Share

BAGIAN LIMA

 Liana POV

"Aku akan kembali saja pak Azfer..." Katanya kemudian setelah tidak menyambut tanganku. Dia bangkit tapi Azfer lebih cepat mencegahnya.

"Tunggu pak, kita akan berusaha mengeluarkan anda" Azfer mencoba mencegah Emir.

"Biarlah saya disini saja pak, percuma hasilnya akan tetap sama" yang punya diri terlihat sekali putus asa. Aku berdiri mematung melihat mereka berdebat.

"Kita harus berusaha setidaknya" Azfer menyemangati dengan tegas. Sepertinya karena Azfer sering membawa lawyer untuk dia, dua orang ini jadi akrab. Aku menarik kembali tanganku, percuma aku tidak disambut, kesan yang sangat buruk.

"Pak saya akan berusaha untuk bapak, saya mohon pak, bantu saya" akhirnya kataku keluar setelah sekian ratus yang ku rangkai, sangking tercekatnya tengorokanku.

Emir melihatku sekian detik, ia menelisik kedalam mataku ku kira. Sekian detik kemudian dia luluh dan menganguk pelan. Akhirnya dia bersedia duduk kembali tanpa terpaksa. Azfer yang melihat interaksi aku dan orang ini wajahnya sedikit rileks.

"Saya memang mahasiswa sementer akhir profesi disini pak, tapi saya optimis bisa membantu agar bapak bisa keluar dari tempat ini, dan nama baik bapak kembali seperti dulu"  Ana menyakinkan.

"Kalau penyelidikan ini lebih dari tiga bulan, saya rasa anda harus menyerah" kata Emir tegas, ku pandang Azfer. Sedangkan yang dipandang hanya menatapku dalam.

"Apakah itu syarat dari bapak?" Tanyaku kelu.

"Iya" mereka bertemu mata dan pandangan keduanya dalam. Secarik sinar dari dalam mata Emir adalah dia tidak perlu pembuktian yang bagaimana untuk kasus ini, toh waktu sudah berjalan hampir lima tahun.

"Baiklah" Aku menyangupi.

"Pak detektif yang mendampinginku adalah orang yang luar biasa, ku rasa kita optimis bisa menemukan juru kunci lainya selain anda" kataku tenang.

"Azfer yang dikatakan begitu langsung melotot tajam"

Ana mulai dengan berbagai pertanyaanya, satu persatu pertanyaan dijawab dengan mudah hingga pada pertanyaan saat malam kejadian.

"Bagaimana kondisi ketika bapak masuk tempat kejadian, setelah bapak menerima massange itu " Emir menarik nafasnya panjang, lalu mulai dengan ceritanya untuk TKP.

"Saya berjalan menyusuri halaman depan yang luas, saya tau itu rumah saudara Hatice yang memang disewakan pada Hatice sampai dia lulus kuliah, rumah itu senyap, dan tidak sepeti biasanya, aku berlari ke lantai atas dikamar yang biasa Hatice ceritakan, dia sering bercerita dia suka menempati kamar lantai atas, karena di lantai satu dia seperti tidak nyaman, aku berlari menaiki tangga, sa-"

"Stop!"

Emir lansung menoleh tajam, sedangkan Azfer langsung memelototiku, mungkin menurut mereka adalah harus konsentrasi dengan masalah itu baik, tapi tidak dalam psikologi, masalah yang membuat ingatan seorang terluka tidak baik untuk dibuat konsentrasi, itu hanya akan memunculkan trauma yang sama dan hasilnya pasti nihil.

"Tenang dulu... Maksud aku, biar pak Emir tidak sampai pingsan" kataku kikuk karena aku dipandangi dua orang dengan sorot tajam sekarang.

"Jadi bapak berdiri ikuti saya" Emir pun akhirnya mengikuti saya berdiri.

"Pak Azfer ngapain ikut?" Aku bengong melihat Azfer mengikuti kata kataku agar berdiri seperti pak Emir.

"Katanya disuruh berdiri?"

"Ya saya nyuruh pak Emir aja, bukan bapak juga" kataku menahan tawa, aku tidak ingin tertawa dan berakhir membuat suasana jadi drama komedi. Lalu kemudian dia duduk kembali.

"Bapak tarik nafas perlahan keluarkan perlahan sampai tiga kali" kataku memperagakan, kalau kita ingin meracuni otak yang melakukan prilaku yang sama yang menimbulkan hal negatif, coba pecahkan siklus yang sama, sehingga otak tidak lagi lagi melakukan hal yang sama karena siklusnya telah di belokkan.

"Lebih baik pak" kataku

"Bapak loncat tiga kali"

Hah!" Azfer yang menyahuti sekarang

"Ini bagian dari materi psikologi pak, jadi memang begini" aku menejelaskan

"Bapak ikut saya" aku lalu melompat lompat, ia melihatku tersenyum akhirnya senyuman tulus yang sedari tadi tidak ku dapatkan dari clien ku ini.

Akhirnya di lompatakanku yang ke dua dia akhirnya melompat dan mengikutiku, setelah ketiga aku tersenyum pada Emir.

"Bagaiaman pak? Agak rileks?" Tanyaku penuh senyuman.

"Mendingan..." Katanya tersenyum lagi lalu duduk.

"Bagaimana pak, setelah bapak berlari ke tangga"

"Saya menemui kekasih saya sudah tidak bernyawa, dan seseorang bertopeng hitam melakukanya berkali kali, merobek perutnya, aku terjatuh, kau tau aku sedikit phobia tentang darah, pelaku itu tau dan...." Emir kehilangan keseimbanganya, dia memijit kepalanya sebentar. kata-katanya sudah hilang. Dia oleng ke kiri untung Azfer sigap menangkapnya sebelum dia berakhir dilantai yang dingin ini. Emir sudah tidak sadarkan diri dalam tangan Azfer.

"Tolong bantu aku" pinta Azfer aku langsung sigap membantu Azfer melekakkan Emir ke bangku, aku mengeleng perlahan.

**

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status