“Aku menolak.”
Kinara yang terus-terusan mendapat penolakan dari Arlan pun sontak memasang raut kesalnya. Dia menatap tajam Arlan yang berdiri di depannya.“Arlan ....”“Gak, Ma, aku menolak perjodohan ini,” sergah Arlan dengan tegas. “Aku gak mau bentak Mama, karena itu tolong jangan buat aku sampai melakukan itu ke Mama. Aku tau usiaku sudah matang untuk menikah, tapi aku masih belum memikirkan itu, Ma. Kalaupun iya aku dijodohkan, kenapa harus sama gadis kampung seperti dia?"Shena yang mengerti bahwa sebutan ‘gadis kampung’ yang Arlan katakan tadi ditujukan untuknya pun hanya bisa menunduk saja, sedangkan Niko berusaha untuk menenangkan emosi anaknya.“Lalu, kamu mau perempuan yang seperti apa?” Kinara mencoba untuk tetap sabar, meskipun suaranya dia tinggikan sedikit. “Kamu benar-benar meragukan pilihan mama?”“Bukan seperti itu, Ma. Oke, kalaupun aku dijodohkan, apa Mama gak bisa pilih perempuan yang berkelas? Apa yang akan dikatakan sama para karyawanku di kantor kalau aku menikah dengan gadis kampung sepertinya, Ma?“Aku mau perempuan yang berkelas, berpendidikan, bisa merawat diri, dan juga cantik. Coba Mama lihat gadis itu! Dia lugu dan norak, gak pantas untuk dijadikan istri seorang Arlan.“Lalu, usiamu berapa?” lanjut Arlan bertanya seraya menatap Shena.Shena yang mendapat pertanyaan dari Arlan pun sontak mendongak dan menjawab, “Dua puluh dua.”Jawaban Shena membuat Arlan menunjukkan senyum miringnya. “Mama dengar tadi? Usianya masih sangat kecil, dia masih berusia dua puluh dua tahun. Selisih tujuh tahun denganku,” ucap Arlan sembari menekan kalimat terakhir dalam ucapannya.“Selisih tujuh tahun tidak terlalu jauh, Arlan.”“Sangat-sangat jauh, Ma. Bahkan saat aku lulus SMA, dia masih duduk di bangku sekolah dasar. Coba Mama bayangkan, seberapa bocahnya gadis kampung ini.”Suasana semakin gaduh dan semakin memanas. Niko yang melihat pertengkaran antara Kinara dan Arlan pun akhirnya mulai ikut membuka suara, berniat untuk merelai.“Maaf, kalau saya bersikap lancang karena telah menyela obrolan kalian, tapi sebaiknya kalian hentikan pertengkaran ini. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada kalian, karena kedatangan saya dan putri saya kemari hanya membuat keributan saja,” ucap Niko menyela seraya berdiri dan membungkukkan badannya sedikit sebagai tanda permintaan maaf. “Nak Arlan, saya tidak akan memaksa Nak Arlan untuk menerima perjodohan ini. Karena bagaimanapun juga, soal perasaan tidak bisa dipaksakan.”Mendengar kata-kata Niko, Arlan sontak menoleh ke arahnya dan menganggukkan kepalanya pelan. “Bagus kalau Pak Niko paham. Keluarga kami memang tidak selevel dengan keluarga Pak Niko yang hanya berasal dari kampung.”Ucapan Arlan sontak membuat Kinara memasang raut kesalnya kembali. Dia menatap Arlan dengan tajam dan menusuk. “Arlan, yang sopan kalau bicara sama orang yang lebih tua! Sejak kapan keluarga kita menjadi keluarga yang memandang status orang lain, hah?!”“Ma, aku---”“Maaf, saya menyela,” sahut Shena. Suara Shena yang terdengar tiba-tiba membuat Arlan menghentikan kalimatnya. “Sedaritadi aku terus diam dan hanya mendengarkan obrolan semuanya. Kami tau kalau kami adalah dari kampung dan hanya keluarga miskin. Namun, meskipun status kami berada di bawah, bukan berarti Anda boleh menginjak-injak keluarga kami seenaknya.“Kami juga manusia, punya hati, perasaan dan juga harga diri. Saya juga sebenarnya tidak ingin dijodohkan, tetapi karena ini adalah salah satu keinginan ayah, saya tidak mungkin bisa menolak. Jika, Anda tidak ingin menikah dengan saya, cukup katakan saja ‘tidak’. Tidak perlu sampai menginjak-injak harga diri kami dengan perkataan busuk Anda.“Saya hanya ingin membuktikan kepada Anda, bahwa sifat dewasa tidaklah diukur dari seberapa tua usia seseorang. Bahkan mungkin saya sendiri bisa lebih dewasa dari Anda. Saya juga akan buktikan, bahwa seorang perempuan tidaklah cukup hanya berpendidikan, karena yang terpenting adalah berpengalaman dan juga berpengetahuan.“Saya akan buktikan kalau saya bukanlah gadis kampung biasa yang tidak mengerti apa-apa seperti yang Anda pikirkan. Karena gadis kampung seperti saya pun berhak untuk mengubah nasibnya menjadi lebih baik dan saya akan buktikan kalau saya juga bisa menjadi perempuan berkelas seperti yang Anda katakan tadi.”Kalimat panjang yang Shena katakan membuat semuanya seketika terdiam dan tertegun. Niko yang awalnya ingin mengalah dan menerima semua ejekan dari Arlan pun seketika kembali tersenyum dan mengelus-elus bahu Shena dengan bangga, begitupun juga dengan Kinara, dia tidak hentinya untuk tersenyum seraya menatap Shena dengan kagum.Berbeda dengan reaksi Niko dan Kinara, Arlan justru kini menjadi diam seribu bahasa. Entah apa yang sedang dipikirkan olehnya, tetapi sudah jelas bahwa dirinya telah benar-benar diskakmat oleh Shena; gadis kampung yang lebih muda darinya.Arlan hanya bisa membuang muka dan terus berusaha agar matanya tidak bertemu tatap dengan mata Shena. Malu? Benar.“Makasih udah belain ayah,” ucap Niko seraya terus menunjukkan senyum leganya. Shena pun hanya mengangguk dan tersenyum sebagai jawaban.“Keren,” puji Kinara. Dia terus menatap Shena dengan tatapan kagumnya. “Mama emang gak salah pilih calon mantu. Iya, ‘kan, Arlan?” lanjutnya menoleh ke arah Arlan.Arlan hanya melengos dan terus bersikap tak acuh kepada semuanya. Dia menatap Shena sekilas dan mendapat tatapan balasan tajam dari Shena. Decakan kesal mulai terdengar, Arlan membalikkan badannya dan memilih untuk pergi dengan perasaan kesalnya.Melihat Arlan yang berjalan pergi dengan terburu-buru, Kinara hanya bisa menghela dan mengembuskan napas lelahnya.Tahu bahwa ekspresi Kinara berubah, Shena pun kembali tersenyum dan menatap Kinara dengan hangat. “Mama hebat karena bisa menahan amarah Mama yang hampir memuncak.”Mendapat pujian dari Shena, senyum Kinara kembali mengembang. “Kamu bisa aja,” balasnya seraya terkekeh kecil. “Mama minta maaf atas nama Arlan untuk sikapnya yang tidak sopan seperti tadi. Niko, maafkan anak saya, ya.”“Tentu, Kinara, pasti saya maafkan,” jawab Niko.“Terima kasih.” Setelah mendapat anggukan dari Niko, Kinara kembali menatap Shena dengan serius. “Shena, cuma kamu harapan mama. Tolong ubah sikap Arlan yang terlalu keras kepala. Mama yakin, cuma kamu yang bisa buat Arlan berubah.”Tidak langsung menjawab, Shena terdiam sejenak dan berkata, “Imbalan untukku apa, Ma?” Pertanyaan Shena membuat Kinara dan Niko seketika terdiam karena terkejut. Namun, sedetik kemudian tawa renyah terdengar dari mulut Shena. “Aku bercanda, Ma. Jangan terlalu dipikirkan.”Niko pun seketika mengembuskan napas leganya. “Bercandamu gak lucu, Shena. Jangan buat malu begitu, ah.”Mendengar peringatan dari Niko, Shena pun tersenyum kecil. “Maaf, Ayah. Maaf, Ma.” Sebuah anggukan kepala dari Niko dan Kinara membuat Shena merasa lega.Senyum Shena tiba-tiba mengendur ketika melihat sorot mata Kinara yang menatapnya penuh harap. “Sekali lagi mama minta tolong, ya. Mama janji, mama akan bantu kamu untuk wujudkan keinginan kamu menjadi ‘perempuan berkelas’ dan membungkam mulut Arlan biar gak bisa ejek kamu lagi.”Shena menganggukkan kepalanya tanpa ragu. “Makasih, Ma. Aku akan coba.”“Selamat malam, Semuanya,” sapa Agas dengan suara tegas, tetapi tetap terdengar lembut. Dia bersikap layaknya seorang pangeran sungguhan. “Selamat datang dalam acara pesta dansa istana kerajaan.”Adegan kembali berlanjut hingga akhirnya Shena kembali muncul dengan anggunnya. Para penonton benar- benar dibuat terkagum dengan kemunculan Shena yang sangat berbeda. Gaun bak seorang putri kerajaan, sepatu kaca yang cantik, rambut yang terurai indah, dan sikap anggun yang Shena peragakan. Shena benar-benar terlihat seperti seorang putri kerajaan.Arlan semakin tidak bisa mengendalikan emosinya. Dia bertopang dagu pada pahanya seraya masih terus melihat adegan keduanya. Dira terkekeh kecil saat menyadari perubahan raut Arlan pada adegan dansa Cinderella dan Pangeran.“Rileks saja, jangan gugup,” bisik Agas di sela adegan keduanya.Mendengar bisikan seperti itu dari Agas, Shena sontak mengangguk pelan. Dia memejamkan matanya sejenak, lalu menarik dan membuang napasnya untuk berusaha tenang. S
26. Pertunjukan TeaterPukul 14.45 waktu siang hari. Panggung teater telah bersih, semua properti yang dibutuhkan pun sudah tersedia di atas panggung. Kini hanya tinggal menunggu waktu saja sampai mereka semua tampil di atas panggung.Sebenarnya acara sedang diistirahatkan dulu hingga jam tiga sore lebih lima belas menit. Namun, karena persiapan yang dilakukan oleh anggota teater sangat banyak, mereka semua rela tidak beristirahat dulu hingga pertunjukan berakhir.“Shena, ini kostum pertamamu. Segera ganti dan bersiap untuk riasan sederhananya,” ucap salah satu divisi penata busana seraya memberikan kostum tersebut kepada Shena.Shena sontak menoleh dan mengangguk. “Baik,” jawabnya. Dia mengambil kostum tersebut dan segera bergegas menuju ruang ganti. Setelah selesai, Shena kembali ke posisi untuk dirias.Namun, kedatangan Doni dan temannya membuat aktifitas meriasnya terhenti sejenak. Shena menatap pria yang berdiri di samping Doni dengan tatapan bingung.“Shena, kenalin, ini Kenzo.
Acara reuni masih terus berjalan. Satu per satu dari susunan acara mulai terealisasi. Pukul 12.00 siang hari acara dihentikan sejenak untuk beristirahat. Para tamu dalam reuni acara kampus tersebut mengambil beberapa camilan dari stand makanan yang sudah disiapkan oleh panitia acara.“Kamu mau ke mana?” tanya Dira saat melihat Arlan yang bangun dari kursinya.Arlan tidak langsung menjawab, dia merapikan setelan jas biru dongker yang dipakainya. Pun merapikan rambutnya juga. “Ada seseorang yang harus saya cari,” jawabnya tanpa menoleh ke Dira sedikit pun.“Siapa?” tanya Dira lagi. Dia memasang raut tanyanya, penasaran. “Shena?” tanya Dira semakin penasaran. Namun, Arlan tetap diam dan pergi meninggalkan tempatnya begitu saja. “Aneh.”Kembali ke ruang teater, mereka juga sedang beristirahat dari kesibukan mereka. Para pelakon drama segera menutup naskah mereka dan menyimpannya di atas meja. “Shena, kamu mau ke masjid?” tanya Sinta. Shena yang mendapat pertanyaan pun sontak mengangguk.
Pukul 09.45 pagi hari, Arlan telah sampai di kampusnya yang dulu. Dia datang ke acara tersebut dengan Dira. Para alumni pun sudah banyak yang datang, tetapi hanya beberapa yang masih Arlan kenal.Mereka segera mencari tempat duduk sebelum acara dimulai. Karena datang di waktu 15 menit sebelum acara dimulai, mereka akhirnya mendapat kursi di barisan belakang.“Mereka semua satu angkatan sama kamu?” tanya Dira seraya menunjuk sekumpulan pria yang sedang bercanda seraya menggendong anak masing-masing dengan matanya.Arlan sontak menoleh ke arah yang Dira tunjuk. “Saya tidak mengenal mereka.”“Aneh. Yang lain beneran reuni sama teman-teman lamanya. Lah, kenapa kamu diam aja di sini? Dulu kamu gak punya teman, ya? Ah, maksud aku ... kamu gak punya teman selain dia?” Mengerti dengan siapa yang Dira sebut ‘dia’, Arlan hanya mengembuskan napas beratnya. “Mungkin,” jawabnya singkat.“Wah ... gawat, sih, ini,” balas Dira seraya menggelengkan kepalanya pelan, lalu berdecak kecil secara berkali-
Waktu terus berjalan tanpa henti, semenjak penyelesaian gosip tentang Dira dan Arlan, pun dengan Shena juga. Shena akhirnya bisa kembali bekerja dengan penuh semangat seperti biasanya.Bukan hanya itu, Shena bahkan memiliki teman baru, yaitu Dira. Karena kedekatannya dengan Dira dan Arlan, para karyawan juga benar-benar menghormatinya. Mereka benar-benar merasa bersalah karena telah menuduh dan menyebut Shena sebagai wanita tidak tahu diri. Namun, semuanya telah berlalu dan Shena sudah tidak ingin membahasnya kembali.Satu hari sebelum acara reuni kampus dimulai. Berbagai macam dekorasi pun sudah terpasang di beberapa bagian. Kampus pun sontak dipenuhi oleh para mahasiswa dan mahasiswi yang akan tampil di acara tersebut. Dimulai dari eskul tari, marching band, taekwondo, paskibra, dan tentunya teater juga.Pukul 19.30 malam hari, anak teater kembali berkumpul untuk melakukan gladi resik. Mereka semua berkumpul di ruang tata panggung yang akan menjadi tempat mere
Jam istirahat telah datang. Seperti biasanya, Shena duduk di bangku panjang yang ada di belakang kantor. Dia membuka tasnya dan mengambil bekal untuk dia makan. Shena tiba-tiba terdiam saat melihat kotak bekal yang dia keluarkan.“Ini, kan, bekal buat mbak Dira,” gumamnya seraya terus menatap kotak bekal tersebut. Dia mengembuskan napasnya pasrah. “Tapi, kalau aku kasih nanti mbak Dira bakal mau gak, ya?”“Mau apa?” Suara Dira yang tiba-tiba sontak membuat Shena terkejut. Dia melihat Dira dan Arlan yang berjalan ke arahnya. “Mau apa?” tanya Dira mengulangi pertanyaannya.Shena menatap Dira dengan gugup, lalu memberikan kotak bekal yang dipegangnya untuk Dira. “Saya bawakan ini untuk Bu Dira,” ucap Shena dengan nada gugup.Melihat kotak bekal yang Shena sodorkan untuknya, Dira pun hanya terdiam. “Untuk saya?” tanyanya memastikan. Setelah mendapat anggukan dari Shena, Dira pun meneriman