Share

NASEHAT DIMAS

"Ya udah ayo, kenapa masih berdiri di sini? Aku sudah laper," ucap Ali sembari jalan mendahului temannya.

"Al Tunggu..., Kamu sama Agus duduk lain tempat lain, biar cukup aku yang duduk bareng dia," ucap Reyhan.

Agus dan Ali saling menatap.

"Tega amat kamu Rey, belum juga jadi apa-apanya tapi udah nggak mau bagi-bagi," celetuk Agus.

"Kamu yang ngajakin taruhan, jadi biar aku berusaha."

"Haais, terserah kalian deh. Cacing di perutku keburu perang," ucap Ali yang langsung ambil duduk di lain kursi.

Reyhan melangkah ke meja dimana Keyren tengah berada di sana.

Baru saja Reyhan mau sampai, langkahnya terhenti karena sudah ada yang mendahuluinya.

"Sial...! ngapain si Sasa pake acara duduk di sana segala huuh," gumam Reyhan. Iapun melanjutkan langkahnya hingga sampai di meja yang di tempati Keyren.

"Hai Key!" ucap Reyhan. Ia berdiri di samping Keyren, sayang sekali meja tersebut hanya tersedia dua kursi.

Keyren hanya melirik sekilas kearah Reyhan tanpa peduli dengan sapaannya dan terus menikmati makan siangnya. Sasa yang merasa tak nyaman dengan tatapan Reyhan pun mengerti harus apa. "Key, aku duluan ya. Ada urusan bentar," ucapnya sambil menggendong tasnya kembali dan cepat-cepat pergi.

Reyhan menyeringai dan langsung duduk di depan Keyren. Namun Keyren menghela nafasnya karena merasa kesal.

"Kenapa sih kamu jadi cewek sombong banget? nggak baik loh cewek sombong begitu, kan sayang cantiknya," ucap Reyhan memulai obrolan.

"Aku cuma nggak suka cowo yang sok dekat."

"Aku nggak sok dekat, cuma pengen dekat aja sama kamu, boleh kan?"

Keyren menatap Reyhan dengan lirikannya. Reyhan yang masih menatap Keyren dengan senyuman buayanya pun membuat Keyren tak nyaman.

Keyren meletakkan sendok di atas piringnya, lalu seketika berdiri dan mengambil tasnya.

"Kamu nggak habiskan makan siangmu?" tanya Reyhan.

"Sudah kenyang."

Keyren melangkah pergi meninggalkan Reyhan yang masih terduduk di sana. "Kamu benar-benar nantangin aku Key," gumam Reyhan. Iapun bangun dari duduknya dan segera menyusul Keyren.

Keyren memasuki perpustakaan. "Dasar cowo playboy nyebelin, mana mungkin aku peduli sama basa-basinya, baru juga kenal di kelas udah sok dekat banget, huh," gumam Keyren.

Keyren berusaha mengambil sebuah buku di rak atas, namun karena letaknya yang sedikit tinggi membuatnya kesusahan mengambil.

"Sini aku bantu."

Reyhan yang tiba-tiba muncul mengambil buku yang hendak di ambil Keyren.

"Kamu bisa meminta bantuan padaku jika kamu dalam kesulitan," ucapnya.

"Kamu benar-benar seperti jelangkung yang tiba-tiba muncul," ucap Keyren.

"Pfftttt, mungkin lebih tepatnya tuhan mentakdirkan kita untuk sering bertemu key."

"Cihhh, itu karena kamu mengikutiku bukan?"

"Key..., apa kamu tidak percaya jika tuhan telah menjodohkan kita?"

Keyren hanya menggelengkan kepalanya lalu duduk di salah satu meja baca.

"Kamu ternyata kutu buku juga ya? ada yang bilang kalau seorang kutu buku itu bisa sangat perhatian sama pasangan. Tapi kamu ko cuek banget sih?"

"Itu karena aku belum punya pasangan, dan kamu bukan pasangan aku?" ucap Keyren. Ia refleks menjawab ucapan Reyhan tanpa sadar apa yang dia ucapkan.

"Waaah! Kebetulan dong. Kalo gitu aku masih punya kesempatan buat jadiin kamu pasanganku."

"Iiihhh, ogah banget aku jadi pasangan kamu."

"Yakin?"

"Ssttttt, disini tempat untuk membaca bukan ngobrol," tegur seseorang yang terganggu dengan kegaduhan mereka.

Keyren pun menoleh kearah suara dengan rasa bersalah, "ini semua gara-gara kamu," ucap Keyren sedikit berbisik.

Reyhan berdiri dan mencondongkan tubuhnya sedikit mendekati telinga Keyren. "Aku menunggumu di hatiku," bisik Reyhan yang langsung berlalu pergi.

"Heh! Ngarep!" gumam Keyren. Iapun hanya menatap kepergian Reyhan dengan rasa kesal.

"Rey gimana usahanya, sukses nggak?" tanya Agus.

"Belum, tapi sudah ada tanda-tanda.

Kami siap-siap aja buat ikhlasin obil kodokmu itu Gus."

"Mampus kamu Gus! Hhahah" celetuk Ali sambil meledek.

"Diem kamu Al. Lagian Reyhan juga belum tentu bisa ngedapetin tuh cewe."

"Kamu masih ngeraguin kemampuanku Gus?"

"Aku nggak ngeraguin kemampuan kamu nge-gaet cewe yang notabenenya ayam kampus Rey. Tapi aku yakin cewe yang satu ini beda dari yang lain. Mana mungkin dia mau sama buaya kaya kamu," jelas Agus.

"Kita liat aja."

"Udah deh, kalian berdua nggak ada pikiran buat cari pendamping hidup yang baik untuk kalian nikahi apa? masih aja mikirnya senang-senang sama cewe doank," ucap Ali.

"Pffftttt, Hahahaha!" Agus dan Reyhan tertawa secara bersamaan.

"Eh pak ustadz, kita masih muda ngapain mikir cari pendamping buat nikah sekarang. Mumpung masih muda mending nikmati dulu masa muda loe," ucap Agus yang masih terkekeh. Reyhan pun hanya tersenyum mendengar ucapan Agus. Sedangkan Ali menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan kelakuan mereka berdua.

Dimas menunggu Reyhan  keluar dari kampus, ia duduk di dalam mobil tanpa mengalihkan pandangannya.

"Aku harap keputusanku benar," gumamnya.

Tak berapa lama Reyhan dan temannya pun keluar, Dimas segera turun dari mobil menghampiri Reyhan.

"Rey!" Panggil Dimas.

Reyhan menoleh kearah suara yang memanggilnya.

"Dim, ngapain kamu disini?"

"Ada yang mau aku omongin sama kamu Rey."

Reyhan menatap dua sahabatnya. "Aku ada urusan, kalian duluan aja ntar aku nyusul,"

"Ok, kita tunggu kamu di lapangan basket Rey," jawab Agus.

Agus dan Ali pun meninggalkan Reyhan dan Dimas.

"Rey, kita ke cafe sebelah biar enak ngobrolnya ya,"

"Terserah kamu saja Dim."

Dimas mengajak Reyhan ke sebuah cafe dekat kampus. Setelah pesanan kopi datang Reyhan pun segera mengambil dan menyeruputnya.

"Kamu mau ngomong apa Dim, kayaknya serius banget sampai ngajakin ketempat seperti ini?" tanya Reyhan memulai pembicaraan.

"Aku cuma mau ngomong masalah yang my dady ucapin ke kamu semalam Rey."

Reyhan menatap sepupunya. "Dim, kamu tau kan, aku nggak bakal peduli hal itu?"

"Mungkin sekarang kamu tidak peduli Rey, tapi suatu saat kamu akan sangat memperdulikannya."

Reyhan diam sejenak memikirkan ucapan Dimas.

"Rey, kamu harus inget pesan terakhir opah, beliau ingin kamu membahagiakan Tante Andini, itu berarti opah pengen kamu bangkit dan bisa mengambil semua hak kamu dan tante sebagai keluarga Atmaja, bukan malah diam, pasrah, dan nurut kaya gini," ucap Dimas. Ia mencoba mengingatkan Reyhan.

"Itu sudah menjadi keputusan opah Dim, lagipula om Bram lebih pantas mendapatkan semuanya," jawab Reyhan.

Dimas menghela nafasnya. "Rey, kamu tau kan alasanku lebih betah di Singapura...? itu karena aku membenci ketamakan daddy. Aku nggak mau punya ayah yang mengambil hak saudaranya. Jika bukan karena mommy, mungkin aku enggan kembali ke Jakarta."

"Dim, thanks kamu sudah peduli sama aku, tapi aku nggak mau mikirin hal yang cuma nambahin pusing dan nyakitin perasaanku sendiri. Aku tau dan hargai niat baik kamu, "ucap Reyhan sembari bangun dari duduknya. "And thanks buat kopinya," imbuhnya dan hendak melangkah pergi.

"Rey tunggu!" panggil Dimas.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status