Home / Romansa / Cinta posesif sang CEO / Bab 8 Pertemuan tak terduga

Share

Bab 8 Pertemuan tak terduga

Author: luscie
last update Huling Na-update: 2025-02-28 21:31:08

Pagi ini waktu terasa berjalan lambat. Emily duduk di samping ibunya, di ruang tunggu Harlem Hospital Center. Sang ayah, Robert Patterson harus dilarikan ke rumah sakit karena mengalami sesak nafas. Emily mengirim pesan kepada Paula Meyer jika dirinya tidak masuk kerja. Dan Paula mengijinkan.

Nyonya Aldera menghapus air mata yang menggenang di sudut mata. Emily mempererat genggaman tangannya. “Ayah akan baik-baik saja.”

“Kuharap begitu, Em. Penyakit ginjal ayahmu sudah kronis. Dokter bilang ini sudah stadium akhir. “

Emily mengangguk. “Tapi kita tidak boleh menyerah,bu.”

“Tidak akan pernah. Aku akan berjuang bersamanya.”

Emily memeluk bahu ibunya. Mencium sisi wajah Aldera. Berusaha memberikan kekuatan. “Ibu tidak sendiri. Aku dan Eden akan berjuang demi ayah.”

Aldera tersenyum samar. Menatap lalu lalang pengunjung rumah sakit yang berseliweran di sepanjang koridor.

Saat menjelang sore hari sebuah pesan pendek muncul di ponsel Emily. Dari Jonathan.

“Kudengar ayahmu ada di rumah sakit sekarang. Bagaimana kondisinya?”

Emily mengetik pesan balasan. “Sudah membaik. Sekarang berada di ruang perawatan intensif.”

“Bolehkah aku datang menjenguk?”

“Silahkan.”

Setengah jam kemudian, Jonathan menelpon untuk menanyakan ruang kamar Robert Patterson. Tampaknya ia telah tiba di rumah sakit.

“Ibu, aku akan ke bawah sebentar.”Emily meminta ijin. Aldera mengangguk

Emily bergegas turun ke bawah melalui lift. Saat telah berada di lantai bawah rumah sakit tiba-tiba ia menabrak seseorang karena sibuk mengetik pesan pada ponselnya.

“Maaf… saya .”suara Emily terhenti di udara. Ia terkesiap menatap pria yang tadi tak sengaja ditabraknya. Oliver.

Oliver juga tampak terkejut mendapati Emily di depannya. “Emily?”

Sesaat waktu seakan berhenti. Mereka saling menatap saat sebuah suara berat di belakang Emily menyadarkan wanita itu.

“Em,”panggil Jonathan.

Emily menoleh. Jonathan telah berdiri di sampingnya, menatap pria di depan Emily yang kini juga tengah menatapnya. Jonathan menyadari ada sesuatu yang salah karena wajah Emily tiba-tiba memucat

“Maaf, “Emily kembali menemukan suaranya, ia berusaha tersenyum. “Hai Oliver.”

“Hai, lama tidak bertemu. Bagaimana kabarmu?”Oliver juga berusaha bersikap wajar.

“Baik.”Emily mati-matian meredam perasaannya yang kacau. “Oh ya, kenalkan, dia…”Emily menoleh ke arah Jonathan lagi.

“Jonathan,”sela Jonathan merapat ke tubuh Emily, Ia tersenyum ramah, mengulurkan tangan.

“Aku Oliver, aku mantan suaminya.”Oliver menjabat tangan Jonathan.

Jonathan terdiam sesaat,mencoba mencerna apa yang terjadi.

Tiba-tiba suara merdu terdengar dari belakang tubuh Oliver. “Ayo kita pergi sayang.”

Tatapan mata Emily langsung tertuju pada wanita yang tengah menggandeng mesra lengan Oliver.

“Oh, hai..” Wanita cantik itu menatap Jonathan dan Emily bergantian.. Sorot matanya tampak mengagumi Jonathan. “Kamu tidak ingin mengenalkan temanmu padaku, sayang.”

“Iya, maafkan aku,”Oliver tergagap. “Mereka Jonathan dan Emily.”

“Emily?!”seru wanita itu tampak terkejut, senyumnya seketika mengembang. Tapi pandangan matanya jelas merendahkan. Ia menatap Emily penuh penilaian. “Hai Emily, perkenalkan namaku Caroline. Aku tunangan Oliver, “ia menekankan kata tunangan agar Emily mendengar dengan jelas.

Refleks, Jonathan melingkarkan lengannya di pinggang Emily.

“Kami akan merayakan pernikahan kami bulan depan,”jelas Caroline dengan sikap berlebihan.

Emily memaksa senyum. “Selamat untuk kalian berdua.”

Oliver tersenyum samar, “Terima kasih.”

“Aku takkan lupa untuk mengirimi kalian undangan,”Caroline mengambil handphone dari dalam tasnya. “Bisakah kusimpan nomer kalian?”Ia melihat layar ponselnya sembari menatap Jonathan dan Emily bergantian.

“Kirim saja undangan nya ke Weston Corp, aku dan Emily bekerja di sana,”tegas Jonathan enggan menyebut nomer handphonenya.

“Oh oke..baiklah,”Caroline memasukkan kembali handphone ke dalam tas. “Bagaimana, sayang?Apakah kita bisa pergi sekarang?”Ia menoleh ke arah Oliver yang terdiam kaku.

“Oh ya…baiklah. Tapi ngomong-ngomong, apa yang kau lakukan di sini, Em?”tanya Oliver.

Emily merangkai kebohongan. “Aku menjenguk teman,”jawabnya singkat. Meski ayahnya adalah mantan mertua Oliver, tapi ia enggan berbagi kabar dengan pria itu.

“Kita juga sedang menjenguk teman,”sela Caroline. Wanita itu memeluk lengan Oliver. “Ayo sayang, kita ada janji untuk fitting baju pengantin,”ucapnya mesra.

Oliver salah tingkah. “Baiklah sampai jumpa.” Oliver mengangguk ke arah Emily dan Jonathan sebelum keduanya pergi.

“Kamu baik-baik saja?”tanya Jonathan saat mereka berdua berjalan menuju kamar perawatan tuan Robert Patterson.

Emily mengangguk, berusaha bersikap wajar. “Aku baik-baik saja,”

Jonathan diam. Tak bertanya lagi. Memberi ruang pada Emily untuk menenangkan hatinya.

“Halo Nyonya Aldera,”Jonathan mengulurkan tangan menjabat tangan ibu Emily. “Aku turut bersimpati. Semoga tuan Robert segera pulih.”

“Terima kasih.”Aldera tersenyum. “Anda teman kantor Emily?”

“Benar, aku teman kerjanya.”

Emily tak berniat meralat. Sepanjang malam ia membiarkan Jonatan dan ibunya berbincang sementara pikirannya masih belum teralihkan dengan kejadian sore tadi. Kenapa hatinya kembali remuk redam?

“Bolehkah aku mengajak Emily keluar sebentar?”tanya Jonathan usai pamit pulang pada Nyonya Aldera.

“Silahkan jika Emily tidak keberatan.”

“Kemana?”tanya Emily

Jonathan tak menjawab. Ia hanya tersenyum.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 66 Bertemu Joseph

    Butuh waktu yang cukup lama untuk memulihkan kondisi keuangan Weston Corp. Sudah hampir lima bulan. Beberapa kontrak perjanjian baru telah ditandatangani. Meski tidak dapat pulih sepenuhnya tapi setidaknya mampu menghasilkan laba yang diharapkan oleh semua pihak. Baik pemegang saham maupun jajaran manajemen dan karyawan Weston Corp. Jonathan pulang larut malam itu. Simon yang setia mengantarnya menuju apartemen sederhana di tengah kota. Emily tak ingin pindah. Ia lebih nyaman tinggal di sana karena selain lebih dekat dengan Weston Corp, Aldera lebih mudah mengunjunginya. Saat membuka pintu, tampak pemandangan yang selalu membuat Jonathan rindu pulang. Emily duduk di sofa sambil menimang putranya. "Hai, " sapa Jonathan hampir berbisik. Ia mencium lembut bibir Emily sembari berjongkok di depan istrinya, memandang wajah damai putranya yang tertidur pulas. "Mandilah, kamu tampak lelah, " ucap Emily seraya bangkit berdiri saat Jonathan mengambil Kenneth dari tangannya dan beranj

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 65 Kenneth Walker

    Proses persalinan Emily dibantu oleh seorang Widwife ramah bernama Adelle. Emily baru diperbolehkan masuk ke ruang bersalin setelah pembukaan lima. Jonathan mendampingi istrinya selama proses berlangsung. “Ma’am, anda harus berjalan-jalan untuk mempercepat proses kelahiran,” saran Adelle saat bukaan Emily tak kunjung bertambah. Emily telah menjalani serangkaian proses persalinan mulai mencek detak jantung bayi dalam kandungan hingga proses induksi untuk merangsang kontraksi. Jonathan membantu Emily berkeliling rumah sakit. Setelahnya proses induksi kedua kembali dilakukan. Ada beberapa pilihan pain killer yang ditawarkan Midwife untuk mengurangi sakit saat kontraksi dan Emily memilih mandi dengan air hangat. Jonathan dengan sabar mengganti bath tub dengan air hangat agar Emily bisa berendam dengan nyaman. Hampir empat jam hingga kontraksi semakin terasa luar biasa menyakitkan. Proses persalinan berlangsung sekitar satu jam. Jonathan hampir tak kuasa menahan air mata saat bayi mu

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 64 Kembali ke Manhattan

    Jonathan mengantar Emily hingga ke dalam apartemen. "Kembalilah bekerja," ucap Emily sembari berjalan menuju kamar. "Aku tidak akan tenang sebelum kamu memaafkan ku. " Jonathan masih membayangi langkah istrinya hingga ke kamar. Emily ingin mengatakan sesuatu yang bisa menenangkan hati Jonathan, tapi entah mengapa lidahnya kelu, moodnya memburuk. "Sayang, " panggil Jonathan meraih pinggang Emily dan merapatkan ke tubuhnya. "bagaimana lagi aku harus menjelaskan, Em? " "Tidak perlu, aku tidak butuh penjelasanmu, aku ingin tidur. " Emily melepaskan tangan Jonathan dengan wajah cemberut. "Jangan begini, Sayang." "Sudah, pergilah." Emily beranjak menuju ranjang dan merebahkan tubuh Jonathan melirik jam tangan sekilas. Waktu tutup supermarket satu jam lagi. Ia bergegas pergi menuju tempat kerjanya. Membantu Thomas hingga waktu tutup toko. Setelah pamit pada Thomas, ia pulang dengan tergesa. Jonathan mandi sebentar sebelum merebahkan tubuh di samping istrinya. Emily ber

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 63 Black Friday

    Jonathan datang lebih awal hari ini. Antrian panjang tampak di depan pintu masuk supermarket bahkan sebelum toko dibuka. Beberapa personel keamanan bersiap di pintu masuk memastikan pengunjung tetap mematuhi peraturan toko meski hari ini adalah hari khusus, dimana harga hampir semua barang yang ada di supermarket di diskon mulai empat puluh persen. "Kau lihat antrian di depan pintu, Jonathan? " tanya Thomas mengenakan jaket khusus toko. Ia bersiap pergi. "Ya, aku lihat." Jonathan melirik jam dinding. "sepuluh menit lagi, aku akan bersiap. " Jonathan mengenakan jaket yang sama seperti yang dipakai Thomas. Hari ini akan menjadi hari tersibuk sepanjang pekan ini. Meski pengunjung memadati supermarket, tetapi pengaturan yang telah dibuat Thomas membuat antrian tidak terlalu panjang. Area kasir ditambah dua lagi sehingga pengunjung toko bisa dilayani dengan cepat. Tak ada jeda waktu. Waktu makan siang pun dipercepat karena pengunjung tak juga berkurang hingga menjelang mala

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 62 Kesibukan di supermarket

    Keesokan pagi ditemani Jonathan, Emily menyerahkan sampel urine ke laboratorium klinik sesuai arahan dokter Roberta. Setelah mengantar Emily pulang, Jonathan berangkat menuju tempat kerja. Hari ini hari tersibuk menjelang akhir pekan. Menjelang Black Friday banyak barang baru berdatangan, bertepatan dengan ketidakhadiran Thomas karena sakit. Jonathan menggantikan tugas Thomas sementara waktu. Ia memantau pekerjaan di gudang hingga penataan barang di rak-rak pajangan. Belum lagi beberapa komplain dari pelanggan yang mengomel karena antrian panjang di area kasir. Jonathan berinisiatif menambah area kasir darurat. Saat waktu makan siang, tiba-tiba muncul Claire di ambang pintu ruangan kantor Jonathan. "Hai, apa aku mengganggu? " tanya Claire ceria. Jonathan tersenyum. "Tidak, ada apa Claire? " "Aku hanya ingin mampir. " Jonathan teringat Brianna, Claire tampaknya seumuran dengan Brianna. "Bagaimana kabar Thomas?Apa dia sudah membaik? " Claire mendekat, tanpa diminta ia d

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 61 Hamil

    Dua bulan lagi adalah Black Friday. Dikenal dengan hari belanja besar-besaran dengan diskon sangat menarik. Black Friday jatuh pada hari Jumat setelah Thanksgiving di bulan November. Jonathan membuat proposal tentang penawaran menarik khusus di Black Friday. Siang itu sebelum makan siang ia menyerahkan proposal itu pada Thomas. “Aku membuat konsep tentang diskon saat Black Friday,” ucapnya. “Baik, akan kupelajari.” Thomas menerima lembaran kertas itu. “Kau makan siang di luar?” “Tidak, aku membawa bekal.” Jonathan meringis menahan kikuk. “istriku memaksaku membawa bekal untuk berhemat.” Thomas tertawa. Ia menunjukkan wadah bekal makan siangnya. “Tidak usah malu, aku selalu membawa bekal. Ayo makan bersama di sini,”ajak Thomas kemudian. Jonathan menurut. Keduanya makan bersama di meja Thomas saat setengah jam berlalu, terlihat wajah Claire muncul dari balik pintu. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa ketertarikannya saat mendekati Jonathan. “Hai, kudengar dari papa, kau pengganti

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status