Setelah menunggu antrean akhirnya tiba giliran ibu nya Mita di panggil.
“Nak, kamu diluar aja, biar ibu yang masuk,” ucap ibu nya dan berlalu pergi.
“Iya mah,” Sahut Mita lalu duduk kembali.
“Siapa wanita itu? Baru saja semalam dia mengatakan perasaannya, dan sekarang sudah menggandeng wanita lain,” batin Mita kesal. Ia melihat Andrew yang menggandeng wanita tersebut dengan mesra.
“Sepertinya aku pernah melihat wanita itu, tapi dimana?”
“Apakah wanita ini yang berada di restoran bersama nya waktu itu, kalau benar mereka pasangan kekasih, kenapa kak Andrew...!” ucapan Mita menggantung.
“Ah sudah lah, kenapa aku harus memikirkan dia? Tapi....,kenapa hati ku sakit melihat mereka?” batin Mita. Mita masih terhanyut dalam pikirannya, hingga tidak melihat ibu nya sudah keluar ruangan pemeriksaan sejak tadi dan memperhatikan dirinya yang sedang melamun.
&ldquo
“Apa kamu mengenali wanita itu?” tambah Nayla. Mita kembali menggelengkan kepalanya.“Tapi sepertinya wanita yang sama dengan wanita yang pernah gue lihat di restoran waktu itu,” Sahut Mita.“Belum tentu itu kekasih nya Andrew, bisa saja rekan kerja.”“Saran gue, kejar cinta lu sebelum jatuh ke pelukan orang lain, tapi...,”“Tapi apa?” tanya Mita penasaran.“Tapi kalau lu gak punya perasaan, ya sudah gak apa-apa abaikan saja.” Mendengar perkataan Nayla, hati nya seperti tertusuk duri.“Lu kenapa? Kenapa wajah mu terlihat murung?” tanya Nayla. Mita hanya menggelengkan kepalanya.“Lu cemburu?”“Gue gak cemburu!”“Masa..!”“Kenapa wajah mu begitu kesal melihat Andrew bersama wanita lain bergandengan tangan?”“It—itu..,” Mita terlihat gugup
Nayla sudah pandai membalas ciuman suaminya, hingga tangan Indra masuk ke dalam baju nya lalu meremas benda kenyal tersebut secara bergantian. Nayla merasakan benda pusaka milik suaminya telah bangkit, Nayla berusaha melepaskan bibir mereka yang menyatu.“Sayang, nanti kita lanjut di rumah lagi yah,” bujuk Nayla. Indra mengangguk sambil menetralkan hingga nafasnya naik turun.“Aku akan habisi kamu nanti malam tanpa ampun,” bisik Indra. Nayla hanya tersenyum mendengar ancaman suaminya, lalu berdiri kembali membuka lemari nya dan mengambil beberapa foto yang tertinggal di laci nya.“Ayo mas!”Indra beranjak mengikuti belakang Nayla keluar dari kamar.“Kak aku sudah selesai.”“Mas aku mau berpamitan dulu sama tetangga?”Indra hanya mengangguk tanda setuju, Indra merasakan getar ponsel dari dalam saku nya.Ia mengerutkan kan kening nya melihat pesan tersebut, sebuah
“Akhirnya pengantin baru keluar kamar juga,” goda pak Wibowo.Mendengar hal itu Nayla tersenyum malu, lalu duduk bersama di meja makan.“Siapa yang masak ini semua? Terlihat sangat enak!”“Ini semua yang masak menantu mama!” puji Bu Anita.“Ayo kita makan, Papa sudah tidak sabar kelihatannya semua makanan sangat enak,” antusias pak Wibowo.Nayla mengambil satu persatu lauk untuk suaminya dan begitu Bu Anita, hanya Ikbal yang terlebih dahulu makan karena akan berangkat kuliah.***Sementara Mita masih berguling di kasur setelah melakukan Shalat magrib. Dirinya masih memikirkan perkataan Nayla siang tadi.“Apa iya aku memang jatuh cinta padanya?”“Tapi kenapa dia tidak menghiraukan ku di rumah sakit tadi?”“Arrghhh...,” teriak Mita sambil mengacak rambutnya.Tok..tok suara ketukan pintu kamar.“Nak
Di perjalanan pulang, Indra melihat mobil yang mengikuti nya.“Kang, apa ini mobil yang sama, yang mengikuti kalian tadi siang?”Sang sopir memperhatikan plat mobil tersebut.“Sepertinya bukan tuan!”“Siapa mereka? Apakah ini ada hubungan nya dengan Bella?”“Kita harus lebih waspada!!”“Iya tuan.”Indra kembali memperhatikan mobil yang terus mengikuti mereka.Berbeda dengan Andrew yang masih cemas, Mita tidak membalas pesan nya.Ia kembali melaju mobilnya, namun di tengah perjalanan ia melihat mobil Indra melintas berlawanan arah.“Indra!! siapa mobil di belakang itu? Kenapa mengikuti mobilnya?” pikir Andrew. Ia memutar balik mobilnya dan mengejar mobil Indra, Andrew terus menerus membunyikan klakson hingga mobil yang mengikuti Indra melajukan mobilnya mendahului Indra.“Andrew, tolong hentikan mobil nya sebentar!”
Jarum jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari, namun Mita masih belum bisa memejamkan matanya.Ada rasa bersalah dalam dirinya kepada Andrew, apalagi Andrew terus saja menghubungi nya dan mengirim pesan kepada nya ia membaca ulang pesan tersebut. Dalam pesan tersebut, Andrew menjelaskan semua kepada hubungan nya dengan Cindy, tanpa sadar air matanya menetes karena merasa bersalah dan ponsel nya kembali berdering.“Halo..., Mita!”“Halo, halo!” panggil Andrew berulang kali namun tidak ada suara Mita menjawab.“Baiklah, kalau kamu tidak mau bicara! Aku akan menutup teleponnya,” ucap Indra.“Maaf,” lirih Mita.“Huh, syukur lah kamu masih bersuara!” Andrew menarik nafas lega.“Maafkan aku, seharusnya aku tidak berlebihan! Dan aku sadar bahwa aku bukan siapa- siapa kamu!” ucap Mita dengan mata yang mulai berkaca-kaca.“Mita, dengarkan aku baik-baik!”
Mita mengerutkan keningnya, mencerna ucapan Andrew. Mita mengulum senyumnya mendengar candaan Andrew.“Oh ya, aku ada meeting pagi ini! Kamu ikut aku ke kantor ku, setelah selesai meeting kita akan pergi.”“Hah? Tidak mau! Biarkan aku bekerja kak hari ini, please!!” ucap Mita memohon dengan menangkap kedua tangannya.Melihat Mita memohon, sehingga membuat Andrew tidak tega, ada sedikit gurat kekecewaan dari wajah Andrew dan menarik nafas lalu membuangnya kasar.“Sudah tiba, silahkan turun!! Kamu mau kerjakan?” Mita melongo mendengar perkataan Andrew yang berbicara tanpa melihat dirinya.“Kakak marah?”“Tidak!” singkat Andrew.“Aku sudah terlambat, kamu mau bekerja atau ikut aku?”“Aku janji, setelah pulang bekerja aku akan menemui kakak!” antusias Mita.Andrew hanya mengangguk tanpa melihat Mita, Mita keluar dan berlalu pergi. Begitu pu
Ketika hendak menutup pintu mobil, Mita di kejutkan oleh wanita yang menahan pintu mobil tersebut.“Hai...,” sapa wanita tersebut. Mita menyeritkah keningnya.“Masih ingat dengan ku?”“Iya, kamu kan wanita yang sama saat di swalayan waktu itu kan?”“Bagus, ingatan mu boleh juga!” ucap Cindy menyeringai jahat.“Aku hanya ingin memberi tahu mu, pergi menjauh dari kehidupan Andrew dan juga hatinya!!” menatap Mita dengan tajam.“Kenapa aku yang harus pergi? Memang nya kamu siapa yang mengatur hidupku?” ketus Mita. Lalu keluar dari mobil berdiri di hadapan Cindy.“Heh, punya nyali besar juga rupanya kamu!” ejek Cindy.“Aku tidak pernah takut dengan siapa pun, kalau aku gak salah!” tegas Mita.“Oh ya? Hahaha wanita miskin seperti mu pasti hanya menginginkan uang Andrew saja!” ucap Cindy dengan sinis.“
Nayla sangat mengenali suara itu, lalu mereka menoleh ke arah suara.Melihat Indra setengah berlari menghampiri mereka.“Loh, kok gak nelpon mas?” Tanya Nayla heran.“Iya, aku buru-buru jadi tak sempat menghubungi mu.”Indra langsung memeluk istrinya, lalu mengecup kedua pipi Nayla, tanpa mempedulikan orang-orang sekitar.“Sayang, sudah ih..!! Ini di tempat umum,” bisik Nayla.“Ehem..., kita jadi nyamuk yah!” seru Bu Anita kepada Mita.Mita hanya membalas dengan senyum, dirinya teringat apa yang di lakukan oleh Andrew waktu di bandara.Plak.., Bu Anita memukul bahu anaknya.“Mama kenapa mukul Indra mah?”“Pake tanya lagi ni bocah! Kamu gak lihat ada mama disini?” Celetuk Bu Anita. Indra tersenyum langsung memeluk mamanya.Plak.., untuk yang kedua kali nya Bu Anita memukul pelan bahu anaknya.“Kenapa lagi mah?”