Home / Romansa / Cinta di Ujung Perpisahan / Bab 84 : Pertemuan Saudara

Share

Bab 84 : Pertemuan Saudara

Author: Dinis Selmara
last update Huling Na-update: 2025-06-05 23:12:48

“Siapa, Na?” tanya Kinara, nada suaranya datar namun mengandung rasa ingin tahu.

“Bu Dita dan Mbak Fani, Bu,” jawab Nana sambil sedikit membungkuk.

Kinara mengangguk pelan, menyembunyikan keterkejutan. Ia lalu memberi isyarat singkat. “Persilakan mereka masuk.”

Dita duduk dengan kaki bersilang dan wajah terangkat sedikit, masih dengan tampang angkuhnya. Pandangannya menyapu ruangan yang sejak lama dia dambakan itu. Kini, ia harus menelan pahitnya kenyataan bahwa dia tidak mendapat apa yang dia impikan.

Di samping Dita, duduk seorang gadis kecil yang diam menunduk, Tiara Fani. Usianya sepuluh tahun. Gadis itu adalah adik bungsu mereka, buah dari pernikahan Diani dan Fahri.

Kinara melirik gadis kecil itu tersenyum manis. Ia jarang, atau lebih tepatnya, hampir tidak pernah berinteraksi langsung dengan Fani. Sejak Diani dipenjara, Dita yang ditunjuk menjadi wali Fani. Keputusan itu diambil bersama, dengan pertimbangan bahwa Dita dan Fani akan tinggal di rumah keluarga. Rumah itu murni mil
Dinis Selmara

Di bab awal udah tak perkenalkan keluarga Kinara, tapi si adik baru nongol hihi ...

| 9
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (8)
goodnovel comment avatar
Ovy Azza
paniklah si dita kl fani ikut ara. bakalan ga da tambahan pemasukan dia nnti
goodnovel comment avatar
Shafeeya Humairoh
akal2an dita ini kan biar nambah uang jajannya. dasar mental pengemis
goodnovel comment avatar
ChiekAL
ealaah.... fani kamu cuma dijadiin umpan buat nyari duit.. masa 40 jt masih kurang.. sekolah ama les apaan yg ada kebanyakan les anak setress tertekan ga ada tempat main sejenak... dah laah raaa... ambil fani kamu yg asuh kesian dia nasibnya ngga beda jauh kaya kamu dulu...
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Cinta di Ujung Perpisahan   Bab 85 : Adik Se-ayah

    Keesokan harinya, langit Bandung mendung sejak pagi. Namun cuaca tak menyurutkan langkah Kinara. Ia menyempatkan diri mendatangi sekolah tempat Fani belajar—seperti apa yang dia sampaikan kemarin.Laporan dari Nana pagi ini membuat Kinara mempercepat kedatangannya. Katanya, Fani selalu dijemput oleh sopir pribadi dan langsung dibawa ke kafe tempat milik Dita dan kekasihnya itu.Kinara tiba di sekolah menjelang jam istirahat. Setelah berbicara baik-baik dengan guru wali kelas Fani, ia diberi izin untuk menunggu di ruang tamu sekolah. Guru itu sempat tersenyum ramah, meski matanya menyiratkan rasa heran karena tidak pernah melihat Kinara. Wanita itu tiba-tiba datang—mengaku sebagai kakak dari Fani.“Fani anaknya memang pendiam sekali, Mbak. Tapi cerdas,” ujar guru itu—berbincang dengan Kinara—sambil menunggu kedatangan Fani.Kinara pun tak sabar ingin bertemu dengan adik bungsunya. Ia membawa makan siang untuk mereka santap bersama.Tak lama, pintu terbuka. Seorang gadis kecil melangkah

  • Cinta di Ujung Perpisahan   Bab 84 : Pertemuan Saudara

    “Siapa, Na?” tanya Kinara, nada suaranya datar namun mengandung rasa ingin tahu.“Bu Dita dan Mbak Fani, Bu,” jawab Nana sambil sedikit membungkuk.Kinara mengangguk pelan, menyembunyikan keterkejutan. Ia lalu memberi isyarat singkat. “Persilakan mereka masuk.”Dita duduk dengan kaki bersilang dan wajah terangkat sedikit, masih dengan tampang angkuhnya. Pandangannya menyapu ruangan yang sejak lama dia dambakan itu. Kini, ia harus menelan pahitnya kenyataan bahwa dia tidak mendapat apa yang dia impikan.Di samping Dita, duduk seorang gadis kecil yang diam menunduk, Tiara Fani. Usianya sepuluh tahun. Gadis itu adalah adik bungsu mereka, buah dari pernikahan Diani dan Fahri.Kinara melirik gadis kecil itu tersenyum manis. Ia jarang, atau lebih tepatnya, hampir tidak pernah berinteraksi langsung dengan Fani. Sejak Diani dipenjara, Dita yang ditunjuk menjadi wali Fani. Keputusan itu diambil bersama, dengan pertimbangan bahwa Dita dan Fani akan tinggal di rumah keluarga. Rumah itu murni mil

  • Cinta di Ujung Perpisahan   Bab 83 : Merindu

    Satu tahun kemudianKehidupan Kinara kini jauh lebih baik dari sebelumnya. Ia menjabat sebagai direktur utama di perusahaan warisan mendiang ibunya.Namun di tengah segala pencapaian itu, ada rindu yang mengendap. Rindu pada seseorang di kejauhan sana.Hujan turun sepanjang hari, menyelimuti kota. Dari balik dinding kaca ruang kerjanya, Kinara menatap titik-titik air yang meluncur pelan, sembari meremas jemarinya sendiri. Hujan tak lagi terlihat menakutkan seperti dulu.Malam kelam itu perlahan memudar dalam ingatannya. Aditama benar—hujan tak seburuk itu. Ia hanya terjebak pada satu momen pahit yang kebetulan datang bersamaan dengan hujan. Kini, Kinara menemukan ujung dari trauma yang selama ini membelenggunya.Mungkin, andai saja ia lebih berani mengungkapkan lebih awal, semuanya tak akan berlarut sejauh ini. Tapi untuk apa lagi mengucap ‘andai’? Kenyataannya, ia berhasil melewatinya—meski dengan langkah tertatih.Suara ketukan pelan di pintu membuyarkan lamunan Kinara. Ia menoleh, l

  • Cinta di Ujung Perpisahan   Bab 82 : H-1 LDR

    Pagi itu, cahaya matahari menyelinap dari sela-sela tirai kamar tidur. Udara di luar terasa sejuk, semilir angin membawa aroma embun pagi yang segar. Tapi ketenangan itu segera terganggu oleh sentuhan lembut pada pipi Kinara yang membangunkannya.“Morning, Sayang,” sapa Aditama memiringkan tubuhnya ke arah kesayangannya.“Mas, mana bajunya?” komen Kinara.“Bangun, Sayang. Aku sudah selesai olahraga. Bukannya kita mau olahraga, bareng?” Aditama mengulurkan tangannya merapikan rambut Kinara yang sedikit berantakan. Aditama tersenyum melihat Kinara ke masuk ke dalam dekapannya–membenamkan wajahnya ke dada bidang Aditama.Wanita itu menggeliat malas, menarik selimut menutupi sebagian tububnya. “Mas … ini masih terlalu pagi. Nggak bisa nunda sejam?”Tangan Aditama terulur menarik selimut perlahan. “Bukannya ini salah satu list to do kita?”“Aku nggak buat olahraga ya, Mas. Kamu yang nambahin,” gumam Kinara.“Aku masakin kamu siang ini, mau?” tanya Aditama.Kinara menjauhkan dirinya, mendong

  • Cinta di Ujung Perpisahan   Bab 81 : Yang Muda Bercinta

    "Mama benar-benar nggak habis pikir sama Aditama," gerutu Rindu, masih terhubung lewat video call dengan suaminya. Beliau menyuarakan kekecewaannya saat mengetahui Aditama dan Kinara tidak terburu-buru memiliki momongan. Jelas sekali tersirat mereka menunda memiliki momongan. "Biarkan saja, Ma. Mereka masih muda. Kamu lupa, ya, gimana awal pernikahan mereka? Seberapa sakitnya Kinara waktu itu? Sekarang biarkan mereka belajar mencintai, menikmati waktu bersama," balas sang suami dengan nada tenang. "Menikmati kebersamaan gimana, sih? Sebentar lagi juga mereka LDR." "Kita juga pernah LDR. Sekarang anaknya sudah enam malah," goda Tama pada sang istri. "Ih, ngomong sama Papa tuh paling susah!" Rindu menghela napas kesal. Sementara itu, di kediaman Aditama suasana tampak berbeda. Sunyi dan senyap. Bukan karena udara dingin yang menyusup dari sela-sela jendela, melainkan karena suasana hati Kinara yang mendadak murung. Ia duduk termenung bersandar di sandaran kasur, memeluk bantal samb

  • Cinta di Ujung Perpisahan   Bab 80 : Pasangan Muda

    Dua hari menjelang masa Long Distance Marriage, Aditama dan Kinara seolah kembali menjadi pasangan muda-mudi yang baru saja merasakan manisnya jatuh cinta. Mereka menghabiskan waktu sebanyak mungkin bersama, menyusuri malam-malam kota yang mulai terasa lengang, menertawakan hal-hal kecil, dan membiarkan setiap detik menjadi kenangan.Malam itu, Kinara menggandeng tangan Aditama erat. Mereka baru saja keluar dari sebuah café yang menghadap taman kota. Angin malam berhembus lembut, menerbangkan rambutnya. Keduanya bahkan masih mengenakan setelan kantor.“Mas, besok kita ke mana lagi? Eh, ini mau pulang atau …,” tanya Kinara sambil menggoyangkan tangan Aditama manja.“Apa kamu belum lelah?” sahut Aditama, matanya menatap lembut wajah istri kecilnya yang masih bersemangat.“Belum,” jawab Kinara cepat, kemudian menambahkan, “Mau ke mana lagi, Mas? Pulang atau mau cari tempat buat duduk-duduk?”Aditama mengusap pipi kesayangannya, seraya berkata, “Mau midnight?”Kinara tampak berpikir hingga

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status