Home / Romansa / Cinta di Ujung Perpisahan / Bab 21 : Suami Dadakan

Share

Bab 21 : Suami Dadakan

Author: Dinis Selmara
last update Last Updated: 2025-04-09 15:42:22
Aditama membeku, tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Setelah keduanya terdiam beberapa saat, Aditama malah tertawa. Ia mendekat—sedikit membungkuk menatap wajah Kinara sambil mencolek hidung mancung wanita itu.

“Sengaja bilang begitu biar aku menjauh darimu, hmm?”

“A–aku nggak bohong. Aku ini istri dari seorang pria, Mas,” tekan Kinara dengan nada sungguh-sungguh.

Aditama menelisik wajah Kinara. Ia kecewa karena tidak menemukan kebohongan di mata wanita kecil itu.

“Kalau begitu, beri tahu aku siapa pria itu,” ucap Aditama dengan rahang mengeras.

Kinara mundur—masih duduk di sofa—saat Aditama semakin dekat. Tatapan lelaki itu begitu tajam, membuat lidahnya kelu.

“Tentu saja Mas nggak kenal dia,” bisik Kinara nyaris tak terdengar.

“Katakan, Ara!”

Dering ponsel Kinara menginterupsi ketegangan. Keduanya serentak melirik ke arah meja tempat ponsel itu tergeletak. Kinara segera mendorong tubuh Aditama dan meraih telepon.

“Sebaiknya Mas Adit pergi,” ucapnya menjauh, lalu meneri
Dinis Selmara

Daripada ngejar Ara lebih baik buka hati untuk istri aja nggak, sih? Tolong yang komen jangan gede-gede suaranya kalau protes, ya... nanti Aditama dengar hihi ...

| 40
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (50)
goodnovel comment avatar
Dilla dilawan
aw aw aw...sedih ga tuh ternyata selama ini dijadikan alat buat senang2 doang? nyesek ya dit. tuh dengwr apa kata otor nya. kamu buka hati aja buat istri sah kamu. jamin deh ga akan bikin kamu nyesel
goodnovel comment avatar
Dilla dilawan
wkwkwk..ternyata si aji jadi tumbalnya yah.wkwkwk....
goodnovel comment avatar
Chaaa
Aji mendadak punya istri ihh semoga aja gak ketemu gebetan bisa runyam ntar hehehe... Kinara masih sadar kalau masih jadi istri ehh Aditama malah tetep aj ngebet kejar Kinara walaupun dibilang udah punya suami... dasarr mending susulin istri nya aja mas nanti juga ketemu Ara lagi koq..
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Cinta di Ujung Perpisahan   Bab 131 : Pemeriksaan Awal

    Pesan masuk dari Nana membuat Kinara membeku sejenak sebelum akhirnya tertawa sumbang. Ia melangkah sedikit menjauh, membuka lampiran dokumen dari sang asisten—panggilan pemeriksaan resmi. Dita benar-benar melapor Kinara dengan tuduhan yang tidak masuk akal, playing victim ini akan berakhir seperti apa. Tapi kali ini, Kinara tak akan tinggal diam.Kinara tidak gentar. Justru ada bara kecil yang menyala di matanya—ia tak sabar ingin melihat sejauh apa kelicikan sang kakak mampu bertahan di hadapan kebenaran. Tanpa ragu, ia meneruskan pesan panggilan pemeriksaan itu kepada Dito.Tak lama berselang, telepon dari Dito masuk. Nada suaranya terdengar penuh kejut. Ia terlalu sibuk dengan urusannya sendiri, terlalu jauh, hingga tidak tahu perang dingin antara kakak dan adiknya.Dito mengatakan akan bicara dengan Dita, meminta sang kakak menarik gugatan itu. Namun, itu bukan ini tujuan Kinara menghubungi Dito.“Bukan itu maksudku, Mas,” ucapnya datar, tapi tegas. “Aku hanya ingin Mas tahu, aku

  • Cinta di Ujung Perpisahan   Bab 130 : Liburan Sejenak

    Hari wisudanya telah tiba. Aditama mengenakan setelan jas formal dengan dasi anggun yang dililitkan Kinara sendiri, Aditama tampak gagah sekaligus bahagia. Kinara di sisinya, mengenakan gaun panjang berwarna nude lembut, menyamai gaya elegan yang dipilih suaminya. Hari ini bukan hanya tentang pencapaian akademik, tapi juga perayaan kecil dari perjalanan panjang mereka.Sementara itu, Fany tidak ikut serta ke acara wisuda. Gadis kecil itu memilih tetap di hotel, ditemani oleh psikolog pendamping dan Vano, asisten kepercayaan Aditama. Mereka memang tidak tinggal di apartemen milik Aditama selama berada di Singapura, melainkan menginap di hotel mewah yang memiliki fasilitas lengkap dan lingkungan yang lebih ramah untuk Fany yang masih dalam masa pemulihan.Fany tidak keberatan berbagi kamar dengan psikolog, malah senang bisa cerita banyak sama beliau.Kinara merasa sedikit beban lepas dari dadanya. Ada cahaya kecil dalam diri Fany yang mulai menyala kembali.Aditama menikmati waktu bersam

  • Cinta di Ujung Perpisahan   Bab 129 : Hari yang Lebih Baik

    Apa yang Dita katakan sebelumnya seakan tak lebih dari gertakan semata. Hingga kini, tak ada panggilan resmi atau surat pemanggilan hukum yang ditujukan pada Kinara. Hari-hari terus berganti, minggu pun berlalu. Dalam kurun waktu itu, Fany menunjukkan perubahan yang menggembirakan. Ia mulai membuka diri terhadap kehadiran Kinara dan Aditama. Ketegangan di matanya mulai memudar. Sorot curiga itu kini digantikan dengan keteduhan. Ia belajar mempercayai—dan yang terpenting—merasa dihargai.Interaksi mereka tak lagi kaku. Fany bahkan tak keberatan saat Kinara menyentuh rambutnya untuk membenarkan poni atau saat Aditama menepuk bahunya dengan lembut. Kedekatan yang dahulu terasa mustahil kini tumbuh dengan perlahan. Saat waktunya tiba, Fany akhirnya diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Ia tinggal bersama Kinara dan Aditama di apartemen, menempati kamar mungil yang dulu adalah ruang kerja Aditama. Pria itu dengan senang hati menyulap ruangannya menjadi tempat yang nyaman, lengkap dengan go

  • Cinta di Ujung Perpisahan   Bab 128 : Rubah Licik

    “Kamu terlalu gegabah, Dita. Tidak ada strategi,” ucap kekasihnya dengan nada dingin.“Aku akan lakukan apa pun. Fany itu emas.” Mata Dita membara, penuh obsesi.“Tapi lawanmu kali ini bukan orang sembarangan. Meski ipar-mu itu berdiri di atas kakinya sendiri tanpa sokongan kekuasaan keluarganya, tapi dia bukan tipe yang membiarkan orang mengacaukan keluarganya.”“Justru istrinya yang mengacak hidupku!” Dita berseru, napasnya tersengal oleh amarah. “Sudah punya segalanya, masih juga serakah menginginkan Fany. Harusnya dia tetap jadi Kinara yang dulu—polos, tidak tahu apa-apa. Sejak kapan dia berubah? Sejak kapan dia jadi begitu ambisius dan serakah?”“Tapi tetap hati-hati, kamu masih berada dalam pengawasan sanksi administratif.”Dita mengangguk patuh—duduk di samping kemudi mobil dengan senyum puas mengembang di wajah. Dia memiliki beberapa bukti—foto dan video yang sangat menguntungkannya, serta dokumen yang sudah dimanipulasinya dengan cermat. Ada pula beberapa bukti pendukung yang

  • Cinta di Ujung Perpisahan   Bab 127 : Keputusan Besar

    Sudah tiga hari berlalu sejak Kinara menemukan Fany dalam keadaan mengenaskan di pinggir jalan. Sejak hari itu pula, dunia Fany berubah—penuh ketakutan. Trauma itu begitu mengakar, hingga setiap suara langkah di koridor rumah sakit pun membuat gadis kecil itu meringkuk di sudut ranjang. Setiap kali suster datang memeriksa, Fany hanya diam, menarik selimut sampai ke dagu dan menatap nanar. Sungguh menyedihkan.Ia bahkan belum mau berbicara dengan Kinara. Kinara hanya bisa melihat sang adik dari balik dinding kaca saja.Setiap kali Kinara masuk ke kamar, Fany hanya memalingkan wajah—meminta sang kakak pergi. Kinara mencoba mengerti. Ia tidak marah, tidak tersinggung. Tapi tetap saja, ada perih luar biasa yang menggurat di dadanya."Fany masih tidak mau bertemu denganku, Mas,” lirihnya, menatap kosong ke depan sana—saat mereka duduk berdua di taman rumah sakit.Satu-satunya orang yang bisa membuat Fany berbicara adalah psikolog anak yang ditunjuk oleh rumah sakit.“Dia butuh waktu, Sayang

  • Cinta di Ujung Perpisahan   Bab 126 : Tangis Seorang Kakak

    “Ampun … Kak …,” katanya menutupi wajahnya. Kinara membeku.Aditama sedikit menjauh memberi ruang untuk kakak dan adik itu.Tangan Kinara terangkat setengah, lalu turun perlahan mengusap lengan sang adik. “Fany … kenapa kamu seperti ini?” suaranya pelan, hampir putus asa.Fany mundur beberapa langkah—masih enggan menatap siapa lawan bicaranya.“Fany … ini Kak Ara,” lirihnya membuat sang adik mengangkat pandangannya.Matanya menatap Kinara tak percaya. Tubuhnya memeluk diri, seperti melindungi dari sesuatu yang sangat menakutkan.Air mata Kinara jatuh melihat langsung bekas pada tubuh sang adik yang sebelumnya hanya melihatnya dari foto saja. Bekas itu memang hampir sembuh, tapi ada beberapa luka baru. Termasuk sudut bibir Fany yang pecah dan mengeluarkan darah.“Kak Ara …,” panggilnya memeluk sang kakak. “Aku … aku nggak mau disakiti,” gumamnya lirih. “Aku takut, Kak.”“Siapa yang nyakitin kamu?” tanya Kinara, suaranya mulai tercekat.Namun sesaat kemudian Fany melepas pelukannya. Ia h

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status