"Ya udah ayo, kenapa masih berdiri di sini? Aku sudah laper," ucap Ali sembari jalan mendahului temannya.
"Al Tunggu..., Kamu sama Agus duduk lain tempat lain, biar cukup aku yang duduk bareng dia," ucap Reyhan.
Agus dan Ali saling menatap.
"Tega amat kamu Rey, belum juga jadi apa-apanya tapi udah nggak mau bagi-bagi," celetuk Agus."Kamu yang ngajakin taruhan, jadi biar aku berusaha."
"Haais, terserah kalian deh. Cacing di perutku keburu perang," ucap Ali yang langsung ambil duduk di lain kursi.
Reyhan melangkah ke meja dimana Keyren tengah berada di sana.
Baru saja Reyhan mau sampai, langkahnya terhenti karena sudah ada yang mendahuluinya."Sial...! ngapain si Sasa pake acara duduk di sana segala huuh," gumam Reyhan. Iapun melanjutkan langkahnya hingga sampai di meja yang di tempati Keyren.
"Hai Key!" ucap Reyhan. Ia berdiri di samping Keyren, sayang sekali meja tersebut hanya tersedia dua kursi.
Keyren hanya melirik sekilas kearah Reyhan tanpa peduli dengan sapaannya dan terus menikmati makan siangnya. Sasa yang merasa tak nyaman dengan tatapan Reyhan pun mengerti harus apa. "Key, aku duluan ya. Ada urusan bentar," ucapnya sambil menggendong tasnya kembali dan cepat-cepat pergi.
Reyhan menyeringai dan langsung duduk di depan Keyren. Namun Keyren menghela nafasnya karena merasa kesal.
"Kenapa sih kamu jadi cewek sombong banget? nggak baik loh cewek sombong begitu, kan sayang cantiknya," ucap Reyhan memulai obrolan.
"Aku cuma nggak suka cowo yang sok dekat."
"Aku nggak sok dekat, cuma pengen dekat aja sama kamu, boleh kan?"
Keyren menatap Reyhan dengan lirikannya. Reyhan yang masih menatap Keyren dengan senyuman buayanya pun membuat Keyren tak nyaman.
Keyren meletakkan sendok di atas piringnya, lalu seketika berdiri dan mengambil tasnya."Kamu nggak habiskan makan siangmu?" tanya Reyhan.
"Sudah kenyang."
Keyren melangkah pergi meninggalkan Reyhan yang masih terduduk di sana. "Kamu benar-benar nantangin aku Key," gumam Reyhan. Iapun bangun dari duduknya dan segera menyusul Keyren.
Keyren memasuki perpustakaan. "Dasar cowo playboy nyebelin, mana mungkin aku peduli sama basa-basinya, baru juga kenal di kelas udah sok dekat banget, huh," gumam Keyren.
Keyren berusaha mengambil sebuah buku di rak atas, namun karena letaknya yang sedikit tinggi membuatnya kesusahan mengambil.
"Sini aku bantu."
Reyhan yang tiba-tiba muncul mengambil buku yang hendak di ambil Keyren."Kamu bisa meminta bantuan padaku jika kamu dalam kesulitan," ucapnya."Kamu benar-benar seperti jelangkung yang tiba-tiba muncul," ucap Keyren.
"Pfftttt, mungkin lebih tepatnya tuhan mentakdirkan kita untuk sering bertemu key."
"Cihhh, itu karena kamu mengikutiku bukan?"
"Key..., apa kamu tidak percaya jika tuhan telah menjodohkan kita?"
Keyren hanya menggelengkan kepalanya lalu duduk di salah satu meja baca.
"Kamu ternyata kutu buku juga ya? ada yang bilang kalau seorang kutu buku itu bisa sangat perhatian sama pasangan. Tapi kamu ko cuek banget sih?"
"Itu karena aku belum punya pasangan, dan kamu bukan pasangan aku?" ucap Keyren. Ia refleks menjawab ucapan Reyhan tanpa sadar apa yang dia ucapkan.
"Waaah! Kebetulan dong. Kalo gitu aku masih punya kesempatan buat jadiin kamu pasanganku."
"Iiihhh, ogah banget aku jadi pasangan kamu."
"Yakin?"
"Ssttttt, disini tempat untuk membaca bukan ngobrol," tegur seseorang yang terganggu dengan kegaduhan mereka.
Keyren pun menoleh kearah suara dengan rasa bersalah, "ini semua gara-gara kamu," ucap Keyren sedikit berbisik.
Reyhan berdiri dan mencondongkan tubuhnya sedikit mendekati telinga Keyren. "Aku menunggumu di hatiku," bisik Reyhan yang langsung berlalu pergi.
"Heh! Ngarep!" gumam Keyren. Iapun hanya menatap kepergian Reyhan dengan rasa kesal.
"Rey gimana usahanya, sukses nggak?" tanya Agus.
"Belum, tapi sudah ada tanda-tanda.
Kami siap-siap aja buat ikhlasin obil kodokmu itu Gus.""Mampus kamu Gus! Hhahah" celetuk Ali sambil meledek.
"Diem kamu Al. Lagian Reyhan juga belum tentu bisa ngedapetin tuh cewe."
"Kamu masih ngeraguin kemampuanku Gus?"
"Aku nggak ngeraguin kemampuan kamu nge-gaet cewe yang notabenenya ayam kampus Rey. Tapi aku yakin cewe yang satu ini beda dari yang lain. Mana mungkin dia mau sama buaya kaya kamu," jelas Agus.
"Kita liat aja."
"Udah deh, kalian berdua nggak ada pikiran buat cari pendamping hidup yang baik untuk kalian nikahi apa? masih aja mikirnya senang-senang sama cewe doank," ucap Ali.
"Pffftttt, Hahahaha!" Agus dan Reyhan tertawa secara bersamaan.
"Eh pak ustadz, kita masih muda ngapain mikir cari pendamping buat nikah sekarang. Mumpung masih muda mending nikmati dulu masa muda loe," ucap Agus yang masih terkekeh. Reyhan pun hanya tersenyum mendengar ucapan Agus. Sedangkan Ali menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan kelakuan mereka berdua.
Dimas menunggu Reyhan keluar dari kampus, ia duduk di dalam mobil tanpa mengalihkan pandangannya.
"Aku harap keputusanku benar," gumamnya.Tak berapa lama Reyhan dan temannya pun keluar, Dimas segera turun dari mobil menghampiri Reyhan.
"Rey!" Panggil Dimas.Reyhan menoleh kearah suara yang memanggilnya.
"Dim, ngapain kamu disini?"
"Ada yang mau aku omongin sama kamu Rey."
Reyhan menatap dua sahabatnya. "Aku ada urusan, kalian duluan aja ntar aku nyusul,"
"Ok, kita tunggu kamu di lapangan basket Rey," jawab Agus.
Agus dan Ali pun meninggalkan Reyhan dan Dimas."Rey, kita ke cafe sebelah biar enak ngobrolnya ya,"
"Terserah kamu saja Dim."
Dimas mengajak Reyhan ke sebuah cafe dekat kampus. Setelah pesanan kopi datang Reyhan pun segera mengambil dan menyeruputnya.
"Kamu mau ngomong apa Dim, kayaknya serius banget sampai ngajakin ketempat seperti ini?" tanya Reyhan memulai pembicaraan.
"Aku cuma mau ngomong masalah yang my dady ucapin ke kamu semalam Rey."
Reyhan menatap sepupunya. "Dim, kamu tau kan, aku nggak bakal peduli hal itu?"
"Mungkin sekarang kamu tidak peduli Rey, tapi suatu saat kamu akan sangat memperdulikannya."
Reyhan diam sejenak memikirkan ucapan Dimas.
"Rey, kamu harus inget pesan terakhir opah, beliau ingin kamu membahagiakan Tante Andini, itu berarti opah pengen kamu bangkit dan bisa mengambil semua hak kamu dan tante sebagai keluarga Atmaja, bukan malah diam, pasrah, dan nurut kaya gini," ucap Dimas. Ia mencoba mengingatkan Reyhan.
"Itu sudah menjadi keputusan opah Dim, lagipula om Bram lebih pantas mendapatkan semuanya," jawab Reyhan.
Dimas menghela nafasnya. "Rey, kamu tau kan alasanku lebih betah di Singapura...? itu karena aku membenci ketamakan daddy. Aku nggak mau punya ayah yang mengambil hak saudaranya. Jika bukan karena mommy, mungkin aku enggan kembali ke Jakarta."
"Dim, thanks kamu sudah peduli sama aku, tapi aku nggak mau mikirin hal yang cuma nambahin pusing dan nyakitin perasaanku sendiri. Aku tau dan hargai niat baik kamu, "ucap Reyhan sembari bangun dari duduknya. "And thanks buat kopinya," imbuhnya dan hendak melangkah pergi.
"Rey tunggu!" panggil Dimas.
Reyhan menahan langkahnya, Dimaspun berdiri dari duduknya dan menghampiri Reyhan."Rey, siapapun paman Dion dan bagaimanapun perlakuannya padamu, percayalah dia sangat peduli pada kamu." Reyhan tidak mengatakan apapun, ia melangkah pergi meninggalkan Dimas setelah mendengar ucapannya. Sedangkan Dimas menatap punggung lebar sepupunya yang berangsur menjauh darinya. Reyhan masuk kedalam mobilnya dengan perasaan kacau. Ia tau sepupunya menginginkan dirinya bangkit dan melawan. Namun Reyhan lebih takut sebuah kenyataan tentang keluarganya, kenyataan yang selalu menghantuinya dan masih ia ragukan. Reyhan mengendarai mobilnya, dengan perasaan yang masih tak menentu ia menyusul menemui kedua sahabatnya di lapangan basket. "Gus tuh si Reyhan sudah datang." Agus menoleh ke arah orang yang di tunjuk Ali. "Hmmmm, kayaknya hatinya lagi nggak bersahabat Al, liat deh mukanya kaya pantat gajah gitu." "Pppffffttt,
"Aaaaahhhhhkkkkk!" Teriak Reyhan di dalam mobilnya. Reyhan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke suatu hotel. Iapun masuk kedalam hotel dan memesan sebuah kamar. Setelah ia mendapatkan kamar yang ia inginkan Reyhan pun mengambil ponsel di saku celananya, ia melihat waktu yang menunjukkan sudah jam delapan malam.Reyhan pun segera menghubungi seseorang. "Temui aku di hotel Permata, aku butuh kamu sekarang," ucapnya pada seseorang yang ia kenal. Reyhan menunggu orang yang ia panggil untuk datang menemuinya di kamar hotel sambil menikmati sebotol bir. Hinggabeberapa saat kemudian orang yang ia tunggu pun akhirnya datang juga, dan ia segera membukakan pintu. "Rey kamu lagi ada masalah?" Tanpa menjawab pertanyaan wanita tersebut Reyhan langsung menarik tangan wanita yang tengah berdiri di ambang pintu kamar hotel. CUP Reyhan
Apa sebenarnya maumu? Kenapa kamu menggangguku?" "Mauku...? ini," ucap Reyhan sambil menunjukkan pipinya kearah Keyren, "ayo, satu kecupan maka akan aku berikan kembali saputanganmu ini." Keyren membuang mukanya mendengar ucapan Reyhan. "Ya sudah. Kalo begitu aku akan menyimpannya sampai kamu memberikan apa yang aku mau, bagaimana?" ucap Reyhan sambil membalikkan badannya dan hendak melangkah pergi. "Kenapa kamu dengan mudah mengambil barang orang lain dan meminta sesuatu yang tak pantas kamu dapatkan?" ucap Keyren, "apa orang tuamu tidak pernah mengajarkanmu sopan santun dan cara menghargai orang lain?" imbuhnya membuat Reyhan kembali menghadapnya. Reyhan menatap Keyren dengan diam, ia kembali mendekati Keyren, tanpa sepatah katapun Reyhan menggapai tangan Keyren dan mengembalikan apa yang telah dia ambil. Namun Keyren bisa melihat raut muka Reyhan yang tak bisa di artikan, mar
Reyhan mengendarai mobilnya secara perlahan, ia menikmati pemandangan kota yang semakin sepi, ia menghentikan mobilnya tidak jauh dari restoran milik ibunya yang baru saja tutup, entah apa yang tengah ia pikirkan saat memandangi restoran yang sudah gelap itu.Reyhan kembali melanjukan mobilnya secara perlahan, namun matanya tertuju pada sebuah gang yang sepi, dan nampak ada beberapa orang di sana.***"Hai cantik kenapa malam-malam begini sendirian sih, kan dingin," ucap seorang preman."Mending sama kita biar bisa di angetin, hahahaha!" ucap kembali rekannya di barengi tawa."Tolong menyingkirlah dari jalan saya," ucap seorang gadis yang tak lain adalah Keyren.Saat ini dia tengah di kepung dua preman, namun tak terlihat rasa takut sedikitpun di wajahnya."Ckckck jangan galak-galak cantik, nanti abang cubit loh," ledek preman tersebut.Keyren berusaha menghindari tangan sal
Dion menatap pintu kamar yang sudah tertutup dan bergumam dalam hatinya, "Rey suatu saat kamu akan tau kebenarannya." Dion melangkah menuju kamarnya, langkahnya terhenti saat melihat istrinya berdiri di ambang pintu kamar. "Apa yang terjadi pada Reyhan?" tanya Andini. "Apa kamu pikir anak kesayanganmu itu akan mengatakan padaku apa yang terjadi padanya," jawab Dion datar. "Dion maafkan Reyhan, semua itu karena dia tidak tau kebenarannya." "Kebenaran bahwa aku bukan ayahnya," ucap Dion ketus membuat Andini terdiam mendengar ucapannya. Dion melangkah masuk ke kamarnya melewati Andini yang berdiri di pintu. "Apa lebih baik kita memberi tau Reyhan kebenarannya?" ucap Andini menghentikan langkah Dion. Dion menoleh ke arah istrinya yang tengah menutup pintu kamar."Memberi taunya agar dia lebih membenciku dan membuat kakakmu tertawa akan kemenangannya?" "Lalu apa yang harus aku lakukan agar kalian berdua bisa akur?"
Agus dan Ali menghampiri Reyhan yang tengah menuju kelas.Dari belakang Agus langsung merangkul pundak Reyhan. "Sstttt sstttt, kayaknya ada yang hampir berhasil deketin cewe baru nih," ucap Agus pada Reyhan. Reyhan hanya menyeringai mendengar ucapan Agus. Ali dari samping Reyhan mengulurkan sesuatu pada Reyhan, "Rey ambillah ini dan ajak Keyren. Anggap saja aku memberi dukungan agar kamu bisa bersamanya," ucap Ali. Reyhan mengambil dua tiket bioskop dari tangan Ali. "Film horor?" ucap Reyhan lirih sambil menatap Ali.Ali hanya mengacungkan kedua jempolnya tanpa berkata apapun. "Eh Al, kok kamu malah bantu dia, entar kalo dia berhasil menang jadi nggak afdol dong," komplain Agus. "Aku nggak ngebantu Reyhan, aku cuma ngasih tiket film adikku yang nggak jadi nonton daripada mubasir tau." "Kenapa film horor kamu kasih ke aku buat ngajak Keyren nonton bareng? kenapa bukan film yang mengandung adegan romantis atau hot," ucap Reyhan. "F
"Aku yakin Andini masih mencintainya, bisa saja dia akan kembali pada Kevin. Ingat Dion Kevin adalah pewaris tunggal keluarga Mahesa sedangkan kamu hanya seorang gelandang yang mendapat keberuntungan, jadi siapkan dirimu sebelum kehilangan segalanya," imbuhnya. Ia pergi keluar dari ruang kerja Bram meninggalkan Dion yang masih terdiam, sedangkan Dion tidak perduli dengan Bram yang sudah hilang dari ruangannya. Pikiran Dion tengah terisi penuh dengan ucapan Bram, ia tau setiap ucapan Bram banyak benarnya, Andini masih mencintai Kevin, sedangkan dia bukanlah siapa-siapa. Tapi bukan kehilangan harta dan kembali ke kehidupannya yang dulu sebelum menikahi Andini yang ia takutkan, namu ia terlalu takut kehilangan keluarga yang ia miliki sekarang. *** Keyren dan Reyhan pun akhirnya pergi menonton sesuai perbincangan mereka tadi siang di kelas, Reyhan pikir semua akan berjalan seperti yang Ali katakan, tapi kenyataannya genre horor sama
"Mungkin itu lebih baik daripada memiliki orang tua yang entah mereka menganggap keberadaanmu atau tidak," ucap Reyhan. Membuat mereka kembali terdiam. "Mobilku tidak bisa masuk ke dalam gang," ucap Reyhan menghentikan mobil. " Tidak apa-apa, kontrakanku tidak jauh dari sini. Rey terimakasih sudah mengajakku menonton." "Ya. Terimakasih juga sudah mengajakku bermain. Hati-hati ya Key," ucap Reyhan. Keyren tersenyum pada Reyhan, iapun segera turun dari mobil.Reyhan terus menatap kepergian Keyren hingga bayangannya hilang di balik gang kecil.Reyhan pun kembali menyalakan mesin mobilnya, melewati jalanan yang mulai sepi perlahan iapun akhirnya sampai di rumahnya. **** "Dion kenapa kamu diam sedari tadi, apa sedang ada masalah?" tanya Andini. "Apa kamu masih mencintainya?" "Mencintainya..., siapa yang kamu maksud?" jawab Andini bingung. Dion menatap Andini dengan tajam, dari raut wajahnya yang memerah Andini