Kondisi Sean pulih dengan cepat saat Claretta mengatakan niatnya untuk membawa Yasmin pulang ke kediaman mereka. Meskipun ini membuat Sean sempat gelisah."Apa Mami sudah mempertimbangkan semuanya?" Sean menatap Claretta dengan serius. "Kita sama-sama tahu kalau kondisi Yasmin masih belum stabil.""Mami tahu dan Mami juga mengerti dengan kekhawatiran mu. Tapi ini akan lebih baik, daripada Yasmin tetap di rumah sakit.""Apa yang Mami katakan memang benar!"Sebelum putranya masuk ke rumah sakit, Claretta bahkan sudah mengatur semuanya. Dia sudah berkonsultasi dengan tim dokter dan beberapa suster yang akan menjaga Yasmin di kediaman mereka.Harapan untuk mengembalikan ingatan Yasmin cukup besar, meskipun demikian dokter tidak bisa memastikan kapan semua akan kembali normal."Mami harap tolong jaga sikapmu," ujar Claretta. "Penyembuhan Yasmin sangat tergantung padamu dan semua orang yang berperan di dalamnya.""Aku akan melakukan apa pun agar dia bisa sembuh. Jika memang dia selalu sakit
“Hai ...” Davin masuk dengan gaya khasnya yang playboy dan menatap Mila dengan nakalnya. “Mas Davin? Ada apa kemari?” Yasmin yang sudah merasa lebih baik mulai bisa kembali membuka diri dan mau bicara. Sikap kasar Dody cukup menyisakan trauma, untung saja dokter pendamping yang disediakan Claretta benar-benar mampu membuat Yasmin tetap baik-baik saja. “Tidak ada, hanya sedang bosan saja menunggu Kakak ku yang sedang di rawat juga.” “Kakak?” Yasmin sedikit penasaran, kakak mana yang dimaksud Davin. “Iya, kakak! Sean, dia adalah kakak ku satu-satunya. “Tu-tuan Sean? Dia kenapa? Apa dia mengalami kecelakaan?” “Tidak! Dia hanya mengalami penurunan suhu tubuhnya karena terlalu lama berendam di malam hari.” Yasmin menarik napas dalam, mendengar Sean ada di tempat yang sama langsung menarik Yasmin untuk menemui pria itu. Pria yang kehadirannya selalu saja membuat Yasmin nyaman, meskipun terkadang membuat bayangan-bayangan aneh bermunculan. “Emmm ... Aku boleh tahu di mana Tuan Sean di
“Apa aku tidak salah dengar?” matanya terbelalak. “Maksudku ... jadi Kakak akan memberikan restu padaku dan Mila?” Davin menunjukkan betapa antusiasnya dia diminta untuk bertanggung jawab atas apa yang sudah dia lakukan dengan suster pribadi Yasmin.“Ya! Aku mengenal Mila dan keluarganya dengan baik. Sayangnya kau justru merusak Mila, Dav!” balas Sean.Yasmin yang mendengar itu bisa bernapas lega, paling tidak Mila tidak perlu takut jika terjadi sesuatu padanya setelah apa yang dia lakukan bersama Davin.“Jadi Mila, apa kamu mau menerima pinangan Davin? Secara tidak langsung, sekarang aku melamarmu untuk adikku ini.” Sean membenarkan posisi duduknya dan menatap Mila penuh harap.“Sa-saya takut, apalagi kalau sampai bapak tahu apa yang saya dan Mas Davin lakukan.”“Jangan pikirkan itu! Kamu hanya perlu menjawab ya atau tidak. Selebihnya itu akan menjadi urusanku.”Untuk sesaat, ruangan VVIP itu hening karena Mila seakan merenungi semua yang telah dia lakukan. Mungkin juga dia merasa ra
“Aku tidak tahu! Tapi mungkin saja aku sedang merasakan bagaimana jatuh cinta yang sesungguhnya,” ucap Sean dengan membayangkan hidup bahagia bersama Yasmin dan memiliki banyak anak.“Lalu cinta apa yang kau rasakan pada Hana dulu? Bukankah kau mengatakan jika kau jatuh cinta pada wanita itu saat pandangan pertama?”Sean bungkam seketika, pertanyaan Putra cukup menohok untuk kali ini, membuat Sean bingung untuk bisa menggambarkan arti cinta yang dia rasa untuk Hana dan Yasmin.“Itu benar! Tapi sekarang aku rasa itu bukan cinta, melainkan obsesi akan kecantikannya. Bahkan kau tahu sendiri, sampai aku dan Hana hampir saja bertunangan, Mami sama sekali tidak setuju padanya, karena mungkin Mami tahu jika aku bukan mencintainya.”“Tapi setelah bersama Yasmin, banyak hal berbeda yang aku rasakan.”“Oh ya? Bisa kamu gambarkan satu saja untukku,” kali ini Putra seperti memohon, entah apa yang terjadi pada Casanova itu.“Dunia terasa berhenti berputar pada poros yang sama saat melihat dia ters
Persiapan pernikahan Davin dan Mila telah dimulai, beberapa keluarga dan kerabat mulai berdatangan, bahkan hantaran untuk pihak wanita sudah rampung dipersiapkan.“Mami tidak pernah menyangka jika anak itu akan menikah secepat ini,” Claretta melirik Davin yang ikut sibuk mengatur beberapa hantaran, bahkan menatanya sendiri.“Bukankah ini lebih baik?” Sean yang ada di samping Clareta angkat bicara. “Dengan menikah, Davin akan mulai ikut terjun dalam dunia bisnis dan memegang salah satu hotel milik keluarga kita.”Claretta mengangguk pelan, kedua sudut bibirnya juga terangkat sebagai bentuk rasa bahagianya. Awalnya Claretta tidak bisa menerima Mila, namun Sean meyakinkan semua orang jika Mila cukup pantas untuk bersanding bersama Davin.“Permisi, Bu …” Claretta mengalihkan pandangannya pada sosok cantik yang sekarang sudah siap dengan kebayanya. “Apa kebaya ini tidak terlalu mahal untuk saya, Bu?”“Kamu pantas memakai ini, Yasmin dan jangan lupa jika dipernikahan Davin kamu harus menema
Pukul lima pagi, kediaman Claretta sudah disibukkan dengan persiapan menuju gedung pernikahan Davin dan Mila digelar. Untuk kali ini semua persiapan gedung diserahkan pada keluarga Mila, lebih tepatnya keluarga pihak mempelai wanita yang meminta.Meskipun begitu Claretta tidak menolak, jelas terlihat jika keluarga Mila memang tidak ingin mengandalkan pihak pria dan mengatur segalanya agar bisa berbagi tugas.Davin sebagai calon mempelai pria sama sekali tidak bisa memejamkan matanya barang sekejap saja. Sepanjang malam dia hanya bisa mengganggu Sean yang sudah lelah setelah mencuri hak dari Yasmin. Tanpa ada yang tahu, Sean benar-benar lelah luar biasa. Namun karena ulah Davin dia ikut terjaga sampai pagi.“Dav, di mana Sean dan kakak iparmu?” Claretta memasuki kamar Davin, di mana putra bungsunya itu sudah siap dengan penampilan sempurna, namun saat melirik ranjang Claretta melihat Sean sedang tertidur pulas.“Bangunkan kakak mu! Atau kita akan datang terlambat.”“Aku sudah berusaha
“Yasmin, buka pintunya, kita harus bicara!” Sean memegang handle pintu dan terus menggerakkannya dengan kasar. Namun tak kunjung membuahkan hasil karena pintu itu terkunci.Sean merasa gelisah, dia semakin khawatir saat mendengar Yasmin terus saja berteriak memintanya untuk pergi. Bahkan Sean mendengar jika Yasmin sedang melempar beberapa benda pada pintu.“Jangan … Jangan temui aku! Aku benci kamu, Sean …!”“Tidak! Kamu tidak boleh membenciku, Yas. Tidak …” Sean duduk seketika dengan mata membeliak dan melihat sekeliling. Napasnya memburu, bahkan keringat membasahi keningnya setelah dia mengalami mimpi buruk yang terasa begitu nyata.Suara teriakan Yasmin yang begitu marah terngiang, membuat Sean terkejut saat ada seseorang di luar sana mengetuk pintu kamar Davin, di mana dia berada sekarang.Shit! Sean mengumpat keras saat menyadari jika dia terlelap dengan penampliannya yang masih berantakan. Sean bahkan baru memakai celana panjang, sedangkan bagian tubuh atasnya masih terbuka, per
Sean membuka kaca mobilnya dan tersneyum ramah pada juru parkir, dia tahu benar jika mungkin aksinya dalam mobil cukup menimbulkan kecurigaan.“Ada apa, pak?”“Apa semuanya baik-baik saja, Tuan?”“Ya … Semuanya baik-baik saja, hanya saja istri saya sedang merapihkan makeupnya.”“Kalau begitu silahkan dilanjutkan lagi, maaf saya menggangguk.”Sean hanya mengangguk dan kembali menutup jendela mobilnya. Jika boleh jujur, Sean benar-benar khawatir sekarang. Dia tidak menyangka jika ternyata Yasmin sadar dengan apa yang mereka lakukan semalam. BUkan mereka, lebih tepatnya apa yang sudah Sean lakukan padanya.“Kita harus cepat, akad nikahnya akan segera berlangsung.” Sean berusaha untuk terus berkilah, meskipun Yasmin akan tetap mengejarnya untuk mendapat jawaban dari apa yang terjadi.“Sebentar, pertanyaanku belum terjawab, Tuan!” Yasmin meraih tangan Sean dan menahannya untuk beberapa saat. “Dan … Kenapa Tuan berbohong pada pria tadi kalau kita suami-istri?”“Jawaban apa yang kamu inginka