Share

Bab 08

 

Dunia itu bagaikan roda berputar, kadang kita ada dibawah, kadang kita ada diatas, semuanya terjadi tanpa kita sadari.

Manusia hidup di bumi hanya untuk menjalani skenario yang Tuhan susun begitu rapi disaat kita dilahirkan ke dunia. Skenario itu bisa saja berubah sesuai doa dan permohonan kita pada sang kuasa, tapi yang tidak bisa kita ubah adalah Jodoh, Rezeki dan Ajal.

Seperti hidup gadis malang yang menatap kosong isi kamar, sudah dua bulan lebih 7 hari ralat sudah 9 minggu Syilla tak melakukan apapun dikamar milik lelaki yang telah meninggalkan rumahnya 2 bulan lalu.

Bagaikan mayat hidup terkena penyakit kering, tubuh mulai mengkurus, pipi mulai menirus, kantong mata menghitam karena insomnia, jejak air mata yang mengering pun terlihat, sementara kedua tangannya bergemetar sambil memeluk dua bingkai foto yang selama dua bulan ini menjadi kekuatannya untuk tetap hidup.

"Kak Izzu... hiks... maafin Syilla...! Kakkk... Syilla Rindu... hiks..." guman Syilla lirih dengan tatapan kosong, yang bisa ia sebut-sebut hanya nama 'Izzuddin' seorang, ia juga baru menyadari jika menyakiti lelaki itu akan berdampak seperti ini.

Seraya tak ada lagi gairah untuk bertahan hidup, semua sudah hancur tak tersisa lagi, disini ia hanya seorang mumi hidup jadi buat apa hidup jika harus menyakiti lelaki yang bersusah payah berjuang demi kebahagiaannya.

Seketika gadis malang itu teringat tawa menggemaskan Baby Darrell, cepat-cepat ia menghapus air matanya seakan-akan mendapatkan petunjuk harapan akan bertemu lagi dengan makhluk mungil itu.

Syilla bersusah payah bangkit dari keterpurukannya, ia menyemangati dirinya sendiri agar bisa tetap hidup, dengan tekad yang kuat ia akan berniat mencari pekerjaan untuk menyambung hidupnya.

Walaupun di paviliun mewah itu banyak sekali barang-barang berharga, brankas berisi uang dan emas batangan pun ada. Perhiasan yang Mr. Freezer berikan khusus Syilla pun masih tersimpan apik dikamar itu. Walaupun Syilla bisa berbuat seenaknya dirumah itu, karena fasilitasnya juga lengkap, Mr. Freezer tak membiarkan Syilla mati sia-sia didalam rumahnya.

Alhasil semuanya terpenuhi, tetapi sedikitpun gadis itu enggan menyentuhnya, walaupun ada sebagian haknya disana, ia berfikir disini ia hanya menumpang saja tak lebih.

Dengan tenaga yang terkuras habis karena sudah seminggu lalu jatuh sakit karena maag-nya kambuh, bahkan ia tak menyentuh makanannya sedikitpun. Walaupun Leon meminta untuk memakan makanannya, dengan langkah sempoyongan gadis itu menuju kamar mandi untuk mandi, 15 menit kemudian gadis cantik yang sudah segar beraroma mawar walaupun wajah dan tubuhnya kini seperti mumi hidup, tapi kecantikannya tetap alami.

Siang ini, gadis itu berencana akan mencari pekerjaan didaerah sekitar kota mati itu, walaupun terasa tak mungkin tetapi semangatnya tak akan luntur hanya untuk mencari sebungkus nasi kucing. Kini ia memakai kemeja putih dipadukan rok sepan dengan rambut di kuncir kuda, tak lupa memoleskan make up tipis untuk menyamarkan wajah pucatnya.

Gadis itu keluar rumah dengan membawa tas kecil dan map coklat, membuka garasi untuk mengambil motor matic disana, motor itu memang khusus untuknya jika bosan berada di rumah. Dan hari ini ia memakainya untuk mencari pekerjaan, dengan santai ia mengendarai motornya melewati jalan setampak yang tampak mengerikan dan kumuh. Bahkan tercium bau anyir yang masih segar, sepertinya dijalan itu baru saja terdapat pembunuhan lagi, Syilla tak ambil pusing hal itu karena bau darah segar siang-siang seperti ini membuatnya tersenyum sangat manis.

Wajah datar selalu terpantri pada wajah ayu itu, Syilla terus menjalankan motornya sesekali berhenti di toko-toko baju, cake, dan toko sembako, guna bertanya-tanya apakah ada lowongan pekerjaan? Tapi hasilnya tetap nol, sempat Syilla berputus asa. Akhirnya ia terus berjalan hingga berdiri didepan sebuah cafe shop yang tampak banyak pengunjungnya, hanya cafe shop itulah tempat terakhir yang akan Syilla datangi. Karena semua tempat disekitar daerah mati itu tak ada yang membuka lowongan pekerjaan untuknya.

"Permisi, apakah disini sedang membutuhkan pengawai?" Tanya gadis itu penuh harap.

"Maaf sekali, dik! Disini masih belum membuka lowongan." Jawab resepsionis itu ramah.

"Ah, baiklah! Terima kasih." ucap Syilla mulai putus asa.

"Ada apa?" Saut seorang pemuda tampan berpakaian formal, sepertinya ia direktur cafe itu.

"Begini, Pak! Adik itu hanya bertanya ada lowongan pekerjaan apa tidak? Bukankah lowongan pekerjaan disini sudah ditutup sejak 2 bulan lalu." Jelas resepsionis itu lembut, dan pemuda itu hanya mengangguk saja tanda ia mengerti.

Saat pemuda melirik kearah si gadis yang masih menunduk lesu sambil menscroll ponselnya, seketika pemuda itu mengenyit bingung karena merasa tak asing dengan gadis itu.

"Syilla." Tebak pemuda itu bingung, sementara si gadis hanya mendongak mencari siapa gerangan yang memanggil namanya, tapi tak menemukan si pelaku dan hanya bisa mengangkat bahunya acuh.

"Syilla, hey!"

"Eh!! Kak Victo." Pekik gadis itu senang dan langsung menerjang tubuh pemuda yang bernama Victo itu, dan Victo langsung menangkap tubuh mungil itu agar tak terjatuh.

"Ya Allah, Syilla... Kakak kangen banget sama kamu." seru Victo terharu, karena ia bisa bertemu dengan gadis yang ia cintai, yang sialnya kekasih sepupunya sendiri.

"Syilla juga kangen sama Kakak."

"Oh ya, kenapa kamu bisa ada disini? Dan tinggal--" ucapan Victo berhenti ketika menyadari gadis itu menatapnya tajam.

Alhasil, Pemuda berwajah khas Thailand itu mengajaknya ke ruangannya dilantai tiga untuk membahas ini, ketika mereka berdua duduk di sofa dekat meja kerja Victo. Syilla yang mulanya kegirangan saat ketemu Victo, kini hanya menatap datar meja di depannya.

"Hey, gadis manja? Kau tak apa-apa?" seru Victo membuyarkan lamunan gadis itu.

"Nggak!" Jawabnya datar.

"Hm... dimana--"

"Apakah disini tak membutuhkan lowongan? Jika ada, tolong berikan padaku?" potong Syilla cepat, membuat Victo mengenyit tak mengerti.

"Lowongan? Bukannya kamu masih sekolah! Dan-"

"Ada apa tidak?" Potongnya lagi.

"Baiklah-baiklah! Sebenarnya tak ada job disini, jika kamu mau, kamu bisa menjadi waiter disini."

"Berikan padaku?"

"Okay! Mau bekerja sekarang atau besok?"

"Besok! Tapi apakah Kakak tak menginterview-ku?"

"No, Kakak percaya padamu, baby."

"Huff, itu tak adil, tolong jangan menganak emas diriku."

"Okay-okay, sesuai permintaanmu, Tuan putri." Victo mengalah sambil tersenyum geli.

###Li.Qiaofeng

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Black White Swan
....................................
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status