem perusahaan.”

Aku membelalakkan mata. “Apa maksudnya?”

“Data tentangmu,” katanya pelan, tetapi penuh tekanan. “Seseorang berusaha mendapatkan informasi tentang siapa dirimu.”

Aku merinding.

Aku tidak tahu siapa yang sedang mengincarku, tapi satu hal pasti—aku sudah masuk dalam permainan yang jauh lebih besar dari yang kubayangkan.

Dan aku tidak tahu bagaimana cara keluar darinya.

Aku merasakan bulu kudukku meremang. Ada seseorang yang berusaha mencari tahu tentangku?

Dadaku berdebar kencang. Ini bukan lagi sekadar cerita masa lalu atau spekulasi tentang identitasku. Ini nyata.

Aku menatap Mahendra, yang kini tengah berbicara dengan seseorang di telepon. Ekspresinya begitu serius, wajahnya tampak semakin tegang.

“Aku ingin tahu siapa pelakunya dalam waktu 24 jam,” katanya tajam sebelum menutup panggilan.

Aku menggigit bibir. “Apa yang harus aku lakukan sekarang?”

Mahendra menatapku lekat-lekat. “Aku tidak bisa membiarkanmu sendirian. Mulai sekarang, kau harus tinggal di tempat yang lebih aman.”

Aku terkejut. “Maksud Anda…?”

“Kau akan tinggal di rumahku.”

Aku membelalakkan mata. “Apa?”

Mahendra bersandar di kursinya dan menatapku dengan ekspresi penuh keyakinan. “Aku tidak bisa mengambil risiko. Jika seseorang berusaha melacak mu, bukan tidak mungkin mereka akan bertindak lebih jauh. Tinggal di rumahku adalah pilihan terbaik.”

Aku menggeleng. “Tapi… itu tidak mungkin. Aku tidak bisa tinggal di rumah Anda, Tuan Mahendra. Aku hanya pegawai biasa.”

“Kau bukan sekadar pegawai biasa, Alya,” katanya serius. “Kau adalah pewaris Damar Pratama. Jika sesuatu terjadi padamu, situasi ini bisa menjadi lebih buruk.”

Aku menggigit bibir. Aku tidak tahu harus berkata apa. Ini terlalu tiba-tiba.

Mahendra sepertinya menyadari kegelisahanku. “Aku tidak akan memaksamu jika kau benar-benar menolak, tapi aku hanya ingin memastikan kau aman.”

Aku terdiam.

Selama ini, aku hidup sederhana di desa, tanpa tahu siapa diriku sebenarnya. Sekarang, aku tiba-tiba menjadi pusat perhatian orang-orang yang tidak ku ketahui. Jika benar ada yang mengincar ku, aku tidak bisa hanya diam dan berpura-pura semuanya baik-baik saja.

Aku menarik napas dalam-dalam. “Baiklah.”

Mahendra mengangkat alisnya. “Kau setuju?”

Aku mengangguk pelan. “Aku tidak punya pilihan lain, bukan?”

Senyum tipis terukir di wajahnya. “Bagus. Aku akan mengatur segalanya.”

---

Malam itu, aku mengemas beberapa barang yang kumiliki dan mengikuti Mahendra ke rumahnya.

Begitu aku tiba, aku langsung tertegun.

Rumah itu lebih tepat disebut mansion—megah, modern, dan begitu luas. Aku tidak pernah menginjakkan kaki di tempat semewah ini sebelumnya.

Mahendra membuka pintu dan memberi isyarat agar aku masuk. “Mulai sekarang, anggap saja ini rumahmu.”

Aku menelan ludah, melangkah masuk dengan hati-hati. Interiornya didominasi warna putih dan abu-abu, dengan perabotan mahal yang tertata rapi.

“Ini kamarmu,” katanya sambil membuka sebuah pintu di lantai atas.

Aku melangkah masuk dan kembali dibuat terkejut. Kamar itu lebih besar dari rumah kecil yang ku tinggali di desa. Ada ranjang empuk, lemari besar, dan balkon dengan pemandangan kota yang indah.

“Aku tidak tahu harus bilang apa…” kataku pelan.

Mahendra menatapku. “Kau tidak perlu merasa tidak nyaman. Aku melakukan ini untuk keamananmu.”

Aku mengangguk, meskipun masih sulit percaya bahwa aku sekarang tinggal di rumah pria yang begitu berkuasa sepertinya.

“Aku akan meningkatkan keamanan rumah ini,” lanjutnya. “Mulai sekarang, kau tidak boleh keluar sendirian. Jika ada yang mencurigakan, segera beri tahu aku.”

Aku menelan ludah dan mengangguk.

Hidupku berubah dalam hitungan hari.

Aku hanya berharap, aku bisa menghadapi semua ini.

Tanpa tahu bahwa malam itu, di luar sana… seseorang sedang mengawasi rumah ini.

Seseorang yang sedang menunggu waktu yang tepat untuk bertindak.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Tuan Muda   Suasana semakin tegang

    Malam itu, aku duduk di dalam mobil Om Martin, jari-jariku bermain di ujung gaun yang kukenakan. Hawa dingin dari AC menyelimuti tubuhku, tapi pikiranku justru terasa panas, berputar-putar memikirkan semua yang telah terjadi hari ini."Kamu capek?" suara Om Martin terdengar lembut, membuyarkan lamunanku. Aku menoleh dan melihatnya tersenyum, tatapan matanya yang teduh membuat dadaku berdesir.Aku menggeleng pelan. "Nggak, aku cuma... banyak mikir aja."Dia mengangguk seakan mengerti. "Kalau ada yang ingin diceritakan, aku siap mendengar."Aku menghela napas, mencoba menyusun kata-kata. "Aku cuma merasa aneh. Rasanya... terlalu nyaman berada di dekat Om. Seperti ada sesuatu yang mengisi ruang kosong di hatiku. Tapi di sisi lain, aku takut kalau ini hanya perasaan sesaat."Om Martin terdiam sejenak sebelum menjawab, "Aku juga merasakannya, Laura. Aku tahu aku bukan ayahmu, dan aku tidak akan pernah bisa menggantikannya. Tapi kalau keberadaanku bisa membuatmu merasa lebih baik, aku berse

  • Cinta Tuan Muda   Semakin rumit

    Laura menatap sosok di hadapannya dengan napas tertahan. Jantungnya berdebar kencang saat dia mencoba memahami apa yang baru saja terjadi. Orang itu berdiri di ambang pintu, matanya menatap Laura dengan campuran perasaan yang sulit dijelaskan."Kamu... kenapa bisa ada di sini?" suara Laura bergetar.Pria itu tersenyum kecil, langkahnya mendekat. "Aku selalu ada di sekitarmu, hanya saja kau tidak pernah menyadarinya."Reno yang berdiri di samping Laura menatap pria itu dengan sorot tajam. "Siapa dia, Laura?"Laura menggeleng, seakan mencoba mengusir kebingungan di kepalanya. "Aku... aku tidak tahu. Aku pernah mengenalnya, tapi aku tidak mengerti kenapa dia muncul sekarang."Pria itu tertawa kecil, suara rendahnya penuh misteri. "Laura, aku tidak muncul tiba-tiba. Aku datang karena waktunya sudah tepat. Ada sesuatu yang harus kamu ketahui."Ketegangan semakin meningkat. Reno maju selangkah, posisinya protektif di depan Laura. "Aku tidak peduli siapa kamu. Kalau niatmu buruk, sebaiknya p

  • Cinta Tuan Muda   Malam yang menegangkan

    Malam itu, hujan turun deras, menciptakan suasana tegang di dalam ruangan yang dipenuhi oleh ketegangan yang menggantung. Laura menatap pria di depannya, napasnya tercekat saat kata-kata yang baru saja diucapkan pria itu menggema di kepalanya."Aku sudah tahu semuanya, Laura," kata pria itu dengan suara berat dan tajam.Jantung Laura berdebar kencang. "Maksudmu apa?" tanyanya, mencoba tetap tenang.Pria itu mengeluarkan sebuah amplop coklat dan meletakkannya di atas meja. Dengan tangan gemetar, Laura mengambilnya dan membuka isinya. Matanya melebar saat melihat foto-foto di dalamnya. Itu adalah foto dirinya bersama seseorang dari masa lalunya—seseorang yang seharusnya sudah tidak ada dalam hidupnya."Bagaimana kau mendapatkan ini?" suaranya bergetar, campuran antara marah dan ketakutan.Pria itu tersenyum tipis. "Aku punya sumberku sendiri. Dan aku yakin, kau tahu bahwa seseorang sedang mengincarmu."Laura menelan ludah. Dia tahu persis siapa yang dimaksud pria itu. Sosok yang seharus

  • Cinta Tuan Muda   Konflik Memuncak dan Kejutan yang Tak Terduga

    Laura merasa jantungnya berdetak kencang saat melihat seseorang dari masa lalunya muncul tiba-tiba di depan pintu apartemennya. Pria itu berdiri dengan wajah serius, seolah membawa kabar buruk yang akan mengubah segalanya. "Kita perlu bicara," katanya dengan nada mendesak.Sementara itu, di tempat lain, Arya dan Reza sedang mencoba menghubungi Laura setelah menyadari ada sesuatu yang aneh dengan pesan yang dikirimkannya sebelumnya. Liam yang biasanya ceria juga terlihat lebih serius. "Aku nggak suka firasat ini," gumamnya sambil menggenggam ponselnya erat.Di dalam apartemen, Laura menatap pria itu dengan perasaan campur aduk. "Kenapa kamu di sini? Aku pikir kita sudah selesai bertahun-tahun lalu," katanya dengan suara bergetar.Pria itu, yang ternyata adalah mantan kekasih Laura yang menghilang tanpa jejak, menghela napas panjang. "Aku tahu aku banyak salah, tapi aku kembali karena ada sesuatu yang harus kau tahu. Ini tentang keluargamu… tentang ayahmu."Kata-katanya langsung membuat

  • Cinta Tuan Muda   BAYANGAN MASA LALU

    Malam semakin larut, tetapi suasana justru semakin tegang. Napasku memburu, pikiranku berputar cepat. Aku tidak pernah menyangka akan bertemu dengannya lagi—seseorang yang seharusnya sudah lama menghilang dari kehidupanku.Dia berdiri di sana, bersandar santai di pintu belakang ruangan ini, seakan kedatangannya adalah hal yang wajar. Senyumnya tipis, nyaris seperti ejekan.“Lama tidak bertemu, Laura,” suaranya tenang, tapi dingin.Aku menelan ludah. “Kenapa kau di sini?”Dia tidak langsung menjawab. Malah, dia melangkah maju dengan perlahan, membuat jantungku berdebar lebih kencang. Reno dan Arya sudah bersiap siaga di sampingku, siap melakukan apa pun jika keadaan memburuk.“Kau tahu, aku selalu tertarik melihat bagaimana kau berkembang setelah semua yang terjadi,” katanya sambil menatapku tajam. “Aku hanya ingin melihat sendiri apakah kau masih sekuat dulu… atau justru lebih lemah.”Aku mengepalkan tangan. “Aku tidak punya waktu untuk permainanmu.”Dia tertawa kecil. “Permainan? Ah,

  • Cinta Tuan Muda   Konflik baru

    Malam itu, udara terasa lebih dingin dari biasanya. Langit hitam pekat tanpa bintang, seakan menyembunyikan sesuatu yang tak ingin terlihat. Di dalam ruangan yang remang, suasana penuh ketegangan.Laura menatap seseorang di depannya dengan napas memburu. Sosok itu tersenyum samar, tatapannya sulit ditebak."Kau pasti tak menyangka akan bertemu denganku di sini, bukan?" suara baritonnya terdengar begitu akrab, tapi ada sesuatu yang janggal di baliknya.Laura menelan ludah. "Kenapa kau ada di sini? Apa maumu?"Sosok itu hanya menghela napas, lalu berjalan mendekat dengan langkah perlahan. Setiap langkahnya bergema di ruangan yang sepi.Di saat bersamaan, di tempat lain, Reno berlari menerobos lorong sempit, mencoba mencari Laura. Ada firasat buruk yang mengusiknya sejak tadi. Jantungnya berdebar kencang, dan tanpa sadar, tangannya mengepal erat.Sementara itu, di dalam ruangan, Laura berusaha tetap tenang meskipun pikirannya berkecamuk. Sosok itu kini berdiri di hadapannya, menyodorkan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status