Share

Cinta Untuk Almaira
Cinta Untuk Almaira
Penulis: Rina Dwi Ariani

Sajadah Cinta ku

Suara jam dinding terdengar keras, ditengah heningnya malam. "tik tik tik" disetiap laju detiknya.Jam menunjukkan pukul 01.00 Pagi.

Bersujud seorang wanita di atas sajadah, melepas rindu pada Sang Maha Kuasa. Mencurahkan isi hati yang selalu ia simpan sendiri yang ia tulis dalam buku hariannya. Ia selalu menutup rapat semua masalah dalam hidupnya,hanya dirinya sendiri dan Tuhan yang tau apa yang sebenarnya tersimpan di hatinya.

Almaira Putri Azzahra seorang gadis cantik yang selalu terlihat ceria, bukan karena Ia tidak memiliki masalah. Tetapi karena ia menutup rapat apa yang ada dihatinya. Gadis kuat yang selalu berusaha tersenyum walaupun hatinya tengah terluka.

Diatas sajadah merah kesayangannya, Ia menuliskan semua keluh kesahnya, doa dan harapannya di buku harian miliknya. Hari ini adalah hari dimana Usianya genap menginjak 19 tahun.

" Usia, apa arti dari penambahan usia. Bukankah itu artinya bahwa kontrak seseorang hidup telah berkurang. Lalu apa yang harus dirayakan? Semakin bertambah usia. Semakin seorang berfikir, apa amalan yang telah saya lakukan selama hidup di dunia ini. Inilah hidup yang harus kita jalani. Memanfaatkan waktu, atau dimanfaatkan oleh waktu." Tulis Almaira tersenyum.

"Harapan di usia yang ke-19 ini, Maira berharap Allah datangkan jodoh untuk Maira, layaknya kisah Bunda Khadijah, ataupun Bunda Fatimah." Tulis Maira berharap. Kemudian ia menutup bukunya. melanjutkan berzikir hingga ia mengantuk dan tertidur.

"Allahu Akbar Allahu Akbar" Suara adzan terdengar keras karena letak rumah Almaira memang berada di sekitar pondok pesantren.

"Almairaaaa bangun Nak, kebiasaan kalo tidur itu dikamar, jangan ditempat sholat." panggil Umi Ana.

"Iya Umi sebentar lagi." jawab Maira masih dengan setengah sadar.

"Kamu gak denger tuh, udah adzan lho, emang kamu gak ke Mushola?" Umi Ana mengingatkan Maira.

Seketika Almaira terkejut dan membuka kedua matanya penuh.

"Astaghfirullah, iya Umi. Maira mandi dulu ya Umi." Ucap Maira membuka mukena yang masih ia kenakan dan melipatnya.

"Iya hati-hati licin Sayang." jawab Umi Ana sambil memasak.

Di Jalan Sepulang dari Mushola.

Almaira berjalan bersama tiga temannya yang juga santriwati dari pondok pesantren Al Khidmah.

"Ah Maira ma, kebiasaan suka telat." ledek Rara.

"Iya ni, emang kamu ngapain si kok telat terus. katanya kali ini gak akan telat." protes Izah.

"Iya maaf, soalnya aku ketiduran."Jawab Almaira.

"Kamu si emang hobbi tidur Mai" ledek Jihan.

"Oh iya, hampir aja lupa, aku mau ajakin kalian seneng seneng mau nggak?" Tawar Maira.

"Ya tergantung seneng yang gimana." jawab Izah.

"Gimana kalo kita jalan keluar pondok." tawar Almaira.

"Hah? Apa?" Jawab Iza, Rara ,dan Jihan kompak.

"Kompak banget si, ayo gimana? kita lihat lihat pasar." tawar Almaira.

"Aduh Maira.... kamu itu kebiasaan ya, bandel. Aku gak mau ya cari masalah, nanti kalo kita ketahuan pergi diem diem bisa dikeluarkan kita." Protes Rara.

"Iya ni Maira, kamu ma enak. Anak dari Ustad. So gak mungkin dikeluarin, sedangkan kita jadi masalah dong." Protes Jihan.

"Udah tenang aja, sebentar doang plissss demi Mayra ya...." rengek Maira.

"Yaudah deh iya, gak tega kalo gitu." jawab Izah.

"Yah, yaudahdeh sekalian refresing, tapi bener lo ya,jangan lama lama." pinta Rara.

"Nahhhh Yes, thank you, kalian itu emang bestiee pokoknya." Mayra merangkul ketiga temannya.

Di Pintu Gerbang.

Saat tiba di pintu gerbang pondok pesantren, tiba tiba ada seorang wanita memanggil manggil Maira yang tengah mengendap endap dengan ketiga temannya.

"Mayraaaaa" teriaknya menghampiri Mayra.

"Sttttt Mbak Zahwa jangan keras keras." protes Mayra.

"Kalian mau kemana? kenapa kok ngendap ngendap gitu?" tanya Zahwa Kakak dari Mayra.

"Kita ini Mbak. nganu.." Jawab Rara gugup.

"Kalian pasti mau kabur keluar ya. Mbak bilangin Abi sama Umi lho." Tebak Zahwa.

"Aduhh Mbak, tolong dong jangan laporin Abi sama Umi ya. emang Mbak gak kasian sama Aku. sekali ini aja keluar pondok boleh ya Mbak." Rayu Maira pada kakaknya.

"Aduh dek, kamu kan tau kalo Mbak paling gak suka disuruh bohong, nanti kalo Mbak ditanya kamu dimana Mbak harus jawab apa?" Tolak Zahwa.

"Ayolah Mbak, sekali ini aja. Sebentar doang kok plissss, Mbak Zahwa baik deh." Almaira masih tidak menyerah meluluhkan hati Zahwa.

"Yaudah iya, Mbak gak kasih tau sama Abi sama Umi. tapi ingettt ya, cuma sebentar. Rara tolong Maira diingetin ya. Dia itu suka lupa waktu, kalo dia masih belum mau balik juga tinggalin aja gak papa." pinta Zahwa.

"Iya Mbak Zahwa, kita pasti ingetin Mayra kok." jawab Rara.

"Yaudah Mbak, kita pergi dulu ya, Assalamualaikum." Mayra mengucap salam kemudian diam diam keluar dari pondok.

Di Pasar

Almaira bersama ketiga temannya pun berkeliling Pasar sambil melihat-lihat barang. mereka sangat senang karena memang mereka jarang keluar dari pondok. Hingga Rara tersadar bahwa mereka telah menghabiskan waktu yang lumayan lama untuk berputar-putar di tempat itu.

"Astaghfirullah, temen-temen ternyata Kita udah keluar lama lho." Ucap Rara.

"Ya Allah, Iya ni. Balik yuk aku takut ketahuan ni." Ajak Jihan ketar ketir.

"Aduh bentar lagi ya, masih belum nemu barang yang aku cari ni." tolak Maira.

"Tapi nanti kalo kita ketahuan gimana?" tanya Izah.

"Yaudah, Kalo gitu kalian duluan aja gak papa." Ucap Almaira.

"Masak kita ninggalin Kamu si? enggak deh." Jawab Rara.

"Udah, gak papa aku nanti balik sendiri. Kalian balik duluan aja." Ucap Maira.

"Beneran gak papa ni May?" Tanya Izah.

"Iya, Udah kalian duluan aja, nanti kalo kalian ketahuan keluar bisa bahaya." Jawab Almaira dengan mengacungkan jempolnya.

"Yaudah kalo gitu Kita duluan ya, Kamu jangan lama-lama. Nanti Mbak Zahwa malah cariin kamu lho." Rara mengingatkan.

"Iya tenang aja, aman pokoknya deh. Hati-hati ya." Ucap Almaira.

"Oke Kamu juga hati-hati ya, Kita balik duluan. Assalamualaikum." Rara mewakili.

"Waalaikumsalam." Jawab Maira.

Mereka akhirnya berpisah, Ketiga teman Maira meninggalkan Maira yang masih ingin mencari barang yang ia inginkan.

Di Sekitar Pondok.

Zahwa berkeliling mencari keberadaan Adik-nya di sekitar pondok pesantren, tetapi Ia tidak juga menemukan-nya.

Dengan resah ia berjalan terburu-buru.

"Astaghfirullah, Kamu dimana si Dek, kenapa belum kembali juga." Ucap Zahwa sambil mencari-cari sosok Almaira.

Akhirnya Zahwa bertemu dengan Rara dan kedua teman-nya. Tetapi ia tidak melihat Adik-nya.

"Rara... Kalian kemana aja si, Mbak cariin kalian lho." ucap Zahwa.

"Eh Mbak Zahwa, iya maaf mbak ini juga kita baru balik." jawab Rara.

"Lho Maira mana? kok gak sama Kalian?" tanya Zahwa.

"Maira masih diluar Mbak." jawab izah pelan.

"Astaghfirullah, masih diluar? ini Abi sama Umi cariin Maira lho." Zahwa terkejut.

"Maaf ya Mbak." Sesal Rara.

"Iya, yaudah gak papa, lebih baik sekarang kalian langsung siap-siap aja ya." ucap Zahwa.

"Siap-siap buat apa Mbak?" tanya Jihan.

"Cucu dari Pak Kiai mau dateng, jadi para santri mau menyambut beliau. Jadi kalian siap-siap ya, biar kakak cari Maira. Mbak duluan ya. " Pamit Zahwa meninggalkan Rara dan temannya untuk mencari Almaira.

"Duh Dek, kamu itu dimana si Dek." ucap Zahwa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status