Home / Romansa / Cinta posesif sang CEO / Bab 4 Sang CEO Baru

Share

Bab 4 Sang CEO Baru

Author: luscie
last update Last Updated: 2025-02-21 13:37:15

Dua minggu telah berlalu sejak meninggalnya tuan William Walker. Tampuk kepemimpinan masih kosong. Rapat direksi telah digelar seminggu yang lalu akan tetapi hasil rapat yang dihadiri juga oleh pengacara keluarga dan Nyonya Averie serta James tetap dirahasiakan.

Pagi ini tepat pukul 09.00 waktu setempat. Weston Corp menjadi heboh. Sang CEO baru telah datang.

“Mr Jonathan?”Roger, staff purchasing menerima telepon dari salah satu temannya di front office lantai 1. “Dia sudah datang?”

“Apakah yang tadi bertemu denganku di lift?”Si cantik Elora menutup mulutnya terkejut. “Kukira tadi aku bertemu model baru untuk iklan kita. Sumpah!Dia sangat tampan!”

Jika Elora berani bersumpah dengan apa yang telah dilihatnya, berarti kenyataannya adalah melebihi yang dibayangkan. Sangat tampan bisa jadi luar biasa tampan.

“Ooh, kenapa aku tidak datang terlambat saja tadi,”seru Emelia.

“Seberapa tampan mr Jonathan?Bagaimana dengan Axel?”tanya Ainsley menyebut salah satu model terbaru yang membintangi iklan salah satu produk alat kebugaran tubuh yang diproduksi Weston Corp.

Mereka mulai bergosip.

“Axel tampan tapi ini luar biasa tampan,”seru satu-satunya saksi mata, Elora.

“Benarkah?”

“Dia…”Elora menghentikan kalimatnya, ia menutup mata sembari tersenyum lebar, “Dia salah satu tipeku.”

Teman-temannya mulai mencecar dengan berbagai pertanyaan, sementara di ruangan lain di lantai yang sama.

“CEO baru telah datang, aku harus menghadiri rapat 5 menit lagi,”seru Paula sembari masuk ke ruangannya, membawa agenda serta ponselnya, Paula keluar sedikit tergesa.

“Apakah akan butuh waktu lama?Aku butuh tanda tangan untuk validasi barang keluar,”Abigail beranjak berdiri mengikuti.

“Tidak, tidak akan lama, aku akan segera kembali,”ujar Paula segera keluar dari ruangan divisi umum.

“Apakah kalian tahu siapa CEO baru kita?”tanya Cali pada kedua teman seruangannya.

Abigail menggeleng. Emily mengangkat bahu

”Aku penasaran sekali, kudengar waktu mengambil minum di pantry tadi, mr Jonathan yang akan jadi CEO baru kita.”ucap Cali antusias.

“Kamu pernah bertemu dengannya?”tanya Abigail.

Cali menggeleng. Tuan William memang jarang memperbolehkan keluarganya untuk datang ke Gedung Weston Corp. Alasannya adalah untuk mempertahankan profesionalisme kerja. Hanya satu dua orang terdekat saja yang mengetahui seluk beluk keluarga tuan William, termasuk Paula.

“Mrs paula pernah bercerita kalau tuan William pernah menikah dua kali, istri pertamanya meninggal karena sakit saat Joseph berusia dua tahun, setahun kemudian tuan William menikahi teman dekatnya,dia Nyonya Averie. Kudengar dia teman kuliah saat mereka berkuliah di Inggris.”Cali melanjutkan cerita. “Dari pernikahan pertama tuan William punya tiga anak, James, pamela dan Joseph, sedangkan dengan Nyonya Averie ada dua yaitu Jonathan dan Kai.”

Pembicaraan mengenai keluarga Tuan William menjadi trending topic di setiap divisi. Sebelum hari ini, mereka menduga duga siapa yang akan menjadi calon CEO selanjutnya. Harapan di setiap divisi, pemimpin mendatang tidak kalah mumpuni menjalankan perusahaan yang sudah menjadi ladang penghasilan bagi mereka.

“Kuharap pengganti Tuan William tidak jauh beda dengannya. Entah siapapun itu,”komentar Emily

“Kau benar Emily,”ujar Abigail.

Emily melanjutkan pekerjaannya menginput data di system stok barang. Sejam kemudian terdengar panggilan telepon terdengar di samping komputernya.

“Dengan Emily, divisi umum,”ucapnya saat gagang telepon terangkat.

“Hai cantik,”suara bass terdengar di seberang telepon. Caleb, salah satu staff divisi pemasaran.

“Ada perlu apa, Cal?”tanya Emily datar.

“Aku perlu ruangan rapat untuk kamis depan, Em,”jelas Caleb.

“Jadwal untuk hari Kamis sudah penuh,”ucap Emily sembari mengecek jadwal pemakaian ruang pertemuan di komputernya.

“Ayolah Emily, ini memang mendadak, carikan aku ruang pertemuan lainnya,”pinta Caleb.

Emily menggerakkan mouse komputer, mengklik beberapa jadwal untuk minggu ini dan minggu mendatang. “Ada tapi bukan ruangan kesukaanmu.”

“Ouh , kamu begitu perhatian sampai ruangan kesukaanku saja kamu hapal,”Caleb terkekeh di seberang telepon

“Bagaimana?”tanya Emily tak sabar.

“Ruang apa?”

“Alpaka.”

“Oh tidak, jangan yang itu, terlalu kecil Em.”

“Tidak ada lagi, Cal.”

Caleb terdiam sesaat. “Oke jadwalkan Kamis depan, tambahkan beberapa pengharum ruangan. Ruangan itu sungguh sempit dan bau, Emily.”

“Oke oke. Sudah kutulis permintaanmu,”Emily mengetikkan sesuatu di keyboard komputernya.

“Ada lagi?”

“Sepotong cinta darimu sudah lebih dari cukup Emily.”

Emily menutup telepon tanpa mengatakan apapun. Sementara di seberang Caleb terkekeh.

Pukul tujuh lebih saat Emily tiba di rumah. Saat membuka pintu, tampak Eden bersiap untuk berangkat kerja. Eden bekerja di sebuah hotel Bintang empat sebagai housekeeper. Wajah Eden masam saat melihat Emily. Sejak kembalinya Emily ke rumah dan mengetahui kandasnya pernikahan Emily, Eden menjadi tidak respek pada kakak semata wayangnya itu. Eden merasa orang tuanya telah menghabiskan banyak biaya untuk membiayai Emily di awal-awal kuliah tapi kenyataannya malah Emily membuat keputusan bodoh dengan berhenti kuliah. Dan malangnya, saat giliran Eden harus masuk kuliah, tak ada uang tersisa karena Robert Patterson jatuh sakit dan membutuhkan biaya tidak sedikit.

“Giliranmu memasak, ibu sedang tidak enak badan,”ujar Eden mendengus kesal sembari menyambar tasnya.

“Oke,”jawab Emily sembari masuk ke dalam kamar dan berganti pakaian. Saat keluar, Eden tidak tampak lagi di dalam rumah.

Emily beranjak ke dapur. Malam ini gilirannya untuk memasak. Ia menguncir rambutnya menjadi satu sebelum memulai memasak. Menu malam ini adalah makanan kesukaan ibunya.

“Maafkan ibu Em, harusnya pulang kerja kamu bisa segera beristirahat tanpa harus bersusah payah seperti ini.”Tiba-tiba Aldera muncul di samping Emily.

Emily tersenyum. “Memasak seperti ini tidak membutuhkan waktu lama, ibu. Dan aku tidak capek sama sekali.” Emily meletakkan brokoli kukus ke dalam piring.

“Dimana ayah?Sudah waktunya makan malam,”Emily mengajak ibunya duduk di meja makan.

“Ayahmu sudah tidur sejak sore tadi. Biarkan dia istirahat. Aku akan menghangatkan makanan jika dia bangun nanti.”

Emily dan Aldera duduk berdampingan dan menyantap makanan.

“Bagaimana kabar ibu hari ini?”tanya Emily saat telah menyelesaikan makan malamnya.

“Baik, jangan mengkhawatirkan ibu,”kata Aldera tersenyum. “Kamu yang harusnya menjaga kesehatan, luangkan waktu untuk berlibur, sayang.”

Emily tersenyum saat ibunya mengelus kepalanya, ia berusaha menahan tangis. Rasa penyesalan masih tersisa hingga saat ini.

“Aku hanya ingin ibu sehat dan bahagia,”ujar Emily.

“Ibu bahagia. Ibu sehat dan Ibu juga bangga memiliki kamu dan Eden.”

Aldera mengelus tangan Emily perlahan. “Kamu gadis yang baik, Em. Ibu yakin suatu saat kamu akan mendapat suami yang jauh lebih baik dari Oliver.”

“Tidak bu, Hidupku berantakan karena salah membuat pilihan. Tidak akan ada lagi Oliver Oliver yang lain. Bagiku saat ini, melihat kalian sehat sudah cukup membuatku bahagia.”

Aldera tidak mendebat lagi. Luka hati Emily belum sembuh. Ia masih berdiri di atas kubangan kesedihan dan belum mampu menjauh. Hanya waktu yang bisa menyembuhkan luka seperti itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
desiran angni
kamu sangat menyayangi orang tuamu tidak mungkin kalau tuhanmu tidak menyayagiu
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 66 Bertemu Joseph

    Butuh waktu yang cukup lama untuk memulihkan kondisi keuangan Weston Corp. Sudah hampir lima bulan. Beberapa kontrak perjanjian baru telah ditandatangani. Meski tidak dapat pulih sepenuhnya tapi setidaknya mampu menghasilkan laba yang diharapkan oleh semua pihak. Baik pemegang saham maupun jajaran manajemen dan karyawan Weston Corp. Jonathan pulang larut malam itu. Simon yang setia mengantarnya menuju apartemen sederhana di tengah kota. Emily tak ingin pindah. Ia lebih nyaman tinggal di sana karena selain lebih dekat dengan Weston Corp, Aldera lebih mudah mengunjunginya. Saat membuka pintu, tampak pemandangan yang selalu membuat Jonathan rindu pulang. Emily duduk di sofa sambil menimang putranya. "Hai, " sapa Jonathan hampir berbisik. Ia mencium lembut bibir Emily sembari berjongkok di depan istrinya, memandang wajah damai putranya yang tertidur pulas. "Mandilah, kamu tampak lelah, " ucap Emily seraya bangkit berdiri saat Jonathan mengambil Kenneth dari tangannya dan beranj

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 65 Kenneth Walker

    Proses persalinan Emily dibantu oleh seorang Widwife ramah bernama Adelle. Emily baru diperbolehkan masuk ke ruang bersalin setelah pembukaan lima. Jonathan mendampingi istrinya selama proses berlangsung. “Ma’am, anda harus berjalan-jalan untuk mempercepat proses kelahiran,” saran Adelle saat bukaan Emily tak kunjung bertambah. Emily telah menjalani serangkaian proses persalinan mulai mencek detak jantung bayi dalam kandungan hingga proses induksi untuk merangsang kontraksi. Jonathan membantu Emily berkeliling rumah sakit. Setelahnya proses induksi kedua kembali dilakukan. Ada beberapa pilihan pain killer yang ditawarkan Midwife untuk mengurangi sakit saat kontraksi dan Emily memilih mandi dengan air hangat. Jonathan dengan sabar mengganti bath tub dengan air hangat agar Emily bisa berendam dengan nyaman. Hampir empat jam hingga kontraksi semakin terasa luar biasa menyakitkan. Proses persalinan berlangsung sekitar satu jam. Jonathan hampir tak kuasa menahan air mata saat bayi mu

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 64 Kembali ke Manhattan

    Jonathan mengantar Emily hingga ke dalam apartemen. "Kembalilah bekerja," ucap Emily sembari berjalan menuju kamar. "Aku tidak akan tenang sebelum kamu memaafkan ku. " Jonathan masih membayangi langkah istrinya hingga ke kamar. Emily ingin mengatakan sesuatu yang bisa menenangkan hati Jonathan, tapi entah mengapa lidahnya kelu, moodnya memburuk. "Sayang, " panggil Jonathan meraih pinggang Emily dan merapatkan ke tubuhnya. "bagaimana lagi aku harus menjelaskan, Em? " "Tidak perlu, aku tidak butuh penjelasanmu, aku ingin tidur. " Emily melepaskan tangan Jonathan dengan wajah cemberut. "Jangan begini, Sayang." "Sudah, pergilah." Emily beranjak menuju ranjang dan merebahkan tubuh Jonathan melirik jam tangan sekilas. Waktu tutup supermarket satu jam lagi. Ia bergegas pergi menuju tempat kerjanya. Membantu Thomas hingga waktu tutup toko. Setelah pamit pada Thomas, ia pulang dengan tergesa. Jonathan mandi sebentar sebelum merebahkan tubuh di samping istrinya. Emily ber

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 63 Black Friday

    Jonathan datang lebih awal hari ini. Antrian panjang tampak di depan pintu masuk supermarket bahkan sebelum toko dibuka. Beberapa personel keamanan bersiap di pintu masuk memastikan pengunjung tetap mematuhi peraturan toko meski hari ini adalah hari khusus, dimana harga hampir semua barang yang ada di supermarket di diskon mulai empat puluh persen. "Kau lihat antrian di depan pintu, Jonathan? " tanya Thomas mengenakan jaket khusus toko. Ia bersiap pergi. "Ya, aku lihat." Jonathan melirik jam dinding. "sepuluh menit lagi, aku akan bersiap. " Jonathan mengenakan jaket yang sama seperti yang dipakai Thomas. Hari ini akan menjadi hari tersibuk sepanjang pekan ini. Meski pengunjung memadati supermarket, tetapi pengaturan yang telah dibuat Thomas membuat antrian tidak terlalu panjang. Area kasir ditambah dua lagi sehingga pengunjung toko bisa dilayani dengan cepat. Tak ada jeda waktu. Waktu makan siang pun dipercepat karena pengunjung tak juga berkurang hingga menjelang mala

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 62 Kesibukan di supermarket

    Keesokan pagi ditemani Jonathan, Emily menyerahkan sampel urine ke laboratorium klinik sesuai arahan dokter Roberta. Setelah mengantar Emily pulang, Jonathan berangkat menuju tempat kerja. Hari ini hari tersibuk menjelang akhir pekan. Menjelang Black Friday banyak barang baru berdatangan, bertepatan dengan ketidakhadiran Thomas karena sakit. Jonathan menggantikan tugas Thomas sementara waktu. Ia memantau pekerjaan di gudang hingga penataan barang di rak-rak pajangan. Belum lagi beberapa komplain dari pelanggan yang mengomel karena antrian panjang di area kasir. Jonathan berinisiatif menambah area kasir darurat. Saat waktu makan siang, tiba-tiba muncul Claire di ambang pintu ruangan kantor Jonathan. "Hai, apa aku mengganggu? " tanya Claire ceria. Jonathan tersenyum. "Tidak, ada apa Claire? " "Aku hanya ingin mampir. " Jonathan teringat Brianna, Claire tampaknya seumuran dengan Brianna. "Bagaimana kabar Thomas?Apa dia sudah membaik? " Claire mendekat, tanpa diminta ia d

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 61 Hamil

    Dua bulan lagi adalah Black Friday. Dikenal dengan hari belanja besar-besaran dengan diskon sangat menarik. Black Friday jatuh pada hari Jumat setelah Thanksgiving di bulan November. Jonathan membuat proposal tentang penawaran menarik khusus di Black Friday. Siang itu sebelum makan siang ia menyerahkan proposal itu pada Thomas. “Aku membuat konsep tentang diskon saat Black Friday,” ucapnya. “Baik, akan kupelajari.” Thomas menerima lembaran kertas itu. “Kau makan siang di luar?” “Tidak, aku membawa bekal.” Jonathan meringis menahan kikuk. “istriku memaksaku membawa bekal untuk berhemat.” Thomas tertawa. Ia menunjukkan wadah bekal makan siangnya. “Tidak usah malu, aku selalu membawa bekal. Ayo makan bersama di sini,”ajak Thomas kemudian. Jonathan menurut. Keduanya makan bersama di meja Thomas saat setengah jam berlalu, terlihat wajah Claire muncul dari balik pintu. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa ketertarikannya saat mendekati Jonathan. “Hai, kudengar dari papa, kau pengganti

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status