"Oke."Wenny segera mengeluarkan sebilah pisau tajam, "Pak Morgan, aku akan mulai sekarang!"Morgan menjawab, "Silakan."Morgan pun memejamkan sepasang matanya.Wenny mengangkat pisau. Ujung pisau yang tajam langsung diarahkan ke jantung Morgan."Jangan!"Pada saat itu, Vero berlari turun dari ranjang dan menghentikan Wenny. Dia terjatuh ke pelukan Morgan dan memeluknya erat-erat.Morgan membuka matanya dan menatap Vero. "Vero, kamu kenapa?"Vero menggeleng. "Morgan, aku nggak mau kamu mati!"Morgan menatapnya dengan lembut. "Selama bisa menyelamatkanmu, aku siap melakukan apa saja!"Vero membalas, "Kenapa kamu begitu baik padaku? Dulu kita menikah karena perjodohan keluarga. Aku tahu kamu nggak menyukaiku."Morgan mengulurkan tangan dan meraih wajah Vero dengan lembut. "Dulu, kita memang nikah karena dijodohkan keluarga. Saat menikah, aku memang nggak menyukaimu. Sebenarnya, bagiku menikah dengan siapa pun sama saja."Sebagai pewaris keluarga kaya, pernikahan hanyalah alat untuk mempe
Vero memarahi, "Kamu!""Hahaha."Tamara tertawa terbahak-bahak sejenak. "Hana, ayo kita pergi."Tamara dengan angkuhnya berjalan keluar bersama Hana.Vero berseru, "Hana!"Melihat Hana pergi dengan Tamara, Vero mengulurkan tangan untuk menekan dadanya. Ekspresinya terlihat kesakitan.Morgan memeluknya dengan cemas. "Vero! Vero!"Wenny segera berkata, "Pak Morgan, cepat letakkan Bu Vero di ranjang. Biarkan aku memeriksanya!"Hendro dan Vero sudah pingsan. Setelah jarum ditusukkan pada Hendro, dia jatuh pingsan. Kini, Wenny bergegas memeriksa denyut nadi Vero.Morgan bertanya cemas, "Wenny, racun sihir itu kembali menyerang tubuh Vero?"Dulu, Tamara yang menanamkan racun sihir pada Vero. Namun, itu bukanlah racun seperti yang ada pada Hendro sehingga Wenny masih bisa mengobatinya.Vero yang wajahnya sudah pucat masih coba menenangkan, "Aku nggak apa-apa."Morgan memegang tangan Vero. "Vero, ini salahku. Aku nggak tahu Tamara bisa berubah menjadi orang seperti itu. Akulah yang membiarkann
Hendro melambaikan tangannya. Sekelompok pengawal berbaju hitam masuk dengan cepat, lalu langsung mengepung Tamara dan Hana.Hendro berujar, "Tamara, kamu sudah ditangkap, nggak bakal bisa melarikan diri lagi. Kalau nggak menghilangkan racun sihir itu hari ini, kamu nggak akan bisa melihat matahari esok."Morgan menatap Tamara dengan tajam. "Tamara, hidupmu sudah di ujung tanduk. Cepatlah hilangkan racun sihir itu!"Tamara malah tidak merasa takut sedikit pun. "Wenny, kamu adalah Dewa C si dokter ajaib nasional. Masa kamu nggak tahu kalau aku mati, racun sihir yang ada di tubuh Hendro nggak akan bisa teratasi? Jadi, kalianlah yang seharusnya paling takut sesuatu terjadi padaku. Kalian harus berdoa agar aku panjang umur!"Wenny mengerutkan alis indahnya.Yuvi langsung membentak, "Tamara, jangan macam-macam lagi. Pengawal, tangkap dia!"Para pengawal berbaju hitam maju untuk menangkap Tamara.Hana sontak cemas.Namun, Tamara hanya tersenyum dengan tenang dan tidak takut sedikit pun. Saat
Tamara menatap Vero dengan penuh kebencian. "Vero, sekarang kamu sudah senang, 'kan? Kamu yang merebut Morgan dariku. Kamu yang merebut posisi Nyonya Yale. Semua yang kamu miliki sekarang adalah milikku!"Vero tertawa dingin. "Tamara, aku rasa kamu benar-benar sudah gila. Kamu yang selalu mengincar suami orang lain, bahkan menggunakan ilmu hitam dari Yontas untuk menyakitiku. Semua yang terjadi ini adalah akibat dari perbuatanmu sendiri!"Tamara perlahan berdiri. "Kalau itu akibat perbuatanku, memangnya kenapa? Anak kandungmu sendiri saja nggak menyukaimu. Anak kandungmu lebih memilih untuk bersamaku!"Usai berkata demikian, Tamara menatap Hana, "Hana, apa kamu mau Vero menjadi ibumu?"Hana tahu bahwa dia kini harus membuat pilihan. Dia mendekat ke Tamara. "Aku nggak mau!"Vero merasa hatinya hancur. Hana adalah satu-satunya anaknya dengan Morgan, tetapi dia terus-menerus mengecewakannya dan membuatnya makin kecewa.Selama bertahun-tahun, Hana tidak dibesarkan di sisi dirinya dan Morga
Morgan menatap ke arah Tamara. "Tamara, apa kamu nggak merasa perlu memberikan penjelasan padaku tentang ini?"Tamara tahu bahwa dia sudah tidak bisa mengelak lagi. Tidak ada gunanya berbohong sekarang. Dia menatap Morgan. "Morgan, kamu mau aku menjelaskan tentang apa?"Sikap Tamara membuat Morgan makin marah. Dia maju dua langkah dan langsung mencengkeram leher Tamara. "Tamara, aku sudah begitu memercayaimu. Kenapa kamu melakukan ini? Vero adalah istriku, dia adalah Nyonya Yale. Kenapa kamu harus melukainya? Dulu saat melahirkan, dia hampir saja kehilangan nyawa. Konyolnya, selama ini aku malah melindungimu dan masih mengira kamu adalah orang yang baik, polos, dan baik hati!"Tamara merasa kesulitan bernapas karena lehernya dicekik. Saat ini, wajah Morgan yang penuh amarah makin membesar di matanya. Dia membalas sambil menyeringai, "Tamara yang polos dan baik hati itu sudah mati sejak lama!"Mata Morgan memerah. Aura yang dipancarkan tubuhnya terasa sangat dingin. Kebencian yang luar
Hana berbalik dan melihat Morgan, Vero, Hendro, Wenny, dan Yuvi yang ada di dekat pintu. Sepasang matanya langsung membelalak. Dia sontak membeku di tempat.Hana terkejut hingga tidak bisa berkata-kata. "Kenapa kalian ada di sini?"Hendro melangkah masuk dengan senyum tipis di bibirnya, lalu berucap dengan dingin, "Tentu saja karena mengikutimu ke sini."Saat itu, pembantu terburu-buru berjalan masuk. Dia begitu ketakutan hingga tidak berani menatap ke atas. "Maaf, Nyonya Tamara, Nona Hana. Pak Morgan dan Pak Hendro datang. Tadi, aku nggak berani lapor dulu."Pada dasarnya, Hana dan Tamara bergantung hidup pada Morgan. Vila ini adalah properti milik Keluarga Yale. Semua pembantu di sini mengikuti perintah Morgan. Sebab, jelas dia adalah pemiliknya.Hana benar-benar kesal. Dia menatap Hendro sembari bertanya, "Hendro, apa maksudmu dengan mengikutiku ke sini?"Tamara juga kehabisan kata-kata. Dia sudah tahu bahwa Hana adalah rekan yang tidak bisa diandalkan. Sekarang, jelas bahwa Hendro