Victor memperhatikan dengan saksama ekspresi wajah Yuvi. "Ada apa?"Di seberang, Jessica terdengar cemas. "Victor, sadarlah. Nona Yuvi itu cuma seorang wanita penggoda. Dia berniat merayumu!"Yuvi kehabisan kata-kata. Mengatakan hal itu tepat di hadapannya, apa pantas?Selain itu, Yuvi sama sekali tidak menggoda Victor. Justru pria itulah yang memaksa dirinya.Yuvi mendongak, lalu menatap Victor dengan tatapan yang penuh amarah.Victor melihatnya. Yuvi baru saja bangun tidur. Rambut hitam panjangnya terurai berantakan. Wajahnya terlihat murni dan cantik. Di tubuhnya, hanya ada tank top tipis sehingga sebagian besar kulit putih mulusnya terpampang. Dia mendongak dengan wajah mungil. Mata beningnya penuh protes dan rasa malu, seolah-olah ingin marah tetapi juga menahan diri.Tubuh Victor kembali panas. Tanpa menahan diri, dia menunduk dan mencium Yuvi.Yuvi kaget sampai bersuara. Dia benar-benar terkejut sekaligus ketakutan. Dia tidak menyangka Victor akan begitu berani. Bahkan saat masi
Victor menatapnya. "Kamu sentuh aku?"Kapan pria itu bangun?Bulu mata panjang Yuvi bergetar. Wajah mungilnya langsung merona karena pertanyaannya. Dia buru-buru menarik kembali pergelangan tangannya. "Nggak kok."Victor malah menggenggam tangannya erat, lalu menatapnya dengan tatapan penuh minat. "Nggak menyentuhku? Jadi, barusan kamu mau apa? Nona Yuvi, coba jelaskan dengan baik.""A ... aku ...." Yuvi benar-benar tidak tahu harus menjelaskan apa.Victor justru melengkungkan bibir tipisnya dengan senyum yang penuh arti. "Nggak bisa menjelaskan? Menurutku, Nona Yuvi sebenarnya tergoda oleh kegantenganku, bahkan sampai tenggelam di dalamnya."Yuvi langsung menarik tangannya sekuat tenaga dan membantah, "Aku nggak begitu!"Victor malah membalikkan tubuh dan langsung menindihnya.Yuvi terkejut. "Kamu mau apa?"Victor balik bertanya, "Menurutmu, aku mau apa?"Tubuh Yuvi seketika menegang. Sebab, dia bisa merasakan jelas perubahan pada tubuhnya. Sesuatu yang keras menekan dirinya.Semalam
Saat itu, pintu depan tiba-tiba terbuka. Molita sudah pulang. Dia langsung memanggil, "Kak Yuvi."Yuvi sangat terkejut. Dia buru-buru hendak turun dari tubuh Victor. "Molita sudah pulang."Victor justru mencengkeram pinggang rampingnya dan tidak membiarkannya pergi. "Nggak boleh pergi.""Kamu gila ya? Molita sudah pulang. Dia lagi mencariku!"Suara Molita terdengar makin dekat. "Kak Yuvi, kamu di mana? Kak Yuvi? Kak Victor?"Molita mulai mencari-cari Victor juga.Wajah Yuvi langsung merah padam. Kalau Molita masuk dan melihat apa yang sedang terjadi antara dirinya dan Victor, ke depannya dia pasti tidak akan sanggup menghadapinya lagi."Victor, lepaskan aku! Molita lagi mencari kita. Jangan seperti ini!"Victor merendahkan suaranya ketika berucap, "Telepon Molita, bilang padanya kalau malam ini kamu nggak akan datang lagi."Apa maksudnya?Yuvi segera menolak, "Nggak mau!"Victor menatapnya. "Nggak mau yang mana? Nggak mau meneleponnya atau nggak mau bermalam di kamarku?"Victor bisa-bi
Yuvi mengerutkan alisnya karena rasa sakit.Victor menunduk di atas tubuhnya. Dia mengecup lembut telinga putihnya yang mungil. "Yuvi, ini adalah hukuman untukmu!"Yuvi langsung menggigit bahu pria itu.Mata Victor sudah memerah. Dia menahan kedua pergelangan tangan Yuvi, lalu mulai memaksanya.Yuvi benar-benar tidak tahu bagaimana dirinya bisa kembali bergulir di ranjang bersama Victor. Padahal mereka sudah putus, tetapi entah bagaimana mereka lagi-lagi terjerat satu sama lain.Apalagi, barusan Victor baru saja kembali dari kencan dengan Nissa.Yuvi merasa tubuhnya sangat tidak nyaman. Dia sedang hamil. Di tiga bulan pertama kehamilan, tidak boleh ada hubungan intim yang terlalu keras. Dia takut akan membahayakan bayinya."Victor, pelan-pelan. Aku kesakitan!"Namun, Victor tidak mau berlemah lembut. Siapa suruh Yuvi berkali-kali mempermainkannya? Di perjalanan pulang tadi, dia sudah berpikir bagaimana cara menghukumnya.Suara parau Victor terdengar dingin. "Kalau sakit, terima saja!"
Mata Yuvi membesar saking terkejutnya. Pria itu bisa-bisanya memaksa menciumnya.Yuvi segera mengangkat kedua tangan kecilnya untuk menekan dada bidangnya, lalu mendorongnya menjauh. "Pak Victor, sebenarnya apa yang kamu mau? Pagi bersama Jessica, malam bersama Nissa belum cukup, sekarang kamu masih mau menambahkan aku juga?"Victor menyeringai dingin. "Waktu di ranjang, semuanya akan kuberikan padamu. Gimana?"Wajah mungil Yuvi langsung memerah. Dia mengangkat tangan dan hendak menampar wajah tampannya.Hanya saja, pergelangan tangannya langsung ditangkap kuat-kuat oleh Victor. "Nona Yuvi, sekali tamparan berarti sekali bercinta. Kamu berani nggak melakukannya?"Yuvi terkejut hingga buru-buru mencoba menarik kembali tangannya. "Victor, jangan begini padaku!"Hanya saja, Victor langsung menariknya ke dalam pelukannya. Kedua tangannya membingkai wajah mungil Yuvi, lalu menunduk dan mencium paksa bibirnya.Aroma maskulin yang bersih dan dingin dari tubuh Victor seketika menyelimutinya. Y
Bulu mata panjang Yuvi bergetar. Apa maksud ucapannya barusan? Dia pulang atau tidak pada malam ini, bukanlah sesuatu yang bisa dia kendalikan.Tetesan hujan masih mengalir dari rahang tegas dan tampan Victor. Yuvi khawatir dia masuk angin sehingga segera berkata, "Kamu kehujanan. Aku ambilkan handuk untukmu."Yuvi masuk ke kamar mandi untuk mengambil sehelai handuk, lalu menyerahkannya padanya. "Laplah dulu, lalu segera mandi dengan air hangat. Jangan sampai sakit."Victor malah langsung membuang handuk itu ke lantai. "Nona Yuvi, untuk apa sekarang berpura-pura peduli padaku? Apa kamu berniat mempermainkanku lagi?"Yuvi menatap handuk yang jatuh di karpet, lalu benar-benar tertegun. "Pak Victor, apa maksudmu? Kamu ini seperti orang yang habis makan mesiu. Apa kamu nggak senang dengan kencanmu bersama Nissa tadi?"Usai berbicara, Yuvi berbalik dan hendak pergi.Namun, Victor langsung menarik lengannya dan menahannya agar tidak pergi.Yuvi berusaha melepaskan diri. "Apa yang kamu lakuka