Home / Romansa / Cinta posesif sang CEO / Bab 7 Jonathan dan Emily

Share

Bab 7 Jonathan dan Emily

Author: luscie
last update Last Updated: 2025-02-21 13:37:25

Sudah hampir sebulan ini, Jonathan sering meminta bantuan Emily untuk menemaninya menghabiskan waktu luang di akhir pekan. Entah sudah berapa puluh alasan yang diberikan Jonathan hingga Emily tak bisa menolaknya. Hanya untuk sekedar jalan di taman kota, menemaninya berbelanja pakaian atau menikmati sunset di Pantai.

Sebuah pesan pendek masuk di layar ponsel Emily. Dari Jonathan.

“Aku jenuh, temani aku ke café malam ini”

Emily melirik jam tangan di pergelangan tangan kanannya. Pukul 19.00. Harusnya dua jam yang lalu waktu kantor telah berakhir. Tapi ia harus lembur menyelesaikan laporan stok asset untuk persiapan audit akhir tahun.

Emily mengetik pesan balasan “Aku harus lembur. ”

Sesaat kemudian Jonathan mengetikkan sesuatu. “Siapa saja yang lembur di ruanganmu?”

Meski satu divisi, tapi job desk pekerjaan Emily berbeda dengan Cali dan Abigail, jadi malam ini ia hanya sendiri.

“Aku sendirian.”

Tak ada jawaban. Emily merasa Jonathan memaklumi kesibukannya dan takkan tega mengganggunya. Sepuluh menit kemudian ia kembali larut dalam pekerjaannya.

Tiba-tiba dari arah pintu tampak sosok pria tegap memasuki ruangan. Jonathan tersenyum menawan sembari membawa dua cangkir kopi di tangannya.

Emily panik. Berapa orang yang harus dilalui pria itu hingga sampai di ruangannya. “Sir, kau harus segera pergi. Orang-orang bisa melihatmu.”Ia bergegas berdiri dan sedikit mendorong Jonathan keluar ruangan.

Jonathan tertawa. “Jangan khawatir, hanya kamu pekerjaku yang paling rajin. Lihat, jam berapa sekarang?Semua orang sudah pulang, Em.”

Emily menghela nafas lega “Jika setiap hari kau lakukan ini, aku bisa terkena serangan jantung.”

Jonathan tertawa lepas. Menampakkan gigi terawat bak model iklan pasta gigi. Andai saja kehidupannya berbeda, ia pasti tergila gila dengan pria ini.

“Lanjutkan saja, aku takkan mengganggu,”janjinya sembari menarik kursi mendekat. Jonathan meletakkan satu gelas kopi instan di samping meja kerja Emily.

Emily kembali melanjutkan pekerjaannya. Tapi ia tak bisa berkonsentrasi. Dengan ekor matanya ia bisa merasakan tatapan Jonathan ke arahnya.

“Bisakah kau melakukan hal lain selain mengawasiku?”

“Tidak bisa, Em. Di ruangan ini hanya ada kursi dan meja, yang menarik perhatian hanya kamu.”

“Oh Tuhan, baiklah, apa yang kau inginkan?”

“Makan di luar. Aku jenuh, Seharian tadi jadwalku padat. Rapat berjam jam. Aku tak sempat makan di luar. Simon membelikan makanan yang benar-benar tidak enak tadi siang. Moodku hancur, Em.”

Luar biasa, batin Emily. Pria ini bisa bersikap dingin dengan semua karyawannya. Pelit senyum dan sedikit bicara. Tapi jika sedikit saja mengenalnya, Jonathan akan berbicara panjang lebar tanpa diminta. Dan hal itu berlaku untuk Emily dan Simon saja.

Emily menghela nafas. “Oke, ayo keluar makan.”Emily menutup beberapa lembar kerja di komputernya dan segera menekan tombol shutdown.

Jonathan tersenyum puas. “Kali ini kau yang memilih tempat makan.”

Emily mengenakan mantel. “Aku tak terbiasa makan di luar. Setiap hari aku memasak sendiri makananku,”Emily menunjukkan wadah untuk bekal makannya dengan senyum lucu.

Jonathan terkekeh. “Baiklah, bagaimana kalau kita beli makanan di luar dan makan di tempatku?”

“Itu lebih baik. Ayo.”

Berdua mereka beriringan pergi. Memesan makanan dari aplikasi penyedia makanan online di jalan menuju tempat tinggal Jonathan.

Satu lift khusus membawa mereka ke lantai teratas gedung apartemen. “Ayo masuk.”Jonathan membuka pintu dengan sebuah kartu akses dan mempersilahkan Emily masuk saat pintu telah terbuka.

Ini pertama kali Emily datang ke apartemen Jonathan. Ini bukan apartemen biasa. Ini sebuah penthouse. Langit-langit ruangan terlihat tinggi dengan semua interior yang memukau. Dari ruangan tempatnya berdiri, Emily bisa melihat sebuah jendela besar yang memperlihatkan gemerlap lampu kota.

“Apakah kau tidak merasa takut berada sendirian di tempat sebesar ini?”

Jonathan tertawa mendengar pertanyaan Emily. “Apa yang harus kutakutkan?Jika yang kamu maksud hantu, maaf…”Jonathan tersenyum geli. “Aku tidak percaya hantu itu ada.”

Jonathan melepas jas dan meletakkannya di sebuah lemari tanam di samping pintu. Ia membantu Emily melepas mantelnya. Ia membuka kancing atas kemejanya. “Jika yang kamu maksud pencuri, aku percaya akan system keamanan di sini. Dan kalaupun ada pencuri hebat yang bisa masuk apartemenku, dia bisa mengambil sesuka hati mereka, karena tidak ada barang berharga di sini,”Jonathan tersenyum lebar.

Jonathan melangkah ke arah dapur bernuansa putih dengan desain fantastis. Meja dapur terbuat dari marmer berkualitas tinggi, dan meski tampak minimalis tapi semua peralatan dapur menggunakan bahan premium. Emily membayangkan jika dirinya memasak di tempat sefantasis ini pasti membuatnya betah.

“Hei, jangan melamun, ayo makan.”Tiba-tiba saja Jonathan sudah membawa beberapa kantong makanan di tangannya. Begitu kagumnya Emily dengan apartemen pria itu hingga tak menyadari Simon datang membawa makanan.

“Aku dulu pernah kuliah di bidang desain interior,”ucap Emily bernostalgia.

Jonathan menghentikan gerakan tangan membuka segel makanan. Ia menatap Emily yang tampak termenung. “Oh ya?”

“Aku sempat kuliah tiga semester.”

“Apa yang terjadi?”

Emily mengalihakan pandangan menatap Jonathan. Tersenyum kecut. “Aku jatuh cinta. Dan menjadi bodoh.”

Jonathan diam sesaat, kemudian kembali sibuk membuka segel makanan dan menyiapkan makanan ke dalam beberapa wadah. Setelah selesai ia menghampiri Emily dan duduk di sampingnya.

“Tidak ada yang salah dengan jatuh cinta. Yang salah adalah keputusan yang diambil tanpa pikir panjang.”Jonathan berusaha menghibur.

“Kau benar. Aku tidak berfikir ternyata hati manusia bisa berubah secepat itu. Aku berhenti kuliah demi menikahi pria yang kucintai Aku menangisi kebodohanku itu setiap hari.”

Jonathan dengan hati-hati meraih tangan Emily, mengelusnya perlahan. “Bukankah setiap orang pernah salah melangkah? Tapi lihatlah dirimu sekarang. Kurasa banyak wanita yang ingin menjadi Emily seperti ini. Pekerja hebat, meski bukan bidang yang kau sukai tapi kamu bertahan melakukannya sebaik mungkin.”

Emily menunduk dengan tatapan kosong.

Jonathan membisikan sesuatu di telinga wanita itu. “Ayo makan.”

Emily menengadah menatap Jonathan. Tersenyum tipis. “Maaf, aku jadi cengeng.”

“Tak apa, aku jarang melihatmu seperti ini.”Jonathan meletakkan piring di depan Emily. “Duduk saja, aku akan melayanimu,”Jonathan tersenyum sembari menaruh beberapa jenis masakan ke dalam piring Emily. Terakhir ia meletakkan sehelai kain di pangkuan wanita itu.

“Berapa banyak wanita yang kau perlakukan seperti ini?”

“Seperti apa?”Jonathan balik bertanya pura-pura tidak tahu.

“Lupakan saja, aku lapar.”Emily meneruskan suapannya.

Jonathan tergelak melihat kelakuan Emily. Keduanya menikmati makan malam dengan tenang. Sibuk dengan pikiran masing-masing.

“Apakah kalian masih bersama?”tanya Jonathan tiba-tiba. Ia menatap Emily. Keduanya berpandangan sesaat. “Maaf, tak mengapa jika kamu tidak ingin membicarakannya. Tapi sejauh yang kutahu, bagi wanita berbagi masalah dengan orang lain bisa mengurangi beban mereka. Setidaknya mereka mendapat sudut pandang baru tentang masalah yang dihadapi.”

“Kami sudah bercerai sebelum aku bekerja di Weston.”Emily menunduk. Memainkan sendok di tangannya. “Dia sudah bertunangan.”

“Dia bukan pria yang beruntung karena melepaskanmu.”Jonathan membesarkan hati Emily.

“Terima kasih sudah menghiburku, bos,”balas Emily mencoba melucu.

Jonathan menatap Emily lekat. Jantung Emily berdetak lebih kencang menyadari tatapan lelaki itu. Aura maskulin dari gestur tubuh Jonathan membuat Emily merasa mendamba, menginginkan sesuatu yang lain dari Jonathan. Ia merasa dirinya tiba-tiba bergairah. Emily mengumpat dalam hati. Wanita itu tampak salah tingkah. Ia buru-buru membereskan piringnya. “Aku sudah selesai makan.” Ia mengambil piring Jonathan yang telah kosong sedari tadi dan membawanya ke tempat cuci piring.

“Sebaiknya aku segera pulang,”ucap Emily usai mencuci piring kotor dan mengeringkan tangan.

“Baiklah, ayo ku antar pulang.”

“Tak usah, cukup Simon saja.”

Jonathan diam tak ingin berdebat. Ia bersikeras mengantar Emily pulang.

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam saat mereka tiba di depan rumah Emily.

“Terima kasih sudah mengantarku,”Emily membuka pintu rumah.

“Terima kasih sudah menemaniku makan,”balas Jonathan.

“Oke selamat malam,”Emily hendak menutup pintu saat tiba-tiba Jonathan mencium pipinya singkat

“Selamat malam Em,”Jonathan menanti reaksi Emily, Wanita itu terkejut tapi berusaha menutupi dan bersikap biasa. Pria itu bergerak menjauh dan melambaikan tangan.

Jantung Emily berdetak kencang. “Tenang Emily, ini perasaan wajar jika kau diperlakukan manis oleh seorang pria.”Ia menenangkan hatinya. “Ingat tujuan hidupmu sekarang. Tak ada ruang lagi untuk perasaan bodoh seperti cinta. Dan Jonathan hanya bersikap layaknya teman padamu,”Ia meyakinkan dirinya sepanjang malam.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 8 Pertemuan tak terduga

    Pagi ini waktu terasa berjalan lambat. Emily duduk di samping ibunya, di ruang tunggu Harlem Hospital Center. Sang ayah, Robert Patterson harus dilarikan ke rumah sakit karena mengalami sesak nafas. Emily mengirim pesan kepada Paula Meyer jika dirinya tidak masuk kerja. Dan Paula mengijinkan. Nyonya Aldera menghapus air mata yang menggenang di sudut mata. Emily mempererat genggaman tangannya. “Ayah akan baik-baik saja.” “Kuharap begitu, Em. Penyakit ginjal ayahmu sudah kronis. Dokter bilang ini sudah stadium akhir. “ Emily mengangguk. “Tapi kita tidak boleh menyerah,bu.” “Tidak akan pernah. Aku akan berjuang bersamanya.” Emily memeluk bahu ibunya. Mencium sisi wajah Aldera. Berusaha memberikan kekuatan. “Ibu tidak sendiri. Aku dan Eden akan berjuang demi ayah.” Aldera tersenyum samar. Menatap lalu lalang pengunjung rumah sakit yang berseliweran di sepanjang koridor. Saat menjelang sore hari sebuah pesan pendek muncul di ponsel Emily. Dari Jonathan. “Kudengar ayahmu ada

    Last Updated : 2025-02-28
  • Cinta posesif sang CEO   Bab 9 Perasaan nyaman bersamamu

    Jonathan menyalakan fitur navigasi canggih di samping kemudi saat telah berada di dalam mobil. Mereka berkendara selama setengah jam saat Jonathan memarkir mobil di sebuah kawasan perbukitan. Dari tempat mereka berhenti, tampak pemandangan cantik lampu-lampu kota berada di bawah mereka. “Ayo,”ajak Jonathan sembari membuka pintu mobil. Emily menurut tanpa kata. “Kubantu duduk,”ucapnya kepada Emily. Jonathan meraih pinggang Emily, membantu wanita itu duduk di atas kap mobil. Ia menyusul duduk di samping Emily. Lama keduanya saling diam. Menikmati keindahan lampu kota. Emily berpaling ke arah Jonathan. “Terima kasih.” Jonathan menatap Emily. Ia tahu wanita itu tengah menyembunyikan perasaannya. Entah itu sedih atau marah. Jonathan merapat ke tubuh Emily. . Lengan kokohnya meraih kepala Emily, merengkuhnya dalam dekapan. “Aku tak pernah mengalami situasi seperti ini, jadi maaf aku tak bisa melakukan hal lain untuk menghiburmu.” Emily melingkarkan lengan di pinggang Jonathan

    Last Updated : 2025-03-01
  • Cinta posesif sang CEO   Bab 10 Sebuah Undangan

    Caroline menepati ucapannya. Dua undangan tiba di meja sekretaris Jonathan siang itu. “Excuse me, sir. Ada undangan untukmu.” Jonathan menerima undangan itu dan membaca sekilas. Acara pernikahan Oliver dan Caroline Sabtu pekan ini. “Terima kasih,Ernette.” Wanita tua itu mengangguk dan berlalu pergi meninggalkan ruangan sang CEO. Jonathan berfikir sesaat sebelum meraih ponselnya dan mengirim gambar undangan itu kepada Emily. Beberapa menit kemudian muncul pesan balasan dari Emily. “Aku tidak perlu datang.” Jonathan mengetikkan sesuatu. “Tunjukkan padanya kamu baik-baik saja. Jangan biarkan mereka senang.” “Aku tidak perlu membuktikan apapun pada mereka.” “Kamu yakin?” Tak ada balasan dari Emily. Jonathan merasa tidak perlu memaksa Emily lagi. Keputusan Emily pasti telah dipertimbangkan dengan baik. Jonathan melanjutkan pekerjaannya kembali saat setengah jam kemudian muncul pesan dari Emily. “Menurutmu, apakah aku harus datang?” Jonathan tersenyum. Ia menge

    Last Updated : 2025-03-02
  • Cinta posesif sang CEO   Bab 11 Pernikahan Oliver dan Caroline

    Satu jam lagi acara pernikahan akan dimulai. Oliver dan keluarganya telah menyewa sebuah ruangan mewah di sebuah hotel bintang lima. Undangan terbatas di kalangan tertentu. Hanya rekan bisnis dan teman terdekat. Sementara di apartemen Jonathan, di salah satu kamar telah tertata rapi gaun-gaun malam koleksi terbaik musim ini. Jonathan telah mempersiapkan semuanya. Ia telah menyewa tim Make up artist terbaik yang diketahuinya dari salah satu rekan bisnis pemilik perusahaan kosmetik. Emily membeku di tempatnya berdiri saat beberapa orang berpakaian seragam mulai berdatangan di apartemen Jonathan. Mereka dengan sigap memperkenalkan diri dan memberitahu Emily untuk bersiap di kamar yang telah disediakan. “Tidakkah menurutmu ini sangat berlebihan?”gerutunya ke arah Jonathan sebelum menghilang dari balik pintu kamar. Jonathan tak berkomentar. Ia sendiri sibuk mempersiapkan diri di kamarnya. Jonathan mengenakan tuxedo hitam yang melekat erat di tubuhnya. Tuxedo shaw lapel yang dipaduk

    Last Updated : 2025-03-03
  • Cinta posesif sang CEO   Bab 12 Jonathan dan ‘monster’nya

    Thanksgiving merupakan hari bahagia bagi sebuah keluarga untuk bisa merayakan tradisi dan berkumpul bersama. Tapi tidak dengan Jonathan, undangan yang diterimanya dari James siang itu benar-benar membuatnya sakit kepala. Keluarga besar William Walker akan merayakan Thanksgiving dan mengundang hampir seluruh keluarga dekat. “Aku mohon luangkan waktumu untuk datang, Nathan,”ucap James di seberang telepon. “Kita ini keluarga. Apapun yang terjadi. Apapun masalahmu dengan Pamela dan Jacob, kuharap tidak membuat kita terpisah sebagai keluarga.” Jonathan menghela nafas panjang. Satu hal yang paling dibencinya adalah berada di rumahnya dan mengenang berbagai kenangan buruk masa kecilnya. “Entahlah, James, Aku banyak kerjaan.” “Meskipun di hari libur?” Jonathan memaki dalam hati. Alasan yang buruk sekali. “Kau bisa mengundang temanmu juga, Nath,”bujuk James lagi. “Atau kekasihmu,”James sedikit menyelidik. Jonathan tidak bersuara. Ia tidak ingin berbagi kehidupan pribadi dengan s

    Last Updated : 2025-03-03
  • Cinta posesif sang CEO   Bab 13 Makan malam keluarga

    Kepala pelayan dengan ramah membawa mereka ke sebuah kamar di lantai dua. “Silahkan masuk tuan Jonathan, kami akan membawa barang bawaan anda segera.” “Terima kasih, Paul.” Paul mengangguk dan membungkuk hormat sebelum berlalu pergi. “Apakah kita akan tinggal dalam satu kamar, Sir?”tanya Emily gugup. Ia mengamati sekeliling. Lampu chandelier bergantung di tengah ruangan. Di samping tempat tidur tampak tirai mewah model overlay warna coklat senada dengan sprei ranjang. “Kita ini sepasang kekasih, Em, tak mungkin mereka memberi kita kamar berbeda.”Jonathan menahan senyum. Suasana hatinya telah berubah. “Dan biasakan memanggilku sayang seperti tadi, oke?”Ia tersenyum puas. “Oh come on, Sir,” “Hei..” “Sayang…” “Itu lebih baik,”seru Jonathan “Tapi dimana aku harus tidur?”Emily memperhatikan, meski kamar tidur itu tampak luas dan berinterior mewah, tapi hanya ada satu ranjang dan sofa kecil . “Tentu saja di ranjang, Sayang, ”goda Jonathan. “Berdua?” “Tenang, tidurku

    Last Updated : 2025-03-04
  • Cinta posesif sang CEO   Bab 14 Emily tenggelam

    “Sialan!”Jonathan memaki pelan.”Emily.”Ia memanggil wanita di sebelahnya. Emily terbangun dari tidurnya saat tangan kokoh Jonathan mengguncang tubuhnya pelan. Suasana kamar gelap gulita. Emily ingat jika dirinya tidak pernah mematikan lampu kamar. Ia ingat kata-kata Jonathan jika saat tidurpun ia selalu menyalakan lampu. “Tunggu sebentar.”Emily sadar kepanikan yang mulai menyerang Jonathan. Entah sejak kapan lelaki itu berusaha membangunkannya. Emily mengambil handphone dari atas nakas di samping tempat tidur dan menekan tombol senter. Kamar sedikit terang. Emily menoleh ke arah Jonathan yang terduduk di ranjang sembari menyadarkan kepala di sandaran ranjang. Dengan sedikit terburu, Emily turun dari tempat tidur dan menyalakan saklar lampu. Tampaknya mati lampu. Ia segera bergerak perlahan menuju jendela, menyibakkan gorden untuk memastikan di luar juga mati lampu. Suasana taman gelap gulita. Hanya sedikit penerangan dari cahaya bulan. “Bagaimana keadaanmu?”Emily bergerak ke

    Last Updated : 2025-03-05
  • Cinta posesif sang CEO   Bab 15 Siapa Pelakunya

    Jonathan menyiram tubuhnya sebanyak mungkin berusaha meredam gejolak hasratnya. Menjelang pagi tadi ia terbangun dan menyadari Emily tertidur dengan memeluk lengannya. Sialnya itu membuat hasratnya tiba-tiba bangkit dan ia memaki berkali-kali berusaha menahan gairah. Ini pertama kalinya bagi Jonathan harus berjuang menekan hasratnya sendiri. Baginya sangat mudah mendapat wanita untuk penyaluran nafsu seks. Mereka juga dengan sukarela tanpa imbalan apapun melayaninya. Tapi dengan Emily tidak akan semudah itu. “Hidupku sudah seperti pastor,”keluhnya membatin. Sudah hampir enam bulan ia tidak berhubungan seks dengan wanita manapun. Bayangan Emily membuatnya tak berminat mencari wanita lain. Gila!Runtuknya lagi dalam hati. Perasaan apa ini? Jonathan keluar dari kamar mandi dan segera menyadari Emily tak ada di ruangan. Kemana wanita itu? Pintu kamar tertutup rapat tapi jendela menuju balkon terbuka lebar hingga membuat tirai kamar beberapa kali bergerak tertiup angin. Jonathan bergeg

    Last Updated : 2025-03-05

Latest chapter

  • Cinta posesif sang CEO   Kenneth Walker

    Proses persalinan Emily dibantu oleh seorang Widwife ramah bernama Adelle. Emily baru diperbolehkan masuk ke ruang bersalin setelah pembukaan lima. Jonathan mendampingi istrinya selama proses berlangsung.“Ma’am, anda harus berjalan-jalan untuk mempercepat proses kelahiran,” saran Adelle saat bukaan Emily tak kunjung bertambah. Emily telah menjalani serangkaian proses persalinan mulai mencek detak jantung bayi dalam kandungan hingga proses induksi untuk merangsang kontraksi.Jonathan membantu Emily berkeliling rumah sakit. Setelahnya proses induksi kedua kembali dilakukan. Ada beberapa pilihan pain killer yang ditawarkan Midwife untuk mengurangi sakit saat kontraksi dan Emily memilih mandi dengan air hangat. Jonathan dengan sabar mengganti bath tub dengan air hangat agar Emily bisa berendam dengan nyaman. Hampir empat jam hingga kontraksi semakin terasa luar biasa menyakitkan. Proses persalinan berlangsung sekitar satu jam. Jonathan hampir tak kuasa menahan air mata saat bayi mungil

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 64 Kembali ke Manhattan

    Jonathan mengantar Emily hingga ke dalam apartemen. "Kembalilah bekerja," ucap Emily sembari berjalan menuju kamar. "Aku tidak akan tenang sebelum kamu memaafkan ku. " Jonathan masih membayangi langkah istrinya hingga ke kamar. Emily ingin mengatakan sesuatu yang bisa menenangkan hati Jonathan, tapi entah mengapa lidahnya kelu, moodnya memburuk. "Sayang, " panggil Jonathan meraih pinggang Emily dan merapatkan ke tubuhnya. "bagaimana lagi aku harus menjelaskan, Em? " "Tidak perlu, aku tidak butuh penjelasanmu, aku ingin tidur. " Emily melepaskan tangan Jonathan dengan wajah cemberut. "Jangan begini, Sayang." "Sudah, pergilah." Emily beranjak menuju ranjang dan merebahkan tubuh Jonathan melirik jam tangan sekilas. Waktu tutup supermarket satu jam lagi. Ia bergegas pergi menuju tempat kerjanya. Membantu Thomas hingga waktu tutup toko. Setelah pamit pada Thomas, ia pulang dengan tergesa. Jonathan mandi sebentar sebelum merebahkan tubuh di samping istrinya. Emily ber

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 63 Black Friday

    Jonathan datang lebih awal hari ini. Antrian panjang tampak di depan pintu masuk supermarket bahkan sebelum toko dibuka. Beberapa personel keamanan bersiap di pintu masuk memastikan pengunjung tetap mematuhi peraturan toko meski hari ini adalah hari khusus, dimana harga hampir semua barang yang ada di supermarket di diskon mulai empat puluh persen. "Kau lihat antrian di depan pintu, Jonathan? " tanya Thomas mengenakan jaket khusus toko. Ia bersiap pergi. "Ya, aku lihat." Jonathan melirik jam dinding. "sepuluh menit lagi, aku akan bersiap. " Jonathan mengenakan jaket yang sama seperti yang dipakai Thomas. Hari ini akan menjadi hari tersibuk sepanjang pekan ini. Meski pengunjung memadati supermarket, tetapi pengaturan yang telah dibuat Thomas membuat antrian tidak terlalu panjang. Area kasir ditambah dua lagi sehingga pengunjung toko bisa dilayani dengan cepat. Tak ada jeda waktu. Waktu makan siang pun dipercepat karena pengunjung tak juga berkurang hingga menjelang mala

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 62 Kesibukan di supermarket

    Keesokan pagi ditemani Jonathan, Emily menyerahkan sampel urine ke laboratorium klinik sesuai arahan dokter Roberta. Setelah mengantar Emily pulang, Jonathan berangkat menuju tempat kerja. Hari ini hari tersibuk menjelang akhir pekan. Menjelang Black Friday banyak barang baru berdatangan, bertepatan dengan ketidakhadiran Thomas karena sakit. Jonathan menggantikan tugas Thomas sementara waktu. Ia memantau pekerjaan di gudang hingga penataan barang di rak-rak pajangan. Belum lagi beberapa komplain dari pelanggan yang mengomel karena antrian panjang di area kasir. Jonathan berinisiatif menambah area kasir darurat. Saat waktu makan siang, tiba-tiba muncul Claire di ambang pintu ruangan kantor Jonathan. "Hai, apa aku mengganggu? " tanya Claire ceria. Jonathan tersenyum. "Tidak, ada apa Claire? " "Aku hanya ingin mampir. " Jonathan teringat Brianna, Claire tampaknya seumuran dengan Brianna. "Bagaimana kabar Thomas?Apa dia sudah membaik? " Claire mendekat, tanpa diminta ia d

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 61 Hamil

    Dua bulan lagi adalah Black Friday. Dikenal dengan hari belanja besar-besaran dengan diskon sangat menarik. Black Friday jatuh pada hari Jumat setelah Thanksgiving di bulan November. Jonathan membuat proposal tentang penawaran menarik khusus di Black Friday. Siang itu sebelum makan siang ia menyerahkan proposal itu pada Thomas. “Aku membuat konsep tentang diskon saat Black Friday,” ucapnya. “Baik, akan kupelajari.” Thomas menerima lembaran kertas itu. “Kau makan siang di luar?” “Tidak, aku membawa bekal.” Jonathan meringis menahan kikuk. “istriku memaksaku membawa bekal untuk berhemat.” Thomas tertawa. Ia menunjukkan wadah bekal makan siangnya. “Tidak usah malu, aku selalu membawa bekal. Ayo makan bersama di sini,”ajak Thomas kemudian. Jonathan menurut. Keduanya makan bersama di meja Thomas saat setengah jam berlalu, terlihat wajah Claire muncul dari balik pintu. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa ketertarikannya saat mendekati Jonathan. “Hai, kudengar dari papa, kau pengganti

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 60 Pekerjaan baru

    Jonathan terpaksa menjual penthousenya dengan harga di bawah pasar, itu dilakukan demi segera mendapatkan uang membayar gaji dan tunjangan pisah karyawan resort. Pihak asuransi properti masih dalam penyelidikan tentang penyebab kebakaran sehingga tidak bisa mengupayakan pencairan asuransi kebakaran dalam waktu dekat.Jonathan meminta James untuk memperkerjakan kembali Simon di Weston dan juga merekomendasikan Mateo untuk bekerja di sana.Jonathan dan Emily melakukan persiapan untuk berangkat ke Manchester setelah sebelumnya berpamitan pada Aldera.“Jaga diri baik-baik, Sayang.” Aldera memeluk Emily dan Jonathan saat keduanya berpamitan pergi“Ibu jaga kesehatan, ya.”Emily mengurai pelukan. “Tolong sampaikan Eden, untuk biaya kuliahnya, akan kutransfer setiap bulan ke rekeningnya seperti biasa, jadi dia tak perlu khawatir.”Aldera mengangguk dengan mata berkaca-kaca.“Jaga Emily, Jonathan.”“Aku janji,” kata Jonathan sebelum keduanya berlalu pergi.Saat tiba di mansion, hanya James d

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 59 Merelakan Weston Corp

    Jonathan berdiri di depan puing-puing bangunan resort bekas kebakaran. Ia terdiam lama. Emily ingin mendekat dan memberi semangat untuk Jonathan tapi ia enggan untuk mengganggu Jonathan yang tengah merenung. Lelaki itu tangguh. Hanya masalah seperti itu takkan menggoyahkan jiwanya. Emily yakin itu. Jonathan berbalik menghadapnya. Dengan senyum. "Aku sudah mengasuransikan properti ini. Tapi untuk membangunnya kembali butuh waktu lama. " Ia berbicara tidak hanya pada Emily, tapi juga ditujukan pada Lucas. "Dengan berat hati, aku harus menghentikan operasional resort. Aku akan bertanggungjawab memberikan hak kalian sesuai kesepakatan. " Sekarang ia benar-benar berdiri di depan Lucas. Lucas menghormati keputusan Jonathan. Setelah keduanya memberikan briefing singkat pada seluruh karyawan dan memberikan kesempatan untuk berpamitan, Jonathan dan Emily berkendara pulang. "Setelah urusan pembayaran gaji selesai, aku ingin kita pergi ke Manchester atau Wales, " ucap Jonathan saat kedu

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 58 Kebebasan Jonathan

    Emily dirawat di rumah sakit karena terlalu banyak menghirup asap. Saluran pernapasan nya mengalami iritasi dan peradangan. Dalam kesempatan terakhir, Emily sempat hampir merasa dirinya telah mati. Kilasan kilasan peristiwa asing masuk ke dalam ingatannya dan Emily yakin mungkin inilah saat waktu nya telah berakhir di dunia. Tapi Tuhan masih menginginkan ia hidup. "Emily, kau sudah sadar? " Aldera yang pertama kali menyapanya. Emily mengerjapkan mata, suasana kamar yang serba putih dan bau khas rumah sakit membuatnya pening. "Ibu, apa yang terjadi? " "Kau pingsan saat resort kebakaran. " Emily terkesiap. "Kebakaran? " tanyanya panik. "Bagaimana orang-orang di dalam resort? " "Tak ada korban jiwa, Sayang. " Emily bersyukur dalam hati. "Kai yang membawa mu keluar dari ruangan. " "Kai?"Tiba-tiba ia teringat akan Kai. Juga sesuatu yang terjadi di masa lalu. Jonathan yang meminta maaf atas perbuatan adiknya yang berusaha menceburkan nya ke dalam kolam dan yang berusaha

  • Cinta posesif sang CEO   Bab 57 Dalang di balik kebakaran

    Kebakaran cepat menyebar dari arah gudang persediaan. Suasana yang sebelumnya sunyi berubah menjadi riuh oleh suara alarm kebakaran dan lalu lalang orang yang panik menuju pintu keluar. Lucas menerima telepon dari keamanan resort tentang beberapa orang yang mencurigakan. "Dua orang cari pelakunya, yang lain segera amankan pengunjung, " perintah Lucas sembari mengeluarkan senjata api dari laci meja kamar tidurnya. Ia bergerak keluar kamar. Sebelumnya ia telah mengkoordinasi staff yang masih bekerja di sif malam untuk melakukan protokol kebakaran. Di luar kamar terlihat Simon dan Kai yang kebingungan mencari sesuatu. "Kau melihat Emily? " tanya Kai panik. Lucas menggeleng. "Kukira dia di kamarnya. " "Tidak ada, aku sudah mencarinya ke sana, " ucap Kai sembari melakukan panggilan telepon. "Aku juga tidak bisa menghubungi Mateo. " "Kau sudah mencarinya di gudang?" tanya Lucas "Gudang sudah terbakar habis, pemadam kebakaran sudah dalam perjalanan ke sini. " "Aku akan m

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status