Home / Romansa / Cinta Yang Datang Tidak Terduga / Bab 3 - Tempat Itu Masih Sama

Share

Bab 3 - Tempat Itu Masih Sama

Author: Skyworld 04
last update Last Updated: 2025-05-05 13:02:12

Happy Reading Semuanya!

“Rencana pembangunan mall sudah di approve oleh pak Kevin tapi…”

Lelaki yang duduk di kursi pemimpin hanya mengetuk meja di depannya pelan, pikirannya tidak ada disini. Dadanya berdegup sangat kencang, menunggu kabar dari asisten terkait kedatangan orang yang ingin dilihatnya selama ini. Sejak pagi lelaki tampan bernama Bara terlihat tidak bisa fokus di rapat pentingnya saat ini, pikirannya hanya menunggu kabar tersebut.

“Pak Kevin ingin semuanya masuk ke dalam perhitungan keuangan, jika dananya mencukupi maka dia akan langsung tanda tangan. Terkait dengan dana yang bapak usulkan pak Kevin masih keberatan,”

“Jika anggaran enggak memenuhi sebaiknya dibatalkan, saya paling enggak suka ada perubahan. Semua sudah disusun sangat apik akan sangat tidak etis jika diubah. Rapat kita tunda saya punya jadwal lain,” jelas Bara 

Langkahnya berjalan meninggalkan ruang rapatnya saat ini, ia tidak ingin melakukan apapun sekarang sampai mendengar kabar terkait dengan orang yang ditunggu nya saat ini. Mobilnya sudah terparkir rapi, Bara hanya ingin melupakan perasaannya saat ini.

“Apa belum ada kabar?” tanya Bara

“Belum,” 

“Kenapa kalian begitu lambat? Hanya untuk mencari kabar seorang gadis.” Sang Asisten terlihat mengatupkan bibirnya dan berusaha menunggu kabar dari orang suruhannya. 

Bara hanya menghela nafas pelan dan fokus pada layar iPad di depannya, rahangnya mengeras. Sekarang ia harus memikirkan hal lain juga meskipun kondisi otaknya tidak ingin melakukannya. 

“Pak Bara, saya sudah mencari tahu. Nona Vanesya sudah kembali dan sekarang berada di rumahnya. Beliau datang dengan selamat dan pulang naik taksi karena enggak ada yang menjemputnya,”

Lelaki yang dipanggil tersebut hanya mengangguk dan menatap jalanan di sebelahnya dalam, tidak di jemput. Sepertinya keluarga gadis itu begitu sibuk sampai tidak menyambut kepulangan gadis muda itu. Bara saat ini tidak melamun hanya saja bayangannya terbang ke tempat yang sangat jauh seiring mendengar kabar tadi. Bara mendadak khawatir, tempat itu membuatnya semakin gundah. Sebuah tempat dimana kejadian puluhan tahun lalu masih terbayang dalam ingatannya dan membuatnya enggan untuk tidur.

Bara tidak bisa hidup dengan tenang, ia begitu merasa bersalah dalam dirinya. Matanya terpejam sebentar untuk merasakan sesak yang menghampirinya saat ini. 

“Dia baik-baik saja, kan? Dia enggak mengalami hari buruk, kan?” tanya Bara.

“Ya tuan, jangan khawatir. Tadi fotonya sudah saya kirimkan ke tuan. Sepertinya keluarganya begitu mengharapkan kepulangannya, sudah dua jam nona berada di dalam dan enggak ada tanda-tanda kekerasan. Sepertinya nona muda memang merencanakan kejutan atas kepulangannya,” jelas Farhan 

Bara tetap saja tidak tenang, “Jika mereka memperlakukan buruk…. Sudah pasti harta itu enggak akan jatuh ke tangan mereka. Benalu itu akan selalu bergantung pada dia, jadi kalau dipikir-pikir lagi sepertinya memang dia diperlakukan dengan baik oleh keluarganya.” Bara mengambil ponselnya dan menatap pesan yang dikirimkan oleh asisten sekretarisnya.

“Betul,” sahut Farhan singkat.

Bara mengusap pelan layar miliknya sembari mengamati sebuah foto yang menampilkan perempuan cantik tengah menyeret koper disana. Wajah anggunnya terlihat sangat jelas. Dia sudah tumbuh dewasa dari yang ditemuinya dulu, sejujurnya Bara begitu menantikan kekurangan dari gadis muda tersebut. 

“Apa jadwal saya sekarang?”

“Saat ini jadwal anda kosong tuan setelah rapat tadi, tetapi untuk sore nanti anda memiliki jadwal meeting dengan Antena Grup dan makan malam dengan Maeso Grup.” Bara hanya menghela nafas pelan dan mengangguk mengiyakan perkataan dari Farhan barusan.

“Makan malamnya kita cancel, saya nggak suka ada acara makan malam. Mereka pasti merencanakan sesuatu apalagi perusahaan Maeso, dia terus-menerus mendesak saya untuk menikah dengan anaknya.”

“Tapi anda sudah menolaknya berkali-kali Pak Bara, jika anda enggak datang… pak Harto akan memutuskan kerja sama. Lagian bukannya itu baik jika anda di jodohkan, pak?” tanya Farhan

Bara hanya menatap tajam lelaki di depannya, menjawab saja pekerjaan Farhan ini.

“Sudah bawa saja saya ke tempat ini dulu, urusan datang atau enggak. Lihat mood saya nanti,” 

Farhan hanya menggangguk. 

Beban Bara memang berat, tapi sepertinya ia harus datang. Mobilnya tampak berhenti 2 meter tepat di halte tua, yang biasa Bara datangi. Tidak ada satu hari pun ia melupakannya, tempat penuh luka.

“Jangan menunggu saya sampai saya menghubungi kamu,” ucap Bara.

Farhan hanya bisa mengangguk, ia sudah paham dengan atasannya ini. Datang ke tempat itu adalah sebuah kerutinan yang dilakukan setiap hari, Farhan benar-benar berharap ada orang lain yang bisa menyembuhkan luka di dalam hati atasan yang tersebut. Sudah berbagai macam cara dilakukan tetapi hasilnya NIHIL. Tidak ada perubahan dari Bara. 

Sebagai asistennya tentu saja Farhan khawatir, Bara memang pekerja keras tanpa tahu waktu. Hal tersebut membuatnya khawatir jika nantinya Bara akan mati muda karena terlalu keras pada dirinya sendiri.

“Kalau dipikir lagi… tempat itu masih sama,” ungkap Bara

Farhan hanya mengangguk, tentu saja masih sama. Tempat itu akan berubah, jika Bara tidak bersikeras untuk mempertahankan tempat tersebut.

Langkahnya berjalan menuju kursi kosong di sana dan menatap jalanan yang berada di depannya, Bara seperti memutar ulang memori yang ada di otaknya. 

Tangannya mengangkat botol dan menenggak minuman beralkohol tersebut, rasa pahit dan panas membakar tenggorokannya tapi rasa itu tidak sebanding dengan rasa sakit orang lain. Bara masih dihantui perasaan yang  membuatnya tidak bisa lupa akan masa lalu, mencoba berbagai macam upaya sudah ia lakukan tapi semuanya hasilnya nihil dan tidak membuahkan hasil.

Tes…

Tes…

Tes…

Kepalanya mendongak menatap langit yang sudah mengeluarkan air dan membasahi jalanan di depannya. Ah—hujan selalu saja begitu, datang di saat ia sedang berada ditempat pilu ini. 

Matanya terpejam dengan genggaman pada botol semakin kencang, dadanya semakin di buat sesak. Bara tidak tahu apakah orang itu akan merasakan hal yang sama dengannya atau tidak.

“Maaf,” gumam Bara pelan

Tidak ada sahutan apapun selain hujan yang turun membasahi jalanan di sekitarnya, bahkan Farhan juga tidak ada niatan untuk turun menyusul atasannya. 

Farhan hanya bisa memperhatikan luka atasannya dari dalam mobilnya.

Tangan Bara meninju tiang besi di sebelahnya, ketika dadanya semakin terasa sesak maka hanya ini yang bisa dilakukannya.

“Argh!!” teriak Bara sembari meminum kembali advokat di tangannya.

Kepalanya menunduk seraya air matanya mengalir, orang di sekitarnya selalu menjadi korban kejahatannya. Tidak akan ada yang mau dengannya atau bahkan dekat pada Bara. Hanya Farhan yang bisa bertahan, hanya dia. Bagaimana Bara bisa sanggup menemui orang itu.

Bahkan hujan merembes membasahi pakaiannya saat ini, Bara tidak peduli lagi.

Perlahan kepalanya mendongak seiring ia melihat sepatu dengan koper di hadapannya yang kini memayungi dirinya yang sudah hampir basah sepenuhnya.

“Ini hujan,”

Bara terdiam, apakah ini hanya mimpinya. Kenapa dia ada disini. 

To be continued...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Yang Datang Tidak Terduga   Bab 16 - Hal Pahit

    Happy Reading Semuanya!Nesya tidak mengerti, lagi-lagi Bara memberikan hadiah untuknya. Kenapa ia miskin sekali, kenapa dirinya sama sekali tidak bisa membalas semua hal baik dari Bara. Bahkan bahan masakan yang digunakannya hari ini, semuanya menggunakan uang lelaki yang kini sibuk dengan cake di hadapannya.Iris matanya memperhatikan Bara yang kini memakan cake buatannya, ia tahu jika Bara sangat menyukainya dari cara lelaki itu memakan makanan buatannya. Tangannya perlahan bergerak meraba kalung yang baru saja dipasang oleh Bara, usapan lembut kembali Nesya rasakan. Ia jamin jika ini bukan barang murah yang di jual di pinggir jalan, seorang lelaki kaya seperti Bara tidak akan membeli barang murah. Bara pasti mengeluarkan banyak uang hanya untuk orang asing seperti dirinya.“Ini enak, kamu bisa jadi bakery.”

  • Cinta Yang Datang Tidak Terduga   Bab 15 - Hadiah untuk Nesya

    Happy Reading Semuanya!“Pak, maaf melenceng. Tapi jujur saja saya penasaran, dia akan tinggal sama Pak Bara selamanya?”Lelaki yang sedang membaca laporan itu terlihat mendongak sebentar menatap asistennya yang hanya tersenyum tipis. Bara dengan cepat menutup laporan di genggamannya, pertanyaan yang sulit untuk dikatakan. Status mereka tanpa arti saat ini, kalaupun menyuruh Nesya pergi amat sangat tidak mungkin. Tapi ia juga tidak tahu akan mempertahankan Nesya berapa lama dan sampai kapan, Bara tidak mempunyai pilihan lain.“Entah, saya belum memikirkannya. Tapi yang jelas saya cukup senang karena rumah itu tidak kosong,” Jawaban dari Bara terlihat membuat Farhan lagi-lagi hanya tersenyum tipis dan mengangguk, ia tahu kalau itu yang akan dikatakan Bara.“Begitu,” sahut Farhan.

  • Cinta Yang Datang Tidak Terduga   Bab 14 - Pelukan Hangat

    Happy Reading Semuanya1“Nona… mau saya bantu masak?”Kepala Nesya menggeleng, ia sudah cukup yakin dalam hal memasak meskipun terkadang ia selipkan dengan tontonan orang yang sedang masak. Tidak banyak masakan yang bisa ia masak, makanya ia perlu untuk melihat dari tontonan video.Tangannya menghapus keringat yang mengalir, rasa panas dari hawa kompor begitu terasa di wajahnya. Tidak masalah, ini adalah pembalasan setimpal karena Bara sudah mengizinkannya untuk tinggal di rumah besarnya dan tidak menjadikannya sebagai gelandangan.“Masukan garam, gula satu sendok. Rasanya sebentar lagi akan pas,” gumam Nesya senang.Tangannya kembali mengaduk sayur di depannya, tampilannya tidak buruk dan rasanya mendukung. Woah&he

  • Cinta Yang Datang Tidak Terduga   Bab 13 - Ikut Ke Pasar

    Happy Reading Semuanya!“Bibi, aku ikut ke pasar!”Nesya rela bangun sangat pagi demi bisa pergi bersama pekerja rumah tangga keluarga Bara. Tidak, sebenarnya ia tidak tidur sama sekali agar bisa memastikan Bara tertidur lelap. Pikirannya mendadak penuh saat itu juga, ia harus memikirkan bagaimana caranya agar Bara bisa tertidur. Ia sudah mencari tahu sekilas dan kini yang ia lakukan adalah mengekor pada Bibi Rina untuk pergi ke pasar. Ikut pun ia tidak bisa berbuat banyak sebenarnya, Nesya memang tidak memiliki banyak uang, tapi ia yakin dengan kemampuannya memasak dan keinginan kuatnya untuk membantu penolongnya pasti ada jalan.“Nona kenapa ingin ikut? Padahal bisa pesan sama saya loh, Nona memangnya mau beli apa?”Bibirnya hanya tersenyum mendengar perkataan dari Bi Rina, &ld

  • Cinta Yang Datang Tidak Terduga   Bab 12 - Bara Insomnia

    Happy Reading Semuanya!Nesya tidak akan menganggap kejadian tadi. Harinya yang begitu panjang sudah cukup, ia harus memikirkan rencana yang sudah disusun secara matang sejak dulu. Rencana tersebut tidak boleh hancur berantakan begitu saja hanya karena ia sudah di buang.Ranjang di sebelahnya tampak dingin, Nesya sangat ingat jika biasanya Bara akan tidur di sebelahnya menemaninya dan tidak akan membiarkannya sendirian. Tapi sekarang kamar ini terlihat kosong, padahal bibi Rina mengatakan jika ini adalah kamar pribadi dari Bara.Langkahnya berjalan malas menuju pintu keluar, jam baru menunjukkan pukul 1 malam. Ia tidak tahu kenapa di tengah malam ini malah terbangun dari tidurnya, tenggorokannya terasa kering.Alis matanya naik sebelah saat melihat begitu banyak botol berisi minuman yang sempat ia minum beberapa hari lalu, minuman beralkohol

  • Cinta Yang Datang Tidak Terduga   Bab 11 - Aku Pacarnya

    Happy reading semuanya!“Om, terima kasih sudah memberikan aku rumah dan bantu banyak hal seperti tadi. Aku merasa jadi memiliki hutang yang sangat besar. Termasuk memulihkan nama ini,”Ucapan Nesya membuat Bara hanya mengamati perempuan di sebelahnya masih sibuk menatap kartu identitas yang berada di tangannya, gadis itu mendapatkannya dengan cepat. Sekarang yang patut di pertanyakan adalah kegiatan Nesya selama ia bekerja nantinya.“Itu sudah menjadi hak kamu, saya hanya membantu sedikit. Kamu mau makan apa? Kamu belum sarapan dan sekarang sudah masuk ke jam makan siang, kamu mau makan apa?” tanya Bara“Terserah om,” sahut Nesya“Salad?”“Aku bukan kambing,&

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status