Landy bertanya, "Wenny, kamu masih bilang nggak nguntit Pak Hendro? Kamu jelas-jelas ikut dia ke sini!""Wenny, kamu benar-benar licik! Kamu bahkan tahu Pak Hendro tinggal di lantai sembilan? Nguntit dia sampai segitunya, kamu sakit jiwa ya?"Wenny menoleh ke arah Hendro sambil bertanya, "Pak Hendro, kamu tinggal di lantai sembilan?"Dengan tatapan mata, Hendro menunjuk ke pintu bernomor 901. "Aku tinggal di sini."Wenny merespons, "Oh."Kemudian, Wenny berjalan ke depan pintu 902. Dia memasukkan kode sandi. Seiring terdengarnya bunyi, pintu pun terbuka.Hana, Susan, dan Landy ternganga lebar.Wenny ternyata benar-benar tinggal di unit 902?Dia benar-benar tinggal di Apartemen Emperor, bahkan persis di seberang unit Hendro?Wenny masuk ke dalam, tetapi sebelum menutup pintu dia sempat melirik ke arah mereka dan berujar santai, "Eh, ternyata kalian benar. Aku dan Pak Hendro memang tinggal seberangan."Ctak.Pintu langsung ditutup oleh Wenny."Sshh."Landy sontak terperanjat. Kenapa anak
Tidak.Bagaimana mungkin?Hendro merasa dirinya sedikit lucu. Kenapa dia sampai menyamakan Wenny dengan pendiri yang penuh pesona itu?"Pak Hendro, gimana kalau kamu antar aku pulang saja?"Tadi, Wenny berdiri di luar mobilnya sambil bertanya apakah dia bisa mengantarnya pulang.Hendro tak bisa menahan senyum. Wenny sudah punya mobil sendiri, tetapi masih pura-pura minta diantar. Tindakannya jelas hanya untuk membuat Hana kesal.Juga untuk menggoda dirinya.Nyali wanita ini benar-benar makin besar sekarang.Pada saat ini, Hana, Susan, dan Landy masuk ke dalam mobil. Hana duduk di kursi depan, sedangkan Susan dan Landy duduk di kursi belakang. Hendro menginjak pedal gas. Mobil mewah Rolls-Royce Phantom itu meluncur mulus di jalan raya.Hana benar-benar tak bisa menerima kenyataan bahwa Wenny juga mengendarai Rolls-Royce seperti Hendro. Memangnya siapa dia? Bisa-bisanya naik Rolls-Royce?Hana langsung bertanya, "Hendro, Wenny pakai uang kamu lagi ya?"Susan menambahkan, "Pak Hendro, wakt
Wenny sungguh kehabisan kata-kata. Pada saat itu, mobil barunya tiba. "Maaf semuanya, aku sebenarnya cuma lagi tunggu mobil. Jadi, aku nggak bisa ngobrol lama-lama. Aku mau pergi dulu.""Tunggu mobil? Tunggu taksi maksudmu?" Hana tertawa sinis. "Wenny, di depan rumah sakit ini susah banget lho dapat taksi."Dulu Wenny memang sering naik taksi, jadi wajar kalau Hana berpikir begitu.Susan menatap Wenny dari atas ke bawah dengan tatapan meremehkan. "Wenny, aku benar-benar nggak habis pikir sama kamu. Lihatlah para alumni dari kampus kamu, mana ada yang nggak punya rumah dan mobil? Semua hidupnya mapan dan sukses. Cuma kamu yang masih naik taksi ke mana-mana. Kamu tuh benar-benar mempermalukan julukan wanita genius."Landy menarik tangan Susan. "Sudahlah, Susan. Jangan lanjut lagi. Sebenarnya, Wenny juga cukup kasihan."Wenny melihat mobil barunya sudah berhenti di tepi jalan. Sopir turun dan berjalan mendekatinya.Wenny maju beberapa langkah. Dia melewati Susan dan Landy, lalu berhenti t
Hendro mengangkat kepala, lalu melihat Wenny.Ternyata Wenny datang ke rumah sakit milik Jatera.Saat itu juga, lengan Hendro langsung digenggam erat. Hana memeluk lengannya. "Kenapa Wenny datang ke sini? Hendro, aku nggak mau lihat dia. Tiap kali lihat dia, rasanya jantungku nggak enak."Hendro mengalihkan pandangannya dari tubuh Wenny, lalu menarik tangannya dari pelukan Hana. "Kalau begitu, ayo kita pulang. Aku bawa mobilnya ke sini dulu."Setelah berkata begitu, Hendro langsung pergi keluar.Sejak kembali dari Kota Walles, Hana terus menempel pada Hendro. Hendro juga selalu menuruti semua keinginannya dan memang tidak pernah menghubungi Wenny lagi. Namun, Hana bisa merasakan bahwa Hendro mulai bersikap dingin padanya.Saat ini, perasaan cinta Hendro terhadapnya sudah hilang. Yang tersisa hanya rasa tanggung jawab.Hana mengepalkan tangannya dengan marah.....Wenny masuk ke Jatera dan bertemu dengan kakak seperguruan ketiganya, Eddy.Eddy tersenyum menyeringai. "Wenny, kamu kelihat
Landy mengingat-ingat, lalu berucap, "Aku ingat sedikit, Jatera itu melantai di pasar saham luar negeri pada tanggal 11 April. Kalau nggak salah, orang-orang menyebutnya sebagai Legenda 411."Susan mengangguk. "Benar."Hana menatap obat di tangannya. "Kalau begitu, pendiri perusahaan ini benar-benar luar biasa ya. Hendro, kamu kenal sama pendirinya?"Sebenarnya Hana masih merasa sangat kesal, tetapi dia tidak berani lagi marah-marah ke Hendro. Justru sebaliknya, dia berusaha lebih keras untuk merebut hati Hendro. Semua kemarahannya diam-diam dia arahkan kepada Wenny.Hendro berpikir sejenak. "Kami pernah bertemu sekali."Hendro memang pernah bertemu pendiri Jatera. Itu terjadi enam tahun lalu di Angeles, Amreika.Saat itu, Hendro sudah menjadi tokoh penting di dunia bisnis dan diundang menghadiri pertemuan pelaku bisnis di Lagas. Malam itu bertepatan dengan hari Jatera resmi melantai di bursa saham luar negeri. Dia masih ingat suara detik jam yang dipukul pendiri Jatera pada tengah mal
"Tunggu dulu!" Wenny langsung memotong makian Hana, "Hana, kamu salah paham. Tadi malam, aku sama sekali nggak menggoda Pak Hendro. Justru sebaliknya, aku sudah berusaha keras menolak, tapi Pak Hendro malah memanfaatkan keadaanku yang lagi demam dan lemah untuk memaksaku."'Apa?'Hendro memaksa?Hana benar-benar tidak percaya. Dia sangat mengenal Hendro. Di sekelilingnya, selalu ada banyak wanita cantik sehingga dia sama sekali tidak kekurangan wanita.Hana sendiri mencoba mendekatinya beberapa kali, tetapi selalu ditolak dengan alasan sibuk atau tidak mood. Bisa dibilang, Hendro adalah sosok yang sangat menjaga diri.Namun sekarang, Wenny bilang Hendro memaksanya saat sakit?Hana menolak percaya. "Nggak mungkin! Kamu bohong!"Wenny menoleh ke arah Hendro sambil berujar, "Pak Hendro, kamu ada di sini sekarang. Tolong kasih tahu Hana, apa aku lagi bohong?"Hendro melirik ke arah Wenny, lalu membuka mulut dan berkata, "Semua yang dia katakan benar."Hana langsung terdiam. Dia benar-benar