Melati mengerjapkanan matanya saat hawa dingin menusuk tulangnya, dia tersadar bawah sedari tadi ia tertidur di dalam kamar mandi. Dengan keadaan shower yang masih menyala.Dengan ragu-ragu, gadis itu terbangun dan segera membersihkan tubuhnya. Melati keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan handuk, tanda merah itu semakin terlihat jelas di kaca. Melati menatap jam, ternyata sudah pukul 12 Siang. Dan ia tertidur selama 12 jam.Gadis itu segera memilih baju berlengan panjang dan yang menutupi lehernya, dia harus menyembunyikan keadaannya sekarang dari orang rumah. Setelah berganti baju, Melati merebahkan dirinya diatas tempat tidur. Dia memeriksa handphone nya yang susah dipenuhi oleh rentetan pesan dari Maudi.“Apa Kakak akan bantu aku?”Melati menggeleng, mengingat ancaman dari Bisma. Dia hanya bisa membalas pesan Maudi seadanya. Dan mengabarkan bahwa dia baik-baik saja.Melati berbohong jika mengatakan dia baik-baik saja, dia sudah berada didalam kamar mandi selama dua jam.
“Yo! Bis! Tumben mukanya cerah banget. Ada apa sih?” Doni yang hari ini sedang berada di basecamp bersama Bisma, merasa heran. Karena, temannya hanya senyum-senyum sedari tadi, sambil melihat ponsel.“Lo lihat ini!” Bisma melihatkan rekaman Video yang baru saja diambil pagi tadi, saat dia bersama Melati. Hanya 5 detik, ponsel itu kembali dia matikan dan di letakan di saku jaketnya.“Gila! Lo keren, Man.” Doni menepuk pundak Bisma. Sungguh dia tidak menyangka dengan apa yang dia lihat.“Harusnya Lo tadi lihatin semua!” Doni senyum-senyum sendiri, karena penasaran pada potongan Video disaat Bisma membuka kancing baju Melati.“Itu sih cukup gue aja yang liat. Lo pada Jangan!” Bisma menoyor kepala Doni. Enak saja, sedikitpun dia tidak rela jika benda padat itu sampai dilihat oleh siapapun.“Tapi … Lo rahasiain semua ini dari yang lainnya. Gue mau liat reaksi mereka saat gue menangin taruhan nanti.” Bisma merangkul Doni dengan suara yang sedikit dipelankan.“Ok … Lo tenang aja!” Doni menep
“Mel! tebak siapa yang datang?” Dewi membuka pintu kamar anaknya, dilihatnya Melati sedang memainkan ponselnya.“Eh, iya, Mah!” Melati segera meletakan ponselnya dan menghapus air matanya.“Ada yang datang untuk jenguk kamu. Mamah izinin masuk gak?” Dewi bertanya lagi kepada putrinya. Dan langsung mendapat anggukan dari anak gadisnya.Setelah meletakkan gelas yang berisi minuman dan beberapa cemilan diatas meja belajar Melati. Dewi langsung pergi keluar kamar.Sedetik kemudian seseorang mengetuk pintu kamar tidur Melati yang telah terbuka. “Hai!”Suaranya yang khas membuat Melati melempar senyum kearahnya.“Boleh aku masuk?” tanyanya. Dan membuat Melati menganggukan kepalanya.“Apa Kabar?” Maudi mulai berbasa-basi. Justru kondisi Melati sedang tidak baik-baik saja. Lihatlah, wajahnya yang cantik itu, tampak begitu pucat.“Aku baik. Lebih baik lagi sekarang. Karena …. ”“Ada aku.” Maudi memotong ucapan Melati.Gadis itu tersenyum, memang benar apa yang dikatakan Maudi. Tapi, tetap saja
Satu Minggu sudah Melati berada dirumahnya, setelah menyiapkan mental dan segala keberanian, akhirnya dia memutuskan untuk masuk Sekolah hari ini.Bisma sendiri sudah menyambut Melati dibawah tangga yang menghubungkan ke lantai 2, dimana kelas Melati berada. “Babe!” panggilnya, saat Melati hampir dekat.“Hai!” Melati memberikan senyum palsunya, hatinya mendadak tidak tenang lagi.“Nanti makan sama aku, ya?” ajak Bisma sambil menyipitkan matanya. Melati mengangguk, percuma menolak. Sudah dipastikan Bisma akan mengancamnya.“Ya udah … aku antar kamu ke depan kelas.” Bisma merangkul pundak gadis itu. Mereka pun berjalan bersama-sama, sampai akhirnya Bisma sampai di depan kelas kekasihnya.“Hati-hati … kalau ada yang jailin kamu lagi, bilang sama aku, aku pastiin mereka gak bakal tenang!” Bisma sengaja mengeraskan volume suaranya, agar orang-orang disekitar dapat mendengarnya.Bisma sudah mengetahui bahwa pelaku yang membuat Melati terkurung dan sakit dikamar mandi adalah Sinta dan teman-
“I-ya …. ” Melati hanya menjawab dengan singkat. Dia tidak bisa percaya dengan perubahan lelaki itu, dan jikalau Melati mengungkapkan segala yang mengganjal di hatinya juga tidak mungkin.“Jangan dekat dan berhubungan dengan Maudi lagi, ya?” Bisma menatap wajah itu nanar.Melati membisu.“Aku sangat cinta kamu, Mel!” Bisma menatap Melati tajam lalu menyandarkan tubuh wanita itu ke tembok.“Bis!” Melati mendorong Bisma. Namun, pergerakannya sudah dikunci.“Cinta?” Melati memberanikan diri menatap mata Bisma. Laki-laki di depannya sangat mudah sekali mengatakan cinta? Bisma pikir, Melati tidak tahu apa tujuannya menjadikan Melati pacar, selain dijadikan mainan seperti mantan-mantannya yang lain.“Iya … aku cinta dan juga …. ” Bisma mengecup pipi kekasihnya sekilas. “Aku sangat rindu kamu.”Melati menggeleng, dia tidak ingin terjebak lagi. “Aku harus ke kelas. Satu Minggu aku gak masuk, banyak tugas yang harus aku kerjakan!” “Baiklah. Tapi .… ” Bisma semakin mendekatkan wajahnya.“Janga
[Waktu Lo cuman lima hari lagi, Bis!][Wah, bener sih. Taruhan kali ini, pasti kita yang menang.][Wkwkw…]Bisma mendengus kesal membaca pesan group. Dia sendiri bimbang atas keputusan yang harus dia ambil.Disatu sisi Bisma menginginkan untuk menidur Melati. Tapi, melihat gadis itu sakit satu Minggu, setelah perbuatannya kemarin, membuat Bisma tidak tega.Tidak pernah Bisma memikirkan perasaan wanita sebelumnya, tetapi kali ini berbeda. Bisma benar-benar dilanda delima.[Dari tadi diem aja. Kalau emang Lo gak tega untuk nidurin dia, kita bisa kok Bis… wkwk..!][Yoi! Kayanya Bisma mulai jatuh cinta beneran sama ceweknya.][Harusnya sih, kalau cinta tidurin aja langsung. Keduluan Maudi tau rasa.][Ngapain nunggu Maudi. Gue aja mau kok sama tuh cewek]Sial! Jika mengingat nama Maudi, Bisma seperti tidak punya hati lagi. Benar kata mereka, Bisma harus bergerak cepat, jika tidak Maudi akan merebut Melati dari sisinya.“Gue gak bakal lepasin Lo. Gak bakal! Bahkan setelah satu bulan perjanj
“Gak perawan maksud Lo?” Elvano malah menaikan suaranya. Membuat orang-orang sekitar melihat ke arah mereka.“Shutt!” Nayla menutup mulut Elvano dan menatap lelaki itu tajam.“Ya, Sor-ry!”“Gue gak mau mikir kesana, tapi tanda-tandanya tuh kayak iya, Van. Ditambah Kakak gue nangis terus, mungkin dia nyesel!” Nayla menggeleng, tidak ingin memikirkan hal yang buruk-buruk tentang kakaknya.“Tapi, Nay. Melati itu dari dulu kalem orangnya, mana mungkin dia ngelakuin kesalahan kayak gitu. Ditambah Lo bilang, cowoknya ketua OSIS. Tambah gak mungkin mereka ngelakuin kesalahan.”“Itu juga yang buat gue bingung, kalau emang kejadian itu gak bener. Kenapa Kak Melati nangis terus selama seminggu itu? Terus tanda merah itu apa? Gue yakin itu kiss mark.”“Udah, nanti gue nanya ke temen gue yang di SMA Bintang. Kalau emang Maudi itu ketua OSIS, pasti semua orang kenal sama dia.” Elvano bangkit dan menuntun Nayla.“Okay!” Nayla mengangguk dan berjalan beriringan bersama Elvano.Tiba waktunya pulang
“Bis, hentikan!” Melati menjauhkan tangan Bisma, yang mulai berani menyentuh daerah sensitifnya.“Setelah satu bulan, aku ingin terus melanjutkan hubungan kita, Mel!” Bisma mengusap lembut pipi kekasihnya dan langsung menghisap kembali leher Melati.Ya, Melati terpaksa memberikan Bisma izin kembali agar mencumbunya. Dia sempat menolak, tapi kembali Bisma mengancamnya. “Bis, Stoph!” Melati kembali memberontak saat Bisma mulai membuka kancing baju seragamnya.“Kamu janji hanya sebatas leher! Udah, Bis.” Melati mendorong tubuh Bisma dengan kekuatan penuh. Menyebabkan lelaki itu terjatuh ke lantai.“Jangan lagi! Aku mohon!” Melati memegangi dadanya dan mulai menangis tersedu. Dia tidak ingin kejadian seminggu yang lalu terulang kembali.Melihat kekasihnya menangis membuat Bisma merasa iba, sejenak dia berpikir untuk tidak melakukannya sekarang. Namun, percakapan teman-temannya di Group membuat Bisma berubah pikiran. Apapun yang terjadi, dia harus memenangkan taruhan.“Mel! Jangan nangis sa