Hendro selalu dikenal memiliki cara bertarung yang kejam dan tanpa ampun. Itu cukup untuk membuat orang bergidik ketakutan.Para pengawal berbaju hitam langsung gentar.Dua anak orang kaya itu pun sempat terdiam, lalu segera memaki, "Kenapa kalian bengong? Cepat tangkap dia!""Siap!"Para pengawal berbaju hitam langsung menyerbu ke arahnya.Saat Wenny keluar dari ruang ganti baju, dia langsung melihat adegan perkelahian yang cukup brutal di depannya. Hendro melawan sepuluh orang sendirian. Seorang pengawal yang ditendangnya, melayang hingga menabrak bar. Botol-botol minuman pun berhamburan dan pecah di lantai."Aaargh!"Orang-orang langsung panik dan berlarian. Salah satu dari mereka berseru, "Ada yang berantem! Mereka lagi berantem!"Wenny benar-benar tak menyangka setelah baru masuk sebentar ke ruang ganti baju, Hendro malah sudah terlibat dalam perkelahian.Belakangan ini, Hendro memang sepertinya sering terlibat dalam baku hantam.Wenny langsung berlari mendekat. Sesampainya di sis
Saat itu, Wenny tiba-tiba melihat sosok yang familier berdiri di ambang pintu. Itu adalah Mona.Mona sudah datang.Dengan keributan sebesar tadi, Mona sudah bangun lebih dulu dan langsung pergi mencari Hendro, sampai akhirnya dia menemukan kamar ini.Begitu melihat Wenny dan Hendro berada di atas ranjang, sepasang mata Mona yang biasanya terlihat polos seketika berubah menjadi penuh kebencian dan kejam. Dia bagaikan kalajengking beracun yang melihat Wenny dengan tatapan tajam dan mematikan.Wenny hanya tertawa dingin. Tepat saat Hendro hendak berdiri dan menjauh, dia tiba-tiba mengangkat tangan, melingkarkan lengannya di leher Hendro, lalu memutar tubuhnya. Dia langsung membalikkan posisi mereka dan menindih Hendro di bawah tubuhnya.Sekarang, posisinya terbalik. Pria di bawah dan wanita di atas.Mona yang berdiri di ambang pintu sontak membelalakkan sepasang matanya. Dia sama sekali tidak menyangka Wenny akan berani menindih Hendro seperti itu.Nyalinya sungguh besar!Tubuh Wenny yang
Hendro sebenarnya sudah terbawa oleh gairah barusan, sampai-sampai sudut matanya yang panjang pun terlihat memerah.Namun setelah mendengar ucapan Wenny barusan, tubuhnya langsung menegang.Hendro mendongak untuk menatap Wenny.Wenny hanya mengarahkan pandangannya ke arah pintu, lalu berucap, "Pak Hendro, sekarang kamu harus buru-buru menenangkan Nona Mona kesayanganmu itu."Hendro yang cerdas langsung bisa memahami semuanya. Dalam sekejap, dia sadar sejak awal Wenny sama sekali tidak benar-benar ingin menggoda dirinya. Semua ini hanya akting yang dia lakukan demi membuat Mona melihatnya.Dalam sekejap, kemerahan yang menandakan gairah di sudut mata Hendro langsung mereda. Sorotnya kembali menjadi tenang dan dingin. Dia menatap Wenny dengan ekspresi tajam, lalu mengusir, "Cepat turun dari tubuhku sekarang juga."Wenny pun tidak membuang waktu. Dia langsung turun.Hendro berdiri dan berjalan ke arah jendela besar. Tubuhnya yang tinggi dan tegak berdiri di depan kaca. Dalam hati, dia men
Wenny bisa coba mencari cara lewat Steve.....Wenny pun datang ke vila milik Steve. Di sana, dia melihat asisten Steve sedang membereskan koper.Wenny sedikit terkejut sehingga bertanya, "Pak Steve, kamu mau pergi?"Steve membalas sambil tersenyum, "Wenny, barusan ayahku menelepon. Dia bilang ada sedikit masalah di perusahaan luar negeri, jadi aku harus segera terbang ke sana."Beberapa tahun belakangan ini, Keluarga Lamin memang sudah memindahkan bisnis mereka ke luar negeri. Perusahaan dan semua aset mereka juga ada di sana. Sebenarnya, Steve pulang ke sini hanya untuk liburan dan bersenang-senang sebentar.Hanya saja, kepergian Steve kali ini sangat mendadak. Apalagi, kebetulan terjadi di momen seperti ini. Hal ini membuat Wenny sulit untuk tidak curiga, mungkinkah semua ini ada hubungannya dengan Hendro?Apakah Hendro diam-diam sudah melakukan sesuatu sehingga Steve terpaksa pergi?"Wenny, ada apa kamu mencariku?" tanya Steve.Wenny menggeleng pelan sambil membalas, "Nggak ada apa
Di ruang rapat bisnis yang mewah tetapi bergaya rendah hati itu, Hendro mengenakan setelan jas hitam yang dijahit khusus. Penampilannya terlihat tampan, berkelas, dan penuh wibawa. Dia sedang memimpin para petinggi Grup Jamil untuk menyambut tamu penting, yakni Presdir Grup LVMA asal Franca, Mark Samuel."Nyonya Wenny, Pak Hendro sangat fasih berbahasa Franca. Dia menguasai lebih dari 20 bahasa asing, jadi di sekelilingnya memang nggak pernah ada penerjemah," jelas resepsionis itu sambil menyeduhkan secangkir kopi untuk Wenny.Wenny berujar sambil tersenyum tipis, "Makasih.""Sama-sama, Nyonya Wenny. Kalau begitu aku permisi dulu ya, masih ada pekerjaan yang harus aku selesaikan.""Oke," balas Wenny.Setelah resepsionis pergi, pandangan jernih Wenny kembali tertuju ke jendela besar yang menghadap ke ruang rapat bisnis. Matanya menatap sosok Hendro di dalam ruangan.Hendro sedang berdiri berdampingan dengan Mark. Mark berbicara dalam bahasa Franca, sementara Hendro juga membalasnya deng
Jakun Hendro yang menonjol di lehernya naik turun dengan santai. Dia memang mempunyai wajah secantik bidadari, seperti tidak tersentuh dunia fana. Namun dia malah mengirim GIF seperti itu pada Hendro, sewaktu dia lagi sibuk pula. Wenny memiliki sisi lain yang seperti penggoda.Wenny tahu segalanya.Juga bisa melakukan segalanya.Mark tertawa sambil bercanda, "Kelihatannya istri Pak Hendro masih sangat muda. Pasti manja banget. Apa Pak Hendro sanggup melayaninya?"Untuk memiliki istri muda yang manja, sebenarnya semua itu tergantung apakah si suami cukup tahan banting.Tatapan Hendro kembali tertuju ke arah Wenny yang berada di luar. Dia sendiri tidak tahu jawabannya. Hubungan mereka belum sampai sejauh itu. Dia juga tidak yakin, apakah dia sanggup melayani wanita itu.Ting!Tepat saat itu, satu pesan baru dari Wenny masuk lagi.Hendro membuka ponselnya. Wenny mengirim pesan. [Pak Hendro, kamu punya waktu meladeniku nggak? Kalau nggak, aku mau pergi.]'Sialan!'Hendro mengumpat dalam ha
Apa kata Hendro?Wenny merasa pria itu sudah tak berniat lagi berpura-pura. Hendro kembali menunjukkan sisi aslinya yang nakal dan penuh hasrat.Sebelumnya, Wenny memang berniat untuk membuka topengnya agar pria itu berhenti berpura-pura.Namun saat topeng itu benar-benar tersingkap sekarang, Wenny sadar ternyata dirinya tidak benar-benar menginginkan itu.....Mobil mewah Rolls-Royce Phantom melaju stabil dan cepat di jalanan. Wenny melirik ke arah pria di sebelahnya, lalu bertanya, "Kamu yang suruh orang melarangku bertemu dengan Fany, 'kan?"Tangan Hendro yang ramping dan berotot menggenggam setir dengan santai. Nada suaranya terdengar acuh tak acuh ketika mengiakannya.Hendro mengakuinya."Jadi, kepergian Pak Steve juga ada hubungannya denganmu?" tanya Wenny.Hendro menyalakan lampu sein. Pergelangan tangannya yang kokoh dan dihiasi jam tangan mewah, mengikuti setiap gerakan setir dengan sangat natural. Suara rendah dan memikatnya kembali terdengar. "Sekarang ini, seharusnya Steve
Hendro menghentikan langkahnya, lalu memberi tahu, "Bagian alat kontrasepsi ada di depan sana. Kamu pergi beli sendiri."Hendro menyuruh Wenny membeli pengaman untuknya.Kalau saja Fany tidak sedang berada di tangannya, Wenny benar-benar ingin menyuruhnya pergi sejauh mungkin.Sungguh keterlaluan!Wenny tidak berniat bergerak. Hendro pun menatap wajah mungil dan cantiknya yang seukuran telapak tangan. Saat ini, wajah Wenny sudah dipenuhi rona merah yang memalukan. Warna merah itu bahkan menjalar hingga ke daun telinganya yang putih bersih. Pemandangan itu membuatnya terlihat begitu polos dan menawan, sampai-sampai membuat orang ingin terus menggodanya."Kenapa masih berdiri di sana? Kamu nggak mau sahabatmu bebas lagi?"Hendro sedang mengancamnya.Bagus sekali. Wenny menerima ancaman itu. Dia langsung berbalik dan melangkah ke arah rak bagian alat kontrasepsi.Di bagian alat kontrasepsi, sudah ada dua pasangan yang sedang memilih barang. Begitu Wenny masuk ke area itu, kedua pasangan i
Namun, berbeda dengan hari ini. Hana telah menunggu dari tadi, tetapi dia tidak berhasil menunggu kedatangan Hendro.Hana merasa panik, makanya dia berkali-kali menghubungi Hendro.Namun, terdengar suara dingin dan mekanis. “Maaf, nomor yang kamu hubungan tidak dapat dihubungi. Cobalah beberapa saat lagi.”Hendro tidak mengangkat teleponnya.Plak!Hana langsung membanting ponselnya ke dinding. Wajah indahnya kelihatan emosi.“Hana, kamu jangan marah. Kondisi jantungmu nggak bagus.” Landy menghibur Hana.Hana langsung mendorong Landy. “Apa mungkin aku nggak marah? Mona memang bodoh sekali. Awalnya kupikir trik kehamilan itu sudah cukup untuk mengamankan semuanya. Nanti kita tinggal susun perangkap, biar anak Mona mati di tangan Wenny. Selamanya Wenny nggak akan pernah bisa bangkit lagi. Tapi Mona benar-benar nggak bisa diandalkan!”“Sekarang Hendro sudah tahu cewek malam hari itu adalah Wenny. Hendro pasti pergi cari Wenny. Dia lagi temani Wenny!”Hana sangat takut Hendro mengetahui ken
Tubuh lembut Wenny meluncur ke lantai. Untung saja ada lengan si pria yang memeluk pinggang lembutnya.Wenny hampir meleleh dalam ciuman membaranya.Hendro mengulurkan tangannya untuk membuka kancing pakaian Wenny. Dia bertanya dengan suara serak dan rendahnya, “Apa ada alat kontrasepsi di sini?”Wenny menggeleng tanda tidak ada.“Aku suruh sekretarisku antar kemari.” Hendro hendak mengeluarkan ponselnya untuk menelepon.Wenny segera menghentikannya. Hendro merasa menyuruh sekretaris mengantar alat kontrasepsi adalah masalah yang sangat normal. Hanya saja, Wenny malah merasa tidak tahu bagaimana menghadapi sekretarisnya di kemudian hari.“Jangan ….”Bibir tipis Hendro menempel di bagian lehernya, lalu mencium ke bawah. “Jangan apa?”Rambut pendek Hendro menusuk Wenny, menusuk bagian dagu lembut Wenny. Rasanya tertusuk itu sakit dan juga geli. Kedua tangan kecil Wenny menarik rambut pendek Hendro, lalu mendorongnya. “Hendro, jangan.”Pikiran Wenny sangat kacau. Dia tidak pernah kepikira
Punggung indah dan lembut ditindih di atas keramik dinding. Air panas mengalir dari atas kepala, membasahi Wenny dalam seketika. Dia mengangkat tangannya untuk menindih pria di hadapannya. “Kamu lagi ngapain?”Air membasahi wajah tampan dan angkuh pria itu, mengalir turun mengikuti lekuk wajahnya yang tegas dan tampan.Dari jakun yang menonjol di lehernya ke tulang selangka yang menggoda, lalu mengalir ke bawah ….Sebuah pemandangan pria tampan yang sedang mandi benar-benar sangat menggoda.Tubuh Wenny seketika terasa terbakar. Dia seperti rusa kecil yang sedang terkejut saja. Dia tidak tahu harus melihat ke mana. Dia begitu panik dan terus menghindar.Hendro menindih Wenny di sisi dinding. Bibir tipisnya kelihatan sedang tersenyum. “Kenapa kamu semalu ini? Memangnya kamu nggak pernah melihat bagian mana dari tubuhku?”Wenny tidak menyangka Hendro akan menariknya ke dalam. Malam itu, Hendro di bawah kendali obat, dia memang sedang linglung, tapi sekarang dia sangat sadar.Wenny tidak p
Wenny tidak menyangka dia akan kembali. Tadi saat telepon, Hana dengan manjanya meminta Hendro untuk menemaninya. Ternyata Hendro tidak pergi.Hana adalah buah hati Hendro. Dulu saat Wenny diberi obat, satu panggilan Hana akan langsung membuat Hendro meninggalkannya.Ini adalah pertama kalinya.Dengan karakter Hana, entah betapa emosinya dia malam ini.Hendro menatap Wenny. “Apa yang lagi kamu pikirkan tadi?”Tadi Hendro sedang menatap Wenny di belakang. Dia menunduk dengan sangat tenang, entah apa yang sedang dia pikirkan.Tiba-tiba Hendro kepikiran dengan anak perempuan di gua beberapa tahun sebelumnya. Dia juga kelihatan seperti Wenny yang diam dan menyendiri, membuat Hendro ingin menyayangi dan mencintainya.Entah kenapa Hendro bisa menemukan bayangan tubuh anak perempuan itu pada diri Wenny.Wenny tidak ingin mengatakannya. “Aku nggak lagi pikir apa-apa.”Hendro tidak bertanya lagi. Dia menunduk melihat kemeja dan celana formal yang telah basah itu. Tadi saat Wenny membalikkan tub
Suasana di asrama putri sangat hening. Jadi, suara emosional Hana terdengar sangat jelas. Bahkan, Wenny juga sudah kedengaran.Wenny menuangkan segelas air untuk dirinya sendiri, lalu meminumnya.Entah kenapa, Wenny merasa air ini terasa sangat pahit.Hendro tidak berbicara, tetapi wajah tampannya telah berkerut.“Hendro, aku kangen banget sama kamu. Aku mau ketemu kamu sekarang, segera, secepatnya. Cepat datang untuk temani aku.”Hendro menggenggam ponselnya, lalu melangkah keluar.Wenny memalingkan kepalanya menatap kepergian tubuhnya. Seharusnya Hendro pergi menemani Hana.Wenny hampir saja lupa, Mona hanyalah sebuah selingan, sedangkan Hana barulah orang yang dicintai Hendro.Satu panggilan Hana langsung membuat Hendro pergi.Malam itu tidak mengubah hubungan Hendro dengannya.Wenny pun tersenyum menyindir dirinya sendiri.Hendro berjalan ke sisi tangga, lalu berkata dengan kening berkerut, “Hana, aku nggak bisa ke sana sekarang.”Amarah Hana langsung meluap. “Kenapa? Jangan-jangan
Wenny kembali bertanya padanya, “Emang kenapa?”Lampu di asrama putri memancarkan cahaya yang lembut, menyinari wajah mungilnya yang seputih salju dan kulit semulus porselen. Bahkan selapis bulu halus di wajahnya pun tampak berkilau dan lembut.Tersirat senyuman di atas wajah tampan Hendro. “Mengenai kejadian malam itu, apa nggak ada yang mau kamu katakan?”Malam itu ….Wenny sudah lama tidak memikirkan kejadian malam itu. Sekarang saat mendengar Hendro mengungkitnya, terlintas dua bayangan tubuh di benaknya.Satunya keras dan satunya lembut. Mereka sedang saling menindih di atas sofa.Keringat bercampur dengan rasa gembira. Pada akhirnya, terasa seperti kembang api yang menyala di tengah langit.Hendro bersandar di atas tubuhnya dan memanggil Wenny.Wenny mengangkat kelopak matanya untuk menatap pria tersebut. Gambaran itu langsung masuk ke dalam pandangan Hendro.Hendro juga sedang menatap Wenny. Dia sedang menatap Wenny dalam-dalam.Wajah kecil Wenny yang hanya sebesar telapak tanga
Fany merasa syok. “Apa? Hamil di luar nikah? Anak di dalam kandungan Mona itu bukan anaknya Pak Hendro, melainkan anak pacarnya?”Wenny telah menduga telah terjadi sesuatu dalam acara pesta ulang tahun, hanya saja dia tidak menyangka akan seperti ini.Mona malah telah memiliki kekasih.Anak di dalam kandungannya adalah anak kekasihnya.Jadi, sebenarnya apa hubungan Mona dan Hendro?Pada saat ini, terdengar suara ketukan pintu. Ada yang sedang mengetuk pintu.“Siapa?”Wenny berdiri untuk membuka pintu. Sosok pria tampan dan bertubuh tegak berdiri di depan pintu. Hendro telah datang.Wenny pun tertegun. Kenapa dia kemari?Ini adalah asrama putri.Wenny tidak ingin berbicara dengan Hendro. Dia langsung menutup pintu.Hanya saja, belum sempat pintu tertutup, Hendro sudah mengulurkan tangannya untuk menahan pintu. Tubuh tingginya berdiri di tempat. Dia menunduk untuk melihat Wenny. “Wenny, ada yang ingin aku katakan sama kamu.”“Aku nggak ingin dengar.”“Kamu mesti dengar!”Hendro membuka p
Usai berbicara, Hendro langsung meninggalkan tempat.Mona sedang larut dalam rasa takut. Rasa serakah dalam sesaat, membuatnya menyamar menjadi Wenny. Sekarang Hendro akan membuat keputusannya menjadi hal yang paling disesalinya dalam hidup.Kehidupan Mona telah berakhir.Mona melihat ke sisi Justin. Pada saat ini, Justin adalah penyelamat terakhirnya.Latar belakang keluarga Justin memang tidak bagus, tetapi dia pekerja keras. Selama beberapa tahun ini, dia telah menghabiskan uang miliaran di diri Mona. Selain itu, apa pun yang terjadi dalam keluarganya, Justin akan maju untuk membantunya menyelesaikan semua itu. Jadi, Mona tidak boleh kehilangan Justin.“Justin, maaf, semua ini salahku …. Kamu bawa aku pulang, ya? Aku akan melewatkan hariku bersamamu dengan baik ….” Mona menangis sembari menarik tangan Justin.Hanya saja, Justin berusaha sekuat tenaga untuk menepis tangannya. “Mona, sekarang kamu nggak bisa tinggal di Kota Livia lagi. Saat kamu sudah jatuh, kamu baru kepikiran dengan
“Permisi, orang kaya mana yang kamu gaet hingga bisa mendapatkan begitu banyak tawaran dalam belakangan waktu ini?”Pertanyaan para reporter semakin tajam lagi. Wajah Mona kelihatan pucat pasi. Dia mengangkat kepalanya melihat ke sisi para penggemar.Rasa suka penggemar kepadanya langsung lenyap. Semuanya memarahi Mona, “Kami benar-benar sudah buta.”“Tadinya aku kira dia itu cewek imut yang polos, ternyata dia itu cewek penggoda!”“Ayo, kita pergi.”Para penggemar mencampakkan Mona, lalu meninggalkan tempat.Mona tahu riwayatnya telah berakhir. Tujuan dia mengadakan pesta ulang tahun hari ini adalah ingin berjalan ke puncak hidupnya, tetapi siapa sangka dia akan dihancurkan oleh dirinya sendiri.Satu detik lalu, Mona masih berada di surga. Namun satu detik kemudian, dia malah dijatuhkan dengan kuat dari atas surga, jatuh ke dalam jurang.Apa yang harus Mona lakukan?Mona menengadah kepalanya melihat pria di lantai atas. Hendro sedang berdiri tegak di sana. Sepasang matanya kelihatan t