Ana pov
Lima pasang mata profesor doktor didepanku terlihat sangat kejam. Mereka seakan-akan menghakimi ku tanpa celah. Judul tesis yang ku ajukan kepada mereka memang belum sepenuhnya sempurna, kasus yang ku tangani saja belum selesai sampai ujungnya. Tapi semua bahan sudah ku rangkum, semua sudah berjalan, sidang judul kali ini akan menemui titik panjang, ini belum sampai pada pertengahanya, baru judul aku didebat banyak professor orang orang yang sudah ahli dalam bidangnya berpuluh puluh tahun.
Sidang berjalan lancar, akhirnya judul tesis yang kuajukan direvisi dan disetujui, sedangkan Mert yang ada diruangan bersebelahan denganku sudah lebih dulu duduk didepan ruangan,
"Yeayyy" katanya menyambutku keluar dari pintu ujian, bersama Pelin dan yang lain.
Love ya
Azfer POV Istanbul seperti biasa. Pagi yang sangat macet, taxi yang ku tumpangi meninggalkan airport. Aku langsung menuju pengadilan tempatku berdinas. Aku tidak mau buang huang waktu. Aku harus menyelamatkan Xavi dan secepatnya menemukan bukti untuk menyeret Canzu ke pengadilan, wanita itu perlu memberikan penjelasanya untukku dan semua orang. Dia bermuka seperti wanita kelas atas tapi kenyataannya budi pekertinya tidak begitu. Kakiku setengah berlari menuju ruangan Ismet. Pas dia sedang akan keluar "Ismet!!" Teriakku lantang, beberapa orang melihatku, begitupun Ismet. "Hai abi, cepat sekali kembali?" Katanya berbalik dan memelukku sekilas. "Aku ada berita penting
Author pov Flash back Gedung Universitas Istanbul terlihat menjulang tinggi dari kejauhan, kampus ini adalah salah satu Universitas terbaik di turki, ini sudah seminggu dari kembalinya Azfer ke Istanbul, tapi Liana tidak muncul di kepolisian, Azfer juga sudah berkali kali mengirim pesan ke dia, tapi tidak ada satupun jawaban dari gadis manis itu, jadi dia putuskan untuk kesini saja, ke depan kampus, dia sudah memperoleh beberapa nomer mahasiswa fakultas hukum disini, bukan hal sulit kan bagi Azfer. "Halo, ini Elif bukan?, mahasiswa fakultas hukum?" Azfer menelephone Elif setelah dia mendapatkan kontaknya dari Ismet, dia bahkan berani mengesampingkan malunya hanya untuk menemui Liana. "Ini siapa, anda siapa?" Tanya Elif langsung histeris, nomer telephone A
Author POV Tinggg bunyi nyaring notifikasi ponsel nya membuat wanita cantik yang sedang menyesap tehnya itu berpaling, ia meletakkan gelasnya dimejanya dan segera membuka notifikasi ponselnya cepat. Gambar Azfer dan Liana ada disana, mereka begitu mesra, dan vidio terkahir adalah Azfer mencium Liana dalam mobil. lalu Liana mendorong Azfer, dan terakahir Liana pergi dari mobil Azfer. Amarahnya seketika memuncak, darahnya mendidih deras. Matanya seraya akan tanggal dari persendianya, jantungnya berpacu kecang sedangkan otaknya berdenyut panas sekarang. Dia langsung berdiri, dengan cepat handphone ditanganya melayang dengan cepat dan kemudian yang terjadi. "Ahhhhhhhh!!!" Canzu berteriak histeris melihat kabar te
Author POV Sebenarnya luka yang dialami Azfer tidak separah yang dibayangkan Liana, tapi sayang gadis cantik itu belum sempat melihat. Bahkan sekarang saja Azfer sudah diperbolehkan keluar rumah sakit. Tanganya terluka sebelah kanan karena senjata tajam salah satu orangnya Denis. Mereka terlibat perkelahian sengit yang membuat tangan azfer sampai terluka, tapi untungnya tidak parah, lihatlah komisioner tampan itu sudah kembali masuk ke kantor ia bertugas dan menanyai ismet perihal bukti yang mereka dapatkan tadi malam. "Liana katanya kesini jam 11 abi" "Hah, dimana dia sekarang?" "Mungkin di ruangan hakim Serge" habis ismet berkata begitu, Azfer langsung pergi dari hadapan Ismet, Ismet sendiri kurang paham kenapa Azfer begitu?, mungkin efek jatuh ci
Author POV - Ruang penyekapan Liana- Liana menatap langit-langit ruangan, kamar ini lumayan besar. Bau wangi-wangian semacam apel, menguar memenuhi ruangan. Liana tidak bisa bergerak dalam ikatan yang begitu kuat itu. "Selamat sore pengacara cantik" seorang berpakaian formal dan terlihat cantik itu mendantangi Liana. Liana melihat ke atas. Alangkah terkejutnya dia saat melihat wajah orang yang baru saja datang menyapanya dengan senyuman lebar itu. "Canzu?!" Desis Liana ketika mengenali orang yang sekarang berada didepanya ini. Dia memang telah mendapatkan berita ini dari Azfer tapi sedikit banyak. Dia tidak percaya, bahwa wanita cantik ini adalah dalang dari kasus Emir. "Hai" senyum Canzu pudar, raut dingin tercetak jela
AUTHOR POV Malam yang panjang di Sile, kalau saja waktu bisa berputar kembali ke masa lalu Canzu akan memilih untuk menjadi gadis biasa, dengan kehidupan biasa, tapi nahas yang terjadi adalah hal sebaliknya. Setelah ibunya meninggal dia dipaksa untuk tinggal bersama ayah kandungnya, tanpa dia tau sosok ayahnya dari kecil. Dia di paksa berjalan sendiri dimegahnya rumah Suleiman Kozcouglu, yang bukan lain adalah ayah kandungnya, yang menjadikan dia seperti sekarang. Ini hari ke dua, seorang berpakian preman berjalan tergopoh gopoh pada Canzu. Dia harus melapor atau tidak habislah semua. "Nona Canzu" yang dipanggil menoleh santai. "Semua persiapan sudah selesai, kita harus pindah malam ini" alis Canzu terangkat mendapati perk
Azfer pov Untuk kedua kalinya hatiku menangis pilu. Untuk kedua kalinya pula aku membuat gadis ini terbaring pucat dalam perawatan di rumah sakit. Sudah jangan bayangkan lagi bagaimana diriku kini. Andai saja dia datang setelah kasus ini selesai mungkin lebih baik, tuhan tolong hukum aku segera. Aku melibatkan gadis yang ku cintai tanpa dia tau apapun. Kali ini yang terakhir, benar-benar harus yang terakhir. Aku harus memastikan semua ini sudah berakhir, apakah berakhir? kenyataanya Canzu belum ditemukan sampai sekarang ini. sudah dua hari setelah penemuan Liana di pulau pribadi Canzu. Tapi tidak ada tanda tanda Canzu ditemukan, media koran dan sebagainya sudah memberitakanya sampai pelosok negeri, tapi masih nihil. “Dimana kau bersembunyi wanita setan!? Tidak kau kau mendapat alasan lain selain mencintaiku, bagiku cintamu padaku itu hanya sebuah
Author pov Ardan berjalan cepat ke ruangan sidang "Tuan Ardan?" Seseorang menghentikan langkah Ardan sebelum membuka handle pintu ruang sidang "Iya" Ardan menoleh "Perkenalkan saya Ismet teman detektif Azfer, detektif Azfer menyuruh saya untuk memberikan dokumen ini kepada anda" kata Ismet menyerahkan file biru pada Ardan, Ardan lalu membuka map file tersebut, dia tersenyum sekilas. "Ini tugasnya nona Liana, bagaimana bisa di komisioner Azfer?" Tanya Ardan yang ditanya tak bisa menjawab dia tersenyum sekilas pada Ardan, Ismet bingung mengatakannya. "Bukankah nona Liana sedang dirawat?" "Iya tuan" kata Ismet mem