Share

BAGIAN ENAM

"Kamu lihatkan, beginilah kejadianya sehingga kita tidak bisa menolongnya bertahun tahun."

"Ada trauma mendalam di hatinya" aku mengatakan kemudian.

"Kamu pintar menginterogasi, bagaimana jika kamu masuk kepolisian saja" Azfer tersenyum setelah memujiku. Jenis senyuman yang membuatku membeku beberapa detik. Tuhan tolong jauhkan orang tampan ini dari hidupku, bagaimana aku bisa bertahan jika setiap hari diberikan senyuman begini, sadar ana sadar, kamu ini orang Indonesia dia turki, batinku meronta.

"Sekarang kamu tau sendiri pengakuanya, berarti memang Emir tidak ada salah, opsi kedua kita harus mencari pembunuh itu siapa" kataku kemudian.

"Tunggu sebentar" Azfer menghilang dibalik pintu setelah berkata demikian 30 detik kemudian dia menbawa dua orang sipir dengan kursi roda.

"Tolong dibawa ke klinik" dua sipir itu menganguk lalu mengangkat Emir dan meletakkanya dikursi roda. Azfer membukakan pintu cepat sehingga dua orang sipir tersebut bisa keluar ruangan dengan mudah. Lalu sipir itu membawa Emir untuk di berikan perawatan. Kami mengikuti keluar, kami meninggalkan ruangan barusan.

"Kamu belajar psikologi juga"

"Sedikit, pernah kursus dulu waktu kuliah di Indonesia" aku ku. Dia manggut-manggut.

"Apakah kamu pernah mencari orang yang bertengkar dengan Hatice ini?" Tanyaku.

"Iya pernah, tapi sayang tidak ada CCTV disana, jadi kami mengandalkan lukisan, tapi lukisan pun juga tidak membuahkan hasil".

"Orang-orang disana, pelayan apalah"

"Itu tempat sepi nona, itu sebuah rumah diperumahan menengah" jawabnya, aku tersenyum, aku menertawai diriku sendiri lebih tepatnya.

"Apakah kita akan ke tempat TKP"

"Ya boleh, tapi hari sudah hampir sore, bagaimana kalau besok senin saja"

"Boleh, jam berapa?"

"Jam tujuh, aku jemput di tempatmu saja biar tidak buang-buang waktu" Aku menganguk setuju dengan usulan Azfer, lalu kami memutuskan kembali ke kantor Azfer.

Azfer membawaku ke tempat Azfer bekerja, setelah urusan kami selesai dengan Emir, Azfer akhirnya mengembalikkanku dimana aku pertama kali bertemu denganya, aku tidak ada keperluan sebenarnya, urusanku dengan pak Serge juga belum mendapatkan masalah baru. Beliau sangat sibuk tentu saja, selain hakim beliau ternyata juga seorang dosen disebuah perguruan tinggi didekat sini.

"Terima kasih" kataku pada Azfer setelah aku turun dari mobilnya,

Ia menganguk dan melambaikan tangan sekilas padaku, lalu mengambil parkir, aku langsung saja berjalan meninggalkan depan gedung kepolisian itu. menjauh dari Azfer, lama-lama dengan orang setampan dia bisa membuatku lupa daratan.

**

Dreeet drettt drettt handphone ku bergetar dalam tas

IBU IS CALLING

"Halo assalmu'alaikum bu"

//Waalaikum salam nak, bagaimana kabarnya//

"Baik. Bu gimana di Indonesia"

//Baik alhamdulilah baik keluarga semua sehat, kapan pulang//

"Hah ibu, tesis saja belum"

//Hahaha, ayo semangat ibu bantu doa dari sini//

"Terima kasih bu, bu saya magang ditempatnya lawyer terkenal di Turki, doakan ya bu, saya dapat nilai bagus"

//Amin pasti ibu doakan, ibu doakan juga dapat jodoh//

"Hust ibu, Ana masih panjang jalanya"

//Siapa tau kan dapat jodoh mapan//

"Akh ibu, jangan gitu, Ana harus kembalikan biaya yang Ana pinjam”

//dapat jodoh itu kan juga rejeki//

"Hemmm, ya udah amin deh"

//Kuliahnya baik?//

"Alhamdulilah bu doakan cepat tesis"

//Aminnn, sudah ya ibu ada hajatan//

"Iya bu, ibu jaga kesehatan baik baik ya"

"Iya, wassalamualikum" Ku hembuskan nafas bahagia, semangatku bertambah karena suara ibu barusan.

handphone ku kembali bergetar kulihat layarnya.

MERT IS CALLING

Ku lempar handphoneku dalam tasku segera. Aku malas menjawab, lebih tepatnya aku sengaja menghindari Mert. Dia semacam annoying dalam hidupku, padahal sudah jelas-jelas yang ku katakan aku menolaknya terang-terangan, tapi dia masih saja dengan kekuhnya mencari cara mendatangiku. Katanya yang inilah yang itulah. Kadang juga menelephone tidak penting. Syukurlah aku bertugas di sini, jadi jauh dari wilayah kampus dan aku tidak perlu repot-repot membuat banyak alasan menghindarinya.

Aku memandang berkeliling dan segera berjalan menuju halte bis terdekat. Aku harus ke tempat Ardan. Dimana aku harus berdiskusi denganya sedikit tentang kasus ini.

**

Kantor advokat ini tidak besar tapi orang orang didalam sini sangat Baik, termasuk Ardan

"Permisi,.Ardan ada?" tanyaku pada Wina. Dia resepsionist yang ku kenal saat pertama sekali magang disini.

"Sebentar ya bu, saya cekkan dulu" katanya santai lalu mengecek telephonenya. Aku menunggu sambil mengetukan jariku pelan.

"Anda di tunggu diruangan pak Ardan" katanya tersenyum setelah meletakkan telephone nya.

"Terima kasih" kataku lalu berjalan ke ruangan Ardan.

"Tünaydın" kataku setelah membuka pintu.

"Tünaydın" dia menoleh padaku dan tersenyum meletakkan bukunya.

"Ada kabar baik?" Tanya Ardan. aku langsung masuk dan menutup pintunya cepat.

"Banyak ku rasa pak" kataku tersenyum.

"Duduklah, kamu pasti penat sekarang" tebaknya tepat. Aku hanya tersenyum menanggapinya. Aku membuka tasku lalu mengeluarkan dokumen Emir, dari sana menyodorkannya ke depan Ardan, ia memandanginya sekilas lalu mengambilnya.

"Emir yaman?" Katanya membaca berkasku

"Iya pak" lalu aku menceritakan kasusnya

"Kasus ini jelas-jelas terbukti Liana" kata Ardan masih membaca berkas.

"Pak dengar kenyataanya tidak begitu" kataku, dia menganguk pelan.

"Coba tanyakan pada komisioner yang memegang kasusnya, apakah bisa mencari bukti yang lain?" Ia menutup filenya. Aku menimbang-nimbang mendapatkan pertanyaan semacam itu dari Ardan.

"Ku rasa dia bisa mencarinya lagi pak" kataku.

"Dengar An, ini kasus pidana, bukti sudah sangat kuat, lalu keluarganya menuntut banyak, kalau tidak bisa ditemukan sangsi lain ku rasa kau tidak usah mengambilnya, ambilah kasus yang baru"

"Pak dengar dulu, saya merasa Emir tidak bersalah disini, aku coba diskusikan dengan detektif Azfer besok, kami akan berusaha" kataku yakin, yang menerima perkataanku menerawang jauh.

"Baiklah, aku tunggu perkebangan saja darimu" katanya akhirnya aku lega disaat bersamaan.

**

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status