Share

Dia Lagi.

(Kamu adalah bunga mawar di tengah bunga melati)

Di Taman Pondok Pesantren.

Almaira berjalan menyusuri taman yang biasanya ramai, tetapi kali ini terlihat begitu sepi.

"Lha, ini orangnya pada kemana ya?" tanya Almaira pada dirinya sendiri.

Kemudian Maira melihat keramaian di kediaman Pak Kiai.

"Kok di rumah Pak Kiai rame banget ya, ada apa ya? jangan-jangan Rara, Jihan sama Izzah juga disana. Aku kesana aja deh." Ucap Almaira kemudian menuju rumah Pak Kiai, benar saja disana Ia melihat Rara, Jihan dan Izzah.

Almaira segera menghampiri ketiga temannya.

"Assalamualaikum." salam Maira.

"Mairaaa yaampun akhirnya kamu balik juga. Kita ini bingung lho mau cari kamu kemana." bisik Rara.

"Iya deh maaf, lagian tadi itu macettt parah, soalnya ada kecelakaan. Oh iya ini ngomong-ngomong kita ngapain disini semua?" tanya Maira.

"Sebenarnya, awalnya kita semua dikumpulin untuk menyambut Cucu Pak Kiai. Tapi sayang yang ditunggu malah kecelakaan." Jawab Rara.

"Astaghfirullah, terus gimana dong jadinya?"tanya Maira.

"Pak Kiai pingsan, Umi Kamu juga didalam tu." Jawab Izah.

"Oh Umi ada didalam, yaudah aku susul Umi dulu ya kalo gitu." Pamit Almaira.

"Iya buruan gih, dari tadi dicariin tuh." Ucap Rara.

Almaira pun berjalan memasuki kediaman Pak Kiai. Di dalam ia melihat semua wajah tengah cemas.

"Assalamualaikum." Almaira mengucapkan salam.

"Waalaikumsalam." Jawab Pak Fahri.

Maira pun berdiri dibelakang sosok Ayahnya itu. Zahwa kemudian menyusulnya.

"Kamu itu dari mana aja sih?" Bisik Zahwa.

"Mbak tenang aja, yang penting kan Aku udah balik tanpa ketahuan." bisik Almaira.

Tiba-tiba saja masuk seorang pria yang tidak asing bagi Maira, laki-laki yang diluar pondok bersamanya tadi.

"Assalamualaikum." Sapa Rayyan.

"Hah? Pria itu kan yang tadi diluar sama Aku. Ngapain Dia menghadap Pak Kiai. Jangan-jangan mau melaporkan lagi." batin Maira.

"Rayyan...... Cucukuuuu." Teriak Pak Kiai menangis.

Rayyan menghampiri Pak Kiai dan memeluknya.

"Iya Kakek, ini Rayyan." Jawab Rayyan.

"What? Cucuuuu" batin Almaira terkejut.

"Oh iya Nak Ray, salim sama Nenek, Umi Ana dan Pak Fahri dulu Nak." Pinta Pak Kiai.

"Iya Kakek." Jawab Rayyan kemudian menyusul Bu Nyai dan mencium tangan Neneknya. Bu Nyai pun memeluk Rayyan.

Kemudian Rayyan mencium tangan Umi Ana, begitu juga dengan Pak Fahri. 

"Alhamdulillah ya Nak Ray, Kamu sekarang sudah besar." Pak Fahri menepuk-nepuk pundak Rayyan.

"Iya alhamdulillah Pak." Jawab Rayyan.

"Oh iya Nak Rayyan Kamu nggak lupa kan sama mereka. temen kecil Kamu. yang ini Zahwa dan ini Adiknya Almaira." Ucap Pak Fahri.

"Salam kenal Gus." Zahwa menundukkan kepalanya.

"Wanita ini? ternyata Dia Putri dari Ustadz Fahri." batin Rayyan.

"Salam kenal, Gus." Almaira mengikuti apa yang dilakukan kakaknya.

"Aduhhhhh gawat kalo sampai Dia ceritain kejadian tadi." batin Almaira.

"Sepertinya Saya nggak asing dengan wajah kamu." Ucap Rayyan tersenyum.

Almaira menelan ludahnya sendiri, cemas jika ia akan ketahuan.

"Nak Rayyan bisa saja, kan Kalian baru ketemu lagi setelah bertahun-tahun. Apalagi Almaira waktu itu masih belum mengerti apa-apa." Jawab Pak Fahri.

"Sudah-sudah, sekarang biar Nak Rayyan istirahat dulu. Kasian lo dari perjalanan jauh." Saran Umi Ana.

"Iya Nak, Kamu Istirahat aja dulu. Nanti Malam biar Azam mengantarkan kamu mengelilingi pesantren ya." Titah Pak Kiai.

"Yasudah kalo begitu Saya pamit ke kamar dulu." Pamit Rayyan.

"Mari Mas Rayyan, biar saya antar." Ucap Azam, santri senior kepercayaan Pak Kiai.

"Alhamdulillah, Dia gak cerita kejadian di luar tadi. Selamet...." Batin Almaira menghembuskan nafas lega.

"Umi, Abi, Almaira juga mau pamit pulang ya, Ada jadwal kelas." Pamit Almaira pada Umi dan Abi-nya. Kemudian ia juga berpamitan kepada Pak Kiai dan Bu Nyai.

Almaira melangkah meninggalkan kediaman Pak Kiai. diluar telah sepi, santri dan santriwati telah kembali ke aktifitasnya masing-masing.

"Alhamdulillah kali ini selamat, tapi kalo nanti Gus Ray cerita gimana ya." ucap Almaira mengomel di perjalanan.

"Aku harus bicara langsung sama Dia, dan mastiin kalo dia gak akan ngomong kejadian di luar tadi." ucap Almaira.

"Meow.....Meoww" Suara anak kucing.

Almaira pun melihat sekeliling mencari keberadaan kucing itu.

"Perasaan aku denger suara kucing deh, tapi dimana ya?" tanya Maira pada dirinya sendiri.

"Meowwww.... meowwww" Suara anak kucing itu semakin keras, dan berasal dari atas pohon. Maira pun mendongakkan kepalanya dan benar saja, Ada anak kucing yang hendak melompat tetapi tidak berani.

"Yaampun sayang, kamu kan masih kecil, kenapa bisa ada diatas" tanya Almaira pada kucing tersebut.

Kucing itu terus mengeong, membuat Maira merasa Iba.

"Yaampun kamu kasian banget si, iya Aku tolongin ya. Sebentar Aku ambil tangga dulu sebentar." ucap Maira.

Tak berapa lama Ia kembali dengan membawa Tangga kemudian menaikinya untuk menolong Anak Kucing itu.

"Nah sekarang kamu udah aman, jangan manjat manjat lagi ya kalo belum bisa turun." omel Almaira kemudian mencium kucing tersebut dan melepaskan-nya.

Tanpa Maira sadari, ternyata ada seseorang dari balik jendela yang sedari tadi mengamati-nya.

Di Kamar Rayyan.

Rayyan memasuki kamarnya dan membuka tirai jendela. dari kejauhan terlihat Maira tengah berjalan membawa sebuah tangga dengan kesusahan.

"Gadis itu? Apa yang Dia lakukan? Kok bawa tangga?" batin Rayyan tertarik dengan apa yang dilakukan oleh Maira.

Ia melihat Maira menaiki tangga tersebut, dan ternyata Maira tengah membantu seekor anak kucing yang tidak bisa turun dari atas pohon.

"Gadis yang pemberani." ucap Rayyan tersenyum melihat tingkah Almaira.

"Astaghfirullah, kenapa Aku malah memperhatikan Dia." Rayyan kemudian menutup kembali tirai jendela tersebut.

Kemudian memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status