Home / Romansa / Cinta posesif sang CEO / Bab 7 Jonathan dan Emily

Share

Bab 7 Jonathan dan Emily

Author: luscie
last update Last Updated: 2025-02-21 13:37:25

Sudah hampir sebulan ini, Jonathan sering meminta bantuan Emily untuk menemaninya menghabiskan waktu luang di akhir pekan. Entah sudah berapa puluh alasan yang diberikan Jonathan hingga Emily tak bisa menolaknya. Hanya untuk sekedar jalan di taman kota, menemaninya berbelanja pakaian atau menikmati sunset di Pantai.

Sebuah pesan pendek masuk di layar ponsel Emily. Dari Jonathan.

“Aku jenuh, temani aku ke café malam ini”

Emily melirik jam tangan di pergelangan tangan kanannya. Pukul 19.00. Harusnya dua jam yang lalu waktu kantor telah berakhir. Tapi ia harus lembur menyelesaikan laporan stok asset untuk persiapan audit akhir tahun.

Emily mengetik pesan balasan “Aku harus lembur. ”

Sesaat kemudian Jonathan mengetikkan sesuatu. “Siapa saja yang lembur di ruanganmu?”

Meski satu divisi, tapi job desk pekerjaan Emily berbeda dengan Cali dan Abigail, jadi malam ini ia hanya sendiri.

“Aku sendirian.”

Tak ada jawaban. Emily merasa Jonathan memaklumi kesibukannya dan takkan tega mengganggunya. Sepuluh menit kemudian ia kembali larut dalam pekerjaannya.

Tiba-tiba dari arah pintu tampak sosok pria tegap memasuki ruangan. Jonathan tersenyum menawan sembari membawa dua cangkir kopi di tangannya.

Emily panik. Berapa orang yang harus dilalui pria itu hingga sampai di ruangannya. “Sir, kau harus segera pergi. Orang-orang bisa melihatmu.”Ia bergegas berdiri dan sedikit mendorong Jonathan keluar ruangan.

Jonathan tertawa. “Jangan khawatir, hanya kamu pekerjaku yang paling rajin. Lihat, jam berapa sekarang?Semua orang sudah pulang, Em.”

Emily menghela nafas lega “Jika setiap hari kau lakukan ini, aku bisa terkena serangan jantung.”

Jonathan tertawa lepas. Menampakkan gigi terawat bak model iklan pasta gigi. Andai saja kehidupannya berbeda, ia pasti tergila gila dengan pria ini.

“Lanjutkan saja, aku takkan mengganggu,”janjinya sembari menarik kursi mendekat. Jonathan meletakkan satu gelas kopi instan di samping meja kerja Emily.

Emily kembali melanjutkan pekerjaannya. Tapi ia tak bisa berkonsentrasi. Dengan ekor matanya ia bisa merasakan tatapan Jonathan ke arahnya.

“Bisakah kau melakukan hal lain selain mengawasiku?”

“Tidak bisa, Em. Di ruangan ini hanya ada kursi dan meja, yang menarik perhatian hanya kamu.”

“Oh Tuhan, baiklah, apa yang kau inginkan?”

“Makan di luar. Aku jenuh, Seharian tadi jadwalku padat. Rapat berjam jam. Aku tak sempat makan di luar. Simon membelikan makanan yang benar-benar tidak enak tadi siang. Moodku hancur, Em.”

Luar biasa, batin Emily. Pria ini bisa bersikap dingin dengan semua karyawannya. Pelit senyum dan sedikit bicara. Tapi jika sedikit saja mengenalnya, Jonathan akan berbicara panjang lebar tanpa diminta. Dan hal itu berlaku untuk Emily dan Simon saja.

Emily menghela nafas. “Oke, ayo keluar makan.”Emily menutup beberapa lembar kerja di komputernya dan segera menekan tombol shutdown.

Jonathan tersenyum puas. “Kali ini kau yang memilih tempat makan.”

Emily mengenakan mantel. “Aku tak terbiasa makan di luar. Setiap hari aku memasak sendiri makananku,”Emily menunjukkan wadah untuk bekal makannya dengan senyum lucu.

Jonathan terkekeh. “Baiklah, bagaimana kalau kita beli makanan di luar dan makan di tempatku?”

“Itu lebih baik. Ayo.”

Berdua mereka beriringan pergi. Memesan makanan dari aplikasi penyedia makanan online di jalan menuju tempat tinggal Jonathan.

Satu lift khusus membawa mereka ke lantai teratas gedung apartemen. “Ayo masuk.”Jonathan membuka pintu dengan sebuah kartu akses dan mempersilahkan Emily masuk saat pintu telah terbuka.

Ini pertama kali Emily datang ke apartemen Jonathan. Ini bukan apartemen biasa. Ini sebuah penthouse. Langit-langit ruangan terlihat tinggi dengan semua interior yang memukau. Dari ruangan tempatnya berdiri, Emily bisa melihat sebuah jendela besar yang memperlihatkan gemerlap lampu kota.

“Apakah kau tidak merasa takut berada sendirian di tempat sebesar ini?”

Jonathan tertawa mendengar pertanyaan Emily. “Apa yang harus kutakutkan?Jika yang kamu maksud hantu, maaf…”Jonathan tersenyum geli. “Aku tidak percaya hantu itu ada.”

Jonathan melepas jas dan meletakkannya di sebuah lemari tanam di samping pintu. Ia membantu Emily melepas mantelnya. Ia membuka kancing atas kemejanya. “Jika yang kamu maksud pencuri, aku percaya akan system keamanan di sini. Dan kalaupun ada pencuri hebat yang bisa masuk apartemenku, dia bisa mengambil sesuka hati mereka, karena tidak ada barang berharga di sini,”Jonathan tersenyum lebar.

Jonathan melangkah ke arah dapur bernuansa putih dengan desain fantastis. Meja dapur terbuat dari marmer berkualitas tinggi, dan meski tampak minimalis tapi semua peralatan dapur menggunakan bahan premium. Emily membayangkan jika dirinya memasak di tempat sefantasis ini pasti membuatnya betah.

“Hei, jangan melamun, ayo makan.”Tiba-tiba saja Jonathan sudah membawa beberapa kantong makanan di tangannya. Begitu kagumnya Emily dengan apartemen pria itu hingga tak menyadari Simon datang membawa makanan.

“Aku dulu pernah kuliah di bidang desain interior,”ucap Emily bernostalgia.

Jonathan menghentikan gerakan tangan membuka segel makanan. Ia menatap Emily yang tampak termenung. “Oh ya?”

“Aku sempat kuliah tiga semester.”

“Apa yang terjadi?”

Emily mengalihakan pandangan menatap Jonathan. Tersenyum kecut. “Aku jatuh cinta. Dan menjadi bodoh.”

Jonathan diam sesaat, kemudian kembali sibuk membuka segel makanan dan menyiapkan makanan ke dalam beberapa wadah. Setelah selesai ia menghampiri Emily dan duduk di sampingnya.

“Tidak ada yang salah dengan jatuh cinta. Yang salah adalah keputusan yang diambil tanpa pikir panjang.”Jonathan berusaha menghibur.

“Kau benar. Aku tidak berfikir ternyata hati manusia bisa berubah secepat itu. Aku berhenti kuliah demi menikahi pria yang kucintai Aku menangisi kebodohanku itu setiap hari.”

Jonathan dengan hati-hati meraih tangan Emily, mengelusnya perlahan. “Bukankah setiap orang pernah salah melangkah? Tapi lihatlah dirimu sekarang. Kurasa banyak wanita yang ingin menjadi Emily seperti ini. Pekerja hebat, meski bukan bidang yang kau sukai tapi kamu bertahan melakukannya sebaik mungkin.”

Emily menunduk dengan tatapan kosong.

Jonathan membisikan sesuatu di telinga wanita itu. “Ayo makan.”

Emily menengadah menatap Jonathan. Tersenyum tipis. “Maaf, aku jadi cengeng.”

“Tak apa, aku jarang melihatmu seperti ini.”Jonathan meletakkan piring di depan Emily. “Duduk saja, aku akan melayanimu,”Jonathan tersenyum sembari menaruh beberapa jenis masakan ke dalam piring Emily. Terakhir ia meletakkan sehelai kain di pangkuan wanita itu.

“Berapa banyak wanita yang kau perlakukan seperti ini?”

“Seperti apa?”Jonathan balik bertanya pura-pura tidak tahu.

“Lupakan saja, aku lapar.”Emily meneruskan suapannya.

Jonathan tergelak melihat kelakuan Emily. Keduanya menikmati makan malam dengan tenang. Sibuk dengan pikiran masing-masing.

“Apakah kalian masih bersama?”tanya Jonathan tiba-tiba. Ia menatap Emily. Keduanya berpandangan sesaat. “Maaf, tak mengapa jika kamu tidak ingin membicarakannya. Tapi sejauh yang kutahu, bagi wanita berbagi masalah dengan orang lain bisa mengurangi beban mereka. Setidaknya mereka mendapat sudut pandang baru tentang masalah yang dihadapi.”

“Kami sudah bercerai sebelum aku bekerja di Weston.”Emily menunduk. Memainkan sendok di tangannya. “Dia sudah bertunangan.”

“Dia bukan pria yang beruntung karena melepaskanmu.”Jonathan membesarkan hati Emily.

“Terima kasih sudah menghiburku, bos,”balas Emily mencoba melucu.

Jonathan menatap Emily lekat. Jantung Emily berdetak lebih kencang menyadari tatapan lelaki itu. Aura maskulin dari gestur tubuh Jonathan membuat Emily merasa mendamba, menginginkan sesuatu yang lain dari Jonathan. Ia merasa dirinya tiba-tiba bergairah. Emily mengumpat dalam hati. Wanita itu tampak salah tingkah. Ia buru-buru membereskan piringnya. “Aku sudah selesai makan.” Ia mengambil piring Jonathan yang telah kosong sedari tadi dan membawanya ke tempat cuci piring.

“Sebaiknya aku segera pulang,”ucap Emily usai mencuci piring kotor dan mengeringkan tangan.

“Baiklah, ayo ku antar pulang.”

“Tak usah, cukup Simon saja.”

Jonathan diam tak ingin berdebat. Ia bersikeras mengantar Emily pulang.

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam saat mereka tiba di depan rumah Emily.

“Terima kasih sudah mengantarku,”Emily membuka pintu rumah.

“Terima kasih sudah menemaniku makan,”balas Jonathan.

“Oke selamat malam,”Emily hendak menutup pintu saat tiba-tiba Jonathan mencium pipinya singkat

“Selamat malam Em,”Jonathan menanti reaksi Emily, Wanita itu terkejut tapi berusaha menutupi dan bersikap biasa. Pria itu bergerak menjauh dan melambaikan tangan.

Jantung Emily berdetak kencang. “Tenang Emily, ini perasaan wajar jika kau diperlakukan manis oleh seorang pria.”Ia menenangkan hatinya. “Ingat tujuan hidupmu sekarang. Tak ada ruang lagi untuk perasaan bodoh seperti cinta. Dan Jonathan hanya bersikap layaknya teman padamu,”Ia meyakinkan dirinya sepanjang malam.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 66 Bertemu Joseph

    Butuh waktu yang cukup lama untuk memulihkan kondisi keuangan Weston Corp. Sudah hampir lima bulan. Beberapa kontrak perjanjian baru telah ditandatangani. Meski tidak dapat pulih sepenuhnya tapi setidaknya mampu menghasilkan laba yang diharapkan oleh semua pihak. Baik pemegang saham maupun jajaran manajemen dan karyawan Weston Corp. Jonathan pulang larut malam itu. Simon yang setia mengantarnya menuju apartemen sederhana di tengah kota. Emily tak ingin pindah. Ia lebih nyaman tinggal di sana karena selain lebih dekat dengan Weston Corp, Aldera lebih mudah mengunjunginya. Saat membuka pintu, tampak pemandangan yang selalu membuat Jonathan rindu pulang. Emily duduk di sofa sambil menimang putranya. "Hai, " sapa Jonathan hampir berbisik. Ia mencium lembut bibir Emily sembari berjongkok di depan istrinya, memandang wajah damai putranya yang tertidur pulas. "Mandilah, kamu tampak lelah, " ucap Emily seraya bangkit berdiri saat Jonathan mengambil Kenneth dari tangannya dan beranj

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 65 Kenneth Walker

    Proses persalinan Emily dibantu oleh seorang Widwife ramah bernama Adelle. Emily baru diperbolehkan masuk ke ruang bersalin setelah pembukaan lima. Jonathan mendampingi istrinya selama proses berlangsung. “Ma’am, anda harus berjalan-jalan untuk mempercepat proses kelahiran,” saran Adelle saat bukaan Emily tak kunjung bertambah. Emily telah menjalani serangkaian proses persalinan mulai mencek detak jantung bayi dalam kandungan hingga proses induksi untuk merangsang kontraksi. Jonathan membantu Emily berkeliling rumah sakit. Setelahnya proses induksi kedua kembali dilakukan. Ada beberapa pilihan pain killer yang ditawarkan Midwife untuk mengurangi sakit saat kontraksi dan Emily memilih mandi dengan air hangat. Jonathan dengan sabar mengganti bath tub dengan air hangat agar Emily bisa berendam dengan nyaman. Hampir empat jam hingga kontraksi semakin terasa luar biasa menyakitkan. Proses persalinan berlangsung sekitar satu jam. Jonathan hampir tak kuasa menahan air mata saat bayi mu

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 64 Kembali ke Manhattan

    Jonathan mengantar Emily hingga ke dalam apartemen. "Kembalilah bekerja," ucap Emily sembari berjalan menuju kamar. "Aku tidak akan tenang sebelum kamu memaafkan ku. " Jonathan masih membayangi langkah istrinya hingga ke kamar. Emily ingin mengatakan sesuatu yang bisa menenangkan hati Jonathan, tapi entah mengapa lidahnya kelu, moodnya memburuk. "Sayang, " panggil Jonathan meraih pinggang Emily dan merapatkan ke tubuhnya. "bagaimana lagi aku harus menjelaskan, Em? " "Tidak perlu, aku tidak butuh penjelasanmu, aku ingin tidur. " Emily melepaskan tangan Jonathan dengan wajah cemberut. "Jangan begini, Sayang." "Sudah, pergilah." Emily beranjak menuju ranjang dan merebahkan tubuh Jonathan melirik jam tangan sekilas. Waktu tutup supermarket satu jam lagi. Ia bergegas pergi menuju tempat kerjanya. Membantu Thomas hingga waktu tutup toko. Setelah pamit pada Thomas, ia pulang dengan tergesa. Jonathan mandi sebentar sebelum merebahkan tubuh di samping istrinya. Emily ber

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 63 Black Friday

    Jonathan datang lebih awal hari ini. Antrian panjang tampak di depan pintu masuk supermarket bahkan sebelum toko dibuka. Beberapa personel keamanan bersiap di pintu masuk memastikan pengunjung tetap mematuhi peraturan toko meski hari ini adalah hari khusus, dimana harga hampir semua barang yang ada di supermarket di diskon mulai empat puluh persen. "Kau lihat antrian di depan pintu, Jonathan? " tanya Thomas mengenakan jaket khusus toko. Ia bersiap pergi. "Ya, aku lihat." Jonathan melirik jam dinding. "sepuluh menit lagi, aku akan bersiap. " Jonathan mengenakan jaket yang sama seperti yang dipakai Thomas. Hari ini akan menjadi hari tersibuk sepanjang pekan ini. Meski pengunjung memadati supermarket, tetapi pengaturan yang telah dibuat Thomas membuat antrian tidak terlalu panjang. Area kasir ditambah dua lagi sehingga pengunjung toko bisa dilayani dengan cepat. Tak ada jeda waktu. Waktu makan siang pun dipercepat karena pengunjung tak juga berkurang hingga menjelang mala

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 62 Kesibukan di supermarket

    Keesokan pagi ditemani Jonathan, Emily menyerahkan sampel urine ke laboratorium klinik sesuai arahan dokter Roberta. Setelah mengantar Emily pulang, Jonathan berangkat menuju tempat kerja. Hari ini hari tersibuk menjelang akhir pekan. Menjelang Black Friday banyak barang baru berdatangan, bertepatan dengan ketidakhadiran Thomas karena sakit. Jonathan menggantikan tugas Thomas sementara waktu. Ia memantau pekerjaan di gudang hingga penataan barang di rak-rak pajangan. Belum lagi beberapa komplain dari pelanggan yang mengomel karena antrian panjang di area kasir. Jonathan berinisiatif menambah area kasir darurat. Saat waktu makan siang, tiba-tiba muncul Claire di ambang pintu ruangan kantor Jonathan. "Hai, apa aku mengganggu? " tanya Claire ceria. Jonathan tersenyum. "Tidak, ada apa Claire? " "Aku hanya ingin mampir. " Jonathan teringat Brianna, Claire tampaknya seumuran dengan Brianna. "Bagaimana kabar Thomas?Apa dia sudah membaik? " Claire mendekat, tanpa diminta ia d

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 61 Hamil

    Dua bulan lagi adalah Black Friday. Dikenal dengan hari belanja besar-besaran dengan diskon sangat menarik. Black Friday jatuh pada hari Jumat setelah Thanksgiving di bulan November. Jonathan membuat proposal tentang penawaran menarik khusus di Black Friday. Siang itu sebelum makan siang ia menyerahkan proposal itu pada Thomas. “Aku membuat konsep tentang diskon saat Black Friday,” ucapnya. “Baik, akan kupelajari.” Thomas menerima lembaran kertas itu. “Kau makan siang di luar?” “Tidak, aku membawa bekal.” Jonathan meringis menahan kikuk. “istriku memaksaku membawa bekal untuk berhemat.” Thomas tertawa. Ia menunjukkan wadah bekal makan siangnya. “Tidak usah malu, aku selalu membawa bekal. Ayo makan bersama di sini,”ajak Thomas kemudian. Jonathan menurut. Keduanya makan bersama di meja Thomas saat setengah jam berlalu, terlihat wajah Claire muncul dari balik pintu. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa ketertarikannya saat mendekati Jonathan. “Hai, kudengar dari papa, kau pengganti

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status