Walaupun sebenarnya ia tak sanggup berdiri, berjalan tertatih keluar perpustakaan karena hatinya terasa sangat nyeri, jika berlama-lama ditempat saksi bisu perpisahannya dengan Izzuddin barusan. Menghapus kasar sisa air matanya tanpa peduli Siska yang menatapnya iba, dengan sekuat tenaga ia berlari kearah Taman belakang Sekolah yang jarang dikunjungi para siswa-siswi Sekolah.
Di taman itu, dibawah pohon belimbing manis yang cukup lebat, Syilla menangis histeris lagi, lagi dan lagi. Sambil menutup wajahnya, menjambak rambut panjangnya, gadis itu tampak frustasi, ia kalut ia hancur tak tersisa lagi.
'Aaarrrggghhh... aku benci ini, aku benci.. hiks..' bathinnya menjerit tak terima.
Tiba-tiba gadis itu meringis karena kepalanya terasa begitu nyeri, pandangannya mulai memburam, dalam hitungan detik ia merasa pandangannya mulai mengelap hingga hilang sudah kesadarannya dan tumbang tergeletak disana.
---Izzuddin segera pergi secepat mungkin dari hadapan Syilla, ia tak ingin lemah, ia tak ingin luluh karena air mata gadis itu. Lelaki itu berjalan keluar perpustakaan tanpa sedikitpun menoleh kearah gadis itu. Takut-takut ia akan kembali merasakan sakit yang lebih dalam lagi, ia tak ingin tersakiti lagi hanya karena cinta seorang gadis mungil yang tak tulus padanya, lebih baik ia pergi sejauh mungkin untuk melupakan kesakitan dan kekecewaan ini.Saat ia berada tepat didepan pintu perpustakaan, hatinya terasa sangat sesak ketika mendengar tangisan histeris gadis kecilnya didalam sana. Tak terasa butiran bening menetes tanpa ijin pemiliknya, cepat-cepat ia menghapus air mata itu.
Seketika ia menerawang kejadian 7 hari yang lalu, penyebab perpisahan ini terjadi begitu menyakitkan.
Sore ini kebetulan hari sabtu, Syilla pulang cepat tepatnya pulang jam 10 pagi, bertepatan Izzuddin libur kuliah apa lagi pekerjaannya juga tak banyak. Alhasil dua anak manusia yang dilanda kasmaran itu merencanakan janjian kencan sehabis sholat dzuhur sambil malam mingguan.
Tepatnya jam 3 sore dua sejoli itu malah asyik menikmati sejuknya angin laut yang terasa masih panas dikulit, tapi tak dapat menganggu kemesraan keduanya yang duduk di ayunan, yang berada ditepi pantai sambil menikmati keindahan Pantai Duta, Probolinggo.
Tak hanya menikmati Pantai dan sunset saja, disana kita akan disuguhkan hutan mangrove, hutan cemara laut, mangrove trail, gazebo yang berjejeran tak jauh dari pantai. Juga ada perahu mesin khusus berkeliling ditengah laut untuk melihat hiu tutul jika memang musimnya, tapi jika belum musimnya kita bisa menikmati keindahan panorama Pantai Duta, yang dikenal pantai sejuk dan bebas sampah.
Jika kita berkeliling sepuasnya, maka akan dimanjakan pemandangan alam yang begitu menyejukkan tanpa melihat sedikitpun sampah berceceran, sungguh pantai terbersih se-Jawa Timur.
Sebelum sunset tiba, Izzuddin yang sedari tadi tersenyum melihat mata indah kekasihnya berbinar-binar, karena asyik melihat keindahan alam disekitarnya sambil bermain ayunan. Akhirnya kini lelaki itu mengajak Syilla berkeliling masuk hutan cemara laut.
Terlihat disebelah kanan-kiri terdapat plang papan bertulisan 99 asmaul husna, menambah kesan keindahan yang tak pernah luntur. Pantas saja pantai itu dijuluki pantai Kota santri, bahkan banyak pengunjung yang bermain disana sambil menikmati keindahan pantai duta dengan semangat.
"Kak, ini indah sekali, Masya'Allah di pantai seperti ini masih ada yang menyajikan tema islami." seru Syilla kagum dengan mata berbinar-binar.
"Mau difoto?" tawar Izzuddin lembut dan dijawab anggukan lucu dari gadisnya.
Berbagai pose gadis itu terus tersenyum saat sang kekasih menjadi fotografernya. Bahkan tak lupa mereka berdua berselfie bareng, kebetulan Izzuddin bawa kamera jadi tak repot-repot mengeluarkan ponsel.
"Kak, kesana yuk! Sepertinya di hutan mangrove itu lebih bagus pemandangannya." Rengek gadis itu manja.
"Okay, my princess."
"Hehehe.."
Gadis mungil itu sangat bahagia sekali sore ini, ia berlari menuju hutan mangrove trail dengan semangat. Tanpa peduli banyak orang-orang disana ada yang memandanginya kagum juga iri karena gadis mungil seperti Syilla sedari tadi diawasi bule blasteran China. Ada salah satu dari cewek-cewek disana terang-terangan salah tingkah, karena Izzuddin tampak santai melewati mereka, walaupun Izzuddin menampakkan wajah datarnya.
"Kakk... ayooo..." rengek Syilla manja sambil menarik Izzuddin ke Jembatan agak tinggi diujung sana.
Kebetulan di Jembatan lagi sepi, jadi Syilla bisa leluasa bermanja ria dengan sang kekasih sambil menikmati keseluruhan wilayah hutan mangrove, juga pemandangan gunung Argopuro yang tertutup kabut dari kejauhan.
Izzuddin tampak tak bergeming menatap lurus kearah hamparan luas hutan mangrove, seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Kakk..." rengek gadis itu manja sambil memeluk pinggangnya. Izzuddin menunduk untuk melihat wajah manja gadisnya, diusaplah kain penutup kepala milik gadisnya itu kemudian mengecup puncak kepala yang tertutup hijab itu penuh kasih sayang.
"Iya, sayang! Ada apa, hm?"
'Pertanyaan macam apa itu' gerutu Syilla dalam hati.
Pertanyaan ironis membosankan ala Izuddin muncul kembali, membuat gadis yang mengelanyut manja itu memanyunkan bibir tipisnya lucu, membuat Izzuddin tersenyum gemas dibuatnya. Di kecuplah sekilas bibir merah itu sehingga membuat si gadis melotot padanya.
"Issh!! Kakakkk... nakal!! Berani-beraninya mencium Syilla." Protes gadis itu sambil memukul-mukul ringan lengan kekar kekasihnya.
"Heheh... aduhh, sayang! Sudah dong jangan pukul Kakak terus. Iya deh, Kakak minta maaf! Habis itu bibir dimanyun-manyunin segala, ya udah Kakak cium deh!!" Godanya sambil mengedipkan sebelah matanya jahil.
"Ish... dasar mesum, nikahin dulu baru cium-- upss." pinta Syilla spontan dan langsung menutup mulutnya sendiri dengan telapak tangannya menahan malu.
Mendengar pemintaan sang kekasih barusan, membuat Izzuddin memancarkan senyum tampannya bangga karena gadisnya ini tak pernah berubah, walaupun polos juga manja tapi prinsipnya tetap sama, menikah dulu baru cium.
Inilah yang membuat seorang Muhammad Izzuddin Elbarak tergila-gila pada gadis SMA yang sekarang masih setia berada di sampingnya itu, seolah-olah kalimat barusan adalah kode keras agar Izzuddin cepat-cepat menghalalkan gadis mungilnya tersebut.
"Iya, Kakak janji akan secepatnya ngehalalin Syilla kok! Makanya cepat lulus dong, biar Kakak bisa mencium Syilla sepuasnya, tapi-"
"Tapi apa?"
"Tapi nilainya ditingkatkan lagi, kalau bisa masuk tiga besar, Kakak nggak mau ya nikahin gadis nggak lulus sekolah karena nilainya anjlok, mau ditaruh mana muka Kakak nanti." Cibirnya sambil melirik gadis itu.
Syilla tampak menatap keindahan hutan mangrove, sepertinya gadis itu tak peduli akan cibiran dari kekasihnya sendiri.
###Li.Qiaofeng
"Aduhhh... sakit, sayang! Aduhh.. ampunn..." ringis Izzuddin ketika Syilla menghadiahinya cubitan pedas di pinggangnya. "Dasar menyebalkan, mentang-mentang pintar, sombongnya minta ampun, makanya ajarin Syilla. Jangan cuma bicara doang tapi nggak di ajarin." Gerutu gadis itu sambil mencebik lucu. "Mau minta ajarin, hm? Tapi Kakak nggak pintar-pintar amat, tapi kalo minta ajarin panas-panasan diranjang, wah... ayo, hari ini juga Kakak siap, gimana?" goda Izzuddin sedikit, padahal ia hanya menjahili kekasihnya saja. "Kyaa... dasar mesum, tenggelam sana di lautan... bugh.. bugh.." pekik Syilla geregetan sendiri sambil memukul-mukul lengan lelaki itu dengan brutal. Si korban pun bukannya meminta ampun malah tertawa berbahak-bahak, sore ini pasangan Zuddilla terisi dengan canda-tawa bersama, membuat yang menyaksikan tawa sepasang kekasih itu iri dibuatnya. "Syilla." Panggil lelaki itu tiba-tiba dengan nada mengi
Izzuddin Elbarak, hanya bisa memandangi wajah polos gadis kecilnya miris dengan keadaan terlelap dikamar pribadinya. Lelaki itu membawa gadis kecilnya ke Apartemen pribadinya pasca tak sadarkan diri beberapa jam lalu, dari mata indahnya yang masih setia tertutup. Lelaki itu bisa menganalisis jika gadis kecilnya ini kebanyakkan menangis juga memikul beban berat yang selama ini ia tutupi dengan senyuman polos nan manjanya. Bukan berarti Izzuddin tak peka selama ini, tapi sudah beberapa kali ia menanyakan; 'ada masalah apa? Ceritakan sama Kakak keluh kesahmu, bukannya selama ini kamu menganggap Kakak bukan hanya kekasihmu, tapi juga seorang Kakak pada adiknya?' Bukannya menjawab, Gadis kecilnya itu malah berlagak bodoh dan polosnya minta ampun. Hanya untuk mengalihkan perhatian dengan alasan lapar, haus, ngantuk kadang manja bak anak kecil pada Ayahnya. Izzuddin
"Jika dengan membunuhku bisa membuatmu sembuh, maka lakukanlah sekarang... itu jauh lebih baik daripada setelah memukulku, kamu malah repot-repot membawaku ke Rumah sakit dan pergi begitu saja. Inikah cinta yang selalu kamu ucapkan padaku? Membiarkan diriku opname di Rumah sakit tanpa kamu rawat sendiri, Oh... barusan kamu mengigau minta agar aku tak pergi, tapi kamu sendiri yang menyuruhku pergi, lalu katakan apa mau mu, hm?" Tanpa banyak kata-kata yang keluar dari bibirnya, Izzuddin mencium dahi, pipi, hidung dan terakhir bibir merah yang berani-beraninya melumat bibirnya dengan agresif, bibir yang tak pernah ia sentuh. Biarlah di tanggal ini, di jam ini sebagai saksi bisu dua pasang kekasih tak saling mencintai itu merasakan apa yang dinamakan first kiss untuk pertama dan terakhir kalinya. Ciuman yang paling menyakitkan hingga tanpa sadar lelehan cairan bening di sudut mata lelaki itu menetes. Kini sinar matahari pagi m
Dunia itu bagaikan roda berputar, kadang kita ada dibawah, kadang kita ada diatas, semuanya terjadi tanpa kita sadari. Manusia hidup di bumi hanya untuk menjalani skenario yang Tuhan susun begitu rapi disaat kita dilahirkan ke dunia. Skenario itu bisa saja berubah sesuai doa dan permohonan kita pada sang kuasa, tapi yang tidak bisa kita ubah adalah Jodoh, Rezeki dan Ajal. Seperti hidup gadis malang yang menatap kosong isi kamar, sudah dua bulan lebih 7 hari ralat sudah 9 minggu Syilla tak melakukan apapun dikamar milik lelaki yang telah meninggalkan rumahnya 2 bulan lalu. Bagaikan mayat hidup terkena penyakit kering, tubuh mulai mengkurus, pipi mulai menirus, kantong mata menghitam karena insomnia, jejak air mata yang mengering pun terlihat, sementara kedua tangannya bergemetar sambil memeluk dua bingkai foto yang selama dua bulan ini menjadi kekuatannya untuk tetap h
Kini gadis itu duduk tegak didepan Victo, seakan siap untuk di interview. Victo tersenyum geli ketika melihat raut wajah tegas gadis itu. Seakan tahu jika Victo tak menerima Syilla sebagai karyawannya, maka gadis itu akan mengamuk atau merayunya, licik benar gadis berwajah polos di depannya itu. "Ceritakan?" "Ceritakan apanya? Syilla tak punya pengalaman pekerjaan." Jawab gadis itu polos. "Maksudku? Selama ini kamu tinggal di-" "Kakak ingin menginterogasiku atau menginterview ku?" Potongnya kesal. "Melamarmu? Bagaimana apa diterima?" Jawabannya enteng. "Kau benar-benar menyebalkan, apa kau tak takut pada sepupumu itu?" "Ngapain harus takut sama Izzu, jika sama-sama suka makan nasi." jawab Victo enteng. "Oh," jawab Syilla hanya ber'oh ria saja sambil mengangguk polos. "Syilla, katakan bagaimana bisa kamu berada di daerah
"Maaf, Tuan! Jam kerja saya sudah selesai, permisi--" pamit Syilla lirih, gadis itu langsung pergi meninggalkan Izzuddin sambil menahan ribuan pisau menghujam hatinya. Tetapi, saat berada di depan cafe spontan ada yang menarik tangannya, menyeretnya masuk mobil sport merah tanpa diduga-duga, Syilla panik akan tindakan Izzuddin sore ini. "Tuan, tolong! Saya ingin pulang--" "Tempatmu bukan di tempat laknat itu, akan saya antar kamu pulang ke rumah yang sebenarnya." desis Izzuddin dingin, lelaki itu langsung menancap gas diatas rata-rata. "Tidak!! Saya mohon, turunkan saya disini." teriak Syilla panik disertai derai air mata. "Jangan membantah, Ibu mencarimu di rumah." "Aku tak peduli, cepat turunkan aku." Pekik gadis itu frustasi. Gadis itu langsung merebut setir mobil agar putar balik, Izzudin tak bodoh, aksi gadisnya itu sangatlah gila, bisa-bisa ia mengalami kecelakaan jika tak bisa mengend
Sepasang mata elang itu berkaca-kaca, menatap nanar gadisnya dengan senyuman miris akan perubahan draktis gadisnya itu, di usaplah lembut kepala gadis itu. Izzuddin tidak pernah melepaskan gadis itu begitu saja selama ini, ia selalu mengawasinya dari kejauhan tapi kali ini ia ingin sekali membenturkan kepalanya sendiri yang berisi IQ diatas rata-rata, kelicikan melabuhi musuh, bahkan kemampuan yang jarang orang lain tahu pun dia miliki. Tapi apa? Dia tidak bisa menjaga gadisnya sendiri dengan baik, ia bagaikan manusia terbodoh di dunia. Keduanya juga sama-sama terluka, sama-sama frustasi, sama-sama menyalahkan diri sendiri tapi apa daya seluruh cinta, kasih sayang, janji, dan ketulusan yang keduanya bangun mati-matian sampai menerjang siapapun yang berani mengganggunya. Kini menguap begitu saja dikalahkan oleh ego, disaat kejujuran dan ketulusan hanya hiasan dinding. Kini hanya penyesalan dan kekecewaan terdalam yang keduanya rasa
Syilla berlari keluar Rumah Sakit dengan membawa luka kecewa sambil menangis dan menangis, tanpa peduli tatapan aneh dari orang-orang yang melihatnya. Sehingga tanpa sadar ia berada dijalan trotoar tak jauh dari Rumah Sakit, gadis itu terlihat menahan nyeri di kepalanya karena bekas operasi masih belum kering betul, ia duduk dipinggir jalan hanya untuk meredakan nyeri itu, berharap setelah ini ia bisa menjauhi Izzuddin. Tiba-tiba ada preman tua dengan perut buncit sedang mabuk mendekatinya, Syilla mencoba bergegas menghindarinya tapi nyeri di kepalanya terasa amat menyakitkan. Gadis itu mundur ketakutan bukan karena ia tak bisa melawan, tapi tiba-tiba darah merembes ke wajahnya, menyebabkan ia tak mampu bangkit lagi. "Hay, cantik! Main sama Abang, yuk! Nanti Abang beliin boneka." "Hiks... tolong jangan mendekat.. ssshh..." pekik gadis itu lirih menahan sakit dengan sa