Sebuah mobil sedan putih berhenti di depan gedung pencakar langit yang terletak di perkotaan London. Gedung yang sangat tinggi dengan memiliki 180 meter dan berlantai 40 sehingga menjadikannya gedung tertinggi kedua di perkotaan London.Elian dan Maylin segera turun dari mobil setelah Pengawal membukakan pintu mobil untuk mereka. Maylin menatap takjub gedung tinggi di hadapannya.Penampilan fisik gedung yang menawan mampu menjadi faktor penentu kesuksesan dalam suatu perusahaan. Kini Maylin mengerti bahwa perusahaan Carter Corporation termasuk salah satu perusahaan terbesar di negara ini.“Good Morning, Sir.” Satu per satu pegawai yang berpapasan dengan Elian, menyapa pria itu dengan sopan.Elian melangkah perlahan dengan acuh tak acuh melewati pegawainya begitu saja. Wajahnya datar tanpa ekspresi serta tatapan tajam dari sepasang netranya.Maylin memperhatikan sikap Elian yang sungguh berbanding terbalik saat pria itu masih berada di kotanya. Perubahan sikap itu mengundang banyak tan
“Sekarang hanya tersisa dirimu ….” Sang pemimpin beralih ke satu-satunya tahanan yang tersisa ternyata adalah seorang wanita.Seluruh tubuh wanita itu tampak gemetar ketakutan setelah menyaksikan semua itu.“Katakan padaku, siapakah pemimpin mafia Crusio?” bisik sang pemimpin di telinga wanita itu.Wanita itu terpojok pada situasi sulit yang mengharuskan dirinya menentukan pilihan antara dua hal yang sama-sama tidak menguntungkan untuknya. Sial! Setelah ia berpikir matang-matang, mendahulukan nyawanya kini yang terpenting.Ketika wanita itu membisikkan sebuah nama ke telinga pemimpin kelompok yang menyekapnya, suara tawa yang keluar dari mulut pemimpin itu terdengar membahana ke seluruh sudut ruangan. Membuat suasana gedung semakin mencekam.“Kau memang wanita yang cerdas, tetapi keserakahanmu telah menggali lubang kubur sendiri.” Tatkala pemimpin itu berucap, tangannya bergerak melepaskan topeng di wajahnya.Jantung wanita itu seketika terasa berhenti berdetak. Mulutnya bergerak terb
Satu bulan telah berlalu. Maylin masih sedikit mengalami kesulitan dalam mengerjakan pekerjaannya. Banyak sekali dokumen-dokumen yang harus ia simpan di dalam memori otaknya.Ternyata bekerja di kantor pusat tidak sesederhana yang dipikirkannya. Entah apakah ia harus menyesali atau tidak atas keputusannya mengajukan diri agar dimutasikan ke kantor ini.“Hey, Maymay!”“Berhentilah memanggil namaku seperti itu, Brianna!” Maylin mencebikkan bibirnya tidak suka mendengar namanya diganti seenaknya oleh teman barunya itu. Sudah kesekian kalinya Maylin menengur wanita itu. Namun, tegurannya hanya dianggap angin lalu oleh Brianna.“Maymay lebih mudah diingat daripada May … apa nama lengkapmu?”“Maylin Pramanta!” sentak Maylin kesal.“Ah ya, namamu terlalu Asia. Sulit menghapalnya. Maymay lebih mudah diingat. Dari kata May yang berarti bulan Mei. Tidak memerlukan banyak tenaga dan pikiran untuk mengingatnya.” Brianna terkikik geli tatkala melihat bibir Maylin makin maju lima senti mendengar al
Sial! Sial! Sial! Mengapa aku tidak langsung mengenalinya? Dasar otak bodoh! Umpat Maylin dalam hati.Valo tersenyum puas melihat reaksi wanita yang membuatnya tertarik atas ketegasan sikap yang dimiliki wanita itu. Sepertinya ia akan mendapatkan mainan baru.Ia menatap menyelisik penampilan wanita di hadapannya dari atas sampai bawah. Wajahnya cukup cantik dengan berambut panjang sedikit oval dan berwarna cokelat. “Tadi kau berkata bahwa kau adalah Sekretaris baru Elian?” tanyanya.Maylin segera memasang wajah datarnya demi menutupi rasa gugup yang tengah menyerang dirinya. Ia tidak memprediksikan pertemuan mereka akan terjadi secepat ini dan di tempat ini.“Benar, Sir. Maafkan atas sikap ketidaksopanan saya tadi. Saya tidak tahu Anda adalah Direksi perusahaan ini.” Maylin membungkukkan tubuhnya dalam-dalam sembari meminta maaf.“Hmm ….” Valo masih terus menatap menelisik Maylin. Sampai beberapa detik yang lalu, wanita itu menatapnya dengan terkejut, tetapi kini ekspresi wajahnya ber
Elian mengerti betul bengkak pada bibir Maylin adalah hasil dari percumbuan. Ia seorang pria normal, tentu saja memiliki kebutuhan biologis yang harus dipenuhi.Beberapa dari wanita kencannya pernah mendapat perlakuan yang sama ketika gairahnya tak tertahankan. Namun, saat dirinya melakukan percumbuan dengan wanita-wanita itu, wajah Maylin senantiasa menjadi bayangannya.Maylin tampak dilanda kebimbangan antara memberi tahu Elian atau tidak tentang perbuatan Valo padanya. Ia masih ragu ketika suara seseorang menginterupsi mereka berdua.“Anda sudah kembali, Sir Elian!”Refleks kepala Elian bergerak menoleh dan terkejut melihat pria yang barusan menyapanya. “Riccardo? Kapan kalian kembali dari Moskow?”“Tadi pagi, Sir,” jawab Riccardo sembari menganggukkan kepalanya ke arah Marco yang sedikit membungkuk untuk menyapanya.Riccardo telah lama bekerja di bawah kepemimpinan Valo. Oleh sebab itu, banyak karyawan lain begitu menyeganinya.“Kak Valo berada di dalam?” Elian mencoba menahan emo
Beberapa kali terdengar suara ketikan tangan yang merupakan gesekan tangan Maylin dengan keyboard. Hingga suara sambungan telepon yang berasal di sebelahnya, memecahkan konsentrasinya.Segera Maylin mengangkat telepon itu. “Hello!”[Miss Maymay, sir Dose minta bertemu dengan sir Carter.]“Oh really, Vel? Brianna menulari ajaran sesatnya padamu juga?” tukas Maylin dengan sinis.Pegawai bagian resepsionis bernama Velove Hall menanggapi Maylin dengan terkikik geli.[Calm yourself, my dear. Nama Maymay memang terdengar lebih indah.]“Sesuka kalian sajalah. Percuma aku protes jika kalian tidak mengindahkan sedikit pun kalimatku.” Maylin berdengkus sebal.Ia menatap jam di dinding. Sudah beberapa jam berlalu sejak ke empat pria itu masuk ke dalam ruangan. Rapat semestinya telah berakhir.“Bos sedang ada rapat penting. Aku harus minta persetujuan dulu padanya,” ujar Maylin yang kemudian menghubungi Elian melalui intercomnya.[Ada apa?]Suara Elian melayangkan pertanyaan terdengar di balik in
Setelah Mider Dose keluar dari ruangan, tak lama berselang Valo menyusul bersama Asistennya. Suara derap langkah kaki terdengar berhenti tepat di depan meja Maylin, membuatnya mendongakkan kepala dan tatapan mata mereka bertemu.Maylin mengakui paras pria di hadapannya saat ini memang tampan walau umurnya hampir memasuki kepala empat. Pria itu juga memiliki tubuh berotot sehingga memberikan kesan bahwa pemilik tubuh menyukai olahraga.“Bagaimana hasil penyeleksiannya? Apakah kau mengakui betapa menariknya pria yang satu ini?” Valo mengangkat alisnya ke atas dengan cepat dengan celah mata yang sebentar membesar, bermaksud menggoda Maylin.“Penampilan Chris Evans dan Channing Tatum jauh lebih menarik, tampan dan hot,” balas Maylin, kemudian terlebih dahulu memutuskan kontak mata dan kembali fokus dengan pekerjaannya.Valo tertawa terkekeh-kekeh melihat sikap tak bersahabat yang ditunjukkan Maylin kepadanya dengan jelas. “Bolehkah kita berteman, Miss?” tanyanya.“Ini kali pertama saya me
Elian menahan pergelangan tangan Maylin yang hendak beranjak dari tempat duduknya, kemudian berkata, “Jika pertemuan luar kantor berikutnya tidak butuh bantuan Marco, kau boleh mendampingiku.”Sepasang iris cokelat Maylin tampak berbinar senang seketika. Sudut bibirnya terangkat ke atas dan melengkungkan sebuah senyuman.“Kenapa kau kelihatan senang sekali mendengarnya?” Elian menatap heran Maylin.“Tentu saja aku senang, El. Kau tidak mengerti penderitaanku yang terkurung dalam penthouse-mu, lalu ke mana pun aku pergi selalu dikawal bodyguardmu. Belum cukup semua itu, bekerja di dalam kantormu pun hanya ditemani komputer sementara kau dan Marco sering ke luar kantor, bertemu kolega bisnis. Saking terasa bosannya, lalu aku menonton drama seri mafia.”Maylin mengeluh panjang lebar sembari menekuk bibirnya yang kontan langsung mendapatkan pelototan dari manik abu-abu milik Elian. Secepatnya Maylin memberikan pembelaan diri saat Elian menegur perbuatannya yang diam-diam melakukan aktivit