Share

Pura-pura

Ghani kini beralih ke adik kembarnya tersebut,

"Yang kemarin itu pacar Lo ya, boleh juga, ganteng, selera Lo bagus", bukan kata-kata perpisahan yang di katakan Ghani, melainkan ia membahas laki-laki yang mengantar Ghina tadi sore.

"Iya, itu calon pacar gue, Lagian ngapain bahas dia sih, bukannya ngucapin selamat tinggal, hati-hati dijalan, eh malah ngomong hal lain", Ucap Ghina kesal.

Alisa dan Fandi dapat melihat jika kedua anak kembarnya itu sedang berdebat lagi, dan Alisa dan Fandi hanya saling menggelengkan kepala mereka.

"Sudah-sudah, kalian ini gak di rumah, gak disini kok berdebat aja", ucap Fandi.

Mereka berdua pun kemudian saling diam,

"Ya udah Lo hati-hati dijalan, Jangan lupa telfon pacar Lo nanti dia ngambek lagi kayak Lo", Rafa yang melihatnya pun juga ikut menggeleng kan kepalanya,

"Sudah-sudah, kalian tuh udah besar", Ucap Rafa yang kemudian mengajak Ghina untuk segera masuk karena pesawat akan berangkat.

"Dek, kakak berangkat dulu", ucap Rafa kepada Ghani,

"Iya kak, hati-hati". Rafa, Ghina dan kedua orang tuanya pun akhirnya pergi meninggalkan Ghani.

Beberapa menit kemudian akhirnya Alisa, Fandi , Rafa dan Ghina sudah berangkat, Ghani pun segera kembali dan mengajak supirnya untuk pulang ke rumah karena ia sudah tidak kuat lagi untuk membuka matanya, didalam perjalanan pulang, Ghani sudah tidak bisa membuka matanya kembali, ia tertidur pulas sampai supir yang sedang mengemudi pun merasa kasihan kepada majikannya tersebut.

Kini Ghani sudah berada di pelataran rumahnya, dengan pelan supir itu pun membangunkan Ghani,

"Den, sudah sampai, ayo turun Den", Ghani pun menggeliat, ia kemudian perlahan membuka matanya dan saat ia lihat pertama kalinya ia masih berada di dalam mobil.

"Sudah sampai ya pak, terimakasih ya, kalau gitu aku masuk dulu", supir itu pun mengangguk dan Ghani kemudian segera masuk kedalam rumahnya dan segera melanjutkan tidurnya yang sempat terganggu tadi.

Hari ini merupakan hari terakhir pak Bambang dirawat di rumah sakit, Ghani pun sudah memberitahu jika pak Bambang sudah bisa pulang, keadaan pak Bambang memang sudah cukup membaik setelah menjalani beberapa pemeriksaan selama ini.

Ratna pagi ini berniat menjemput orang tuanya setelah kurang lebih satu Minggu berada di sini, Ratna memang capek terkadang harus bolak-balik ke kampus, pulang dan setelah itu ke rumah sakit.

"Mah, sudah selesai atau belum??", Tanya Ratna kepada Mamanya.

"Iya sebentar lagi, kamu temui duku dokter Ghani ya, bilang terimaksih kepadanya", Ucap Bu Dina kepada Ratna putrinya.

Ratna pun mengangguk, tapi sejujurnya ia malas sekali jika harus bertemu degan dokter Ghani, Dokter yang paling dingin di rumah sakit ini, para suster muda dan para dokter muda pun masih belum menyerah mendekati seorang dokter Ghani, tapi lagi-lagi dokter Ghani hanya menganggap itu biasa saja.

Ratna kini berjalan menuju ke ruangan dokter Ghani, ruangan yang mengingatkan kejadian dirinya yang tak tahu malunya meminta minum didalam ruangan tersebut.

"Gimana ya, aku masuk atau tidak??", tanya Ratna dalam hatinya, sejujurnya ia sangat malas jika harus kehadapan dengan  dokter yang dianggap sombong oleh Ratna itu.

Tangan Ratna sudah terangkat ingin mengetuk pintu ruangan tersebut, tapi ia urungkan kembali, sudah hampir lima kali Ratna ingin mengetuk pintu tersebut dan sudah hampir lima kali juga Ratna urungkan niatnya,

Ratna kemudian membuang nafasnya kasar dan menetralkan degupan jantungnya, ia sendiri tidak tahu kenapa di saat mau bertemu dengan dokter Ghani kinerja jantungnya tak dapat di kondisikan seperti ini.

Ratna sudah memutuskan untuk mengetuk dan masuk kedalam ruangan dokter itu, Ratna sudah tidak mau membuang waktu lagi, jika tidak sekarang, mau kapan lagi, toh ia sudah tidak mau kembali ke tempat ini, lagi pula siapa yang mau kembali ke ruang sakit, tidak akan pernah.

Tangan Ratna sudah terangkat kembali, mencoba untuk mengetuk, tapi siapa sangka saat ia benar-benar ingin mengetuk, justru pintu tersebut terbuka tiba-tiba dan sial nya lagi mengenai wajah tampan dokter itu, Ratna pun seketika kaget, mulutnya seketika menganga mengingat apa yang ia lakukan barusan.

"Maaf dokter, saya tidak sengaja", Dokter Ghani pun saat ini tengah mengusap kening yang sudah terkena tangan Ratna, Memang apa yang dilakukan Ratna memang cukup kerasa sehingga membuat dokter Ghani seketika memelototkan matanya.

"Kamu???, apa yang kamu lakukan??, apa kamu tidak lihat kamu sedang mengetuk kening ku", Ucap Ghani kepada Ratna.

Ratna pun lagi-lagi tertunduk mendengarkan ocehan Ghani untuk yang ke tiga kalinya.

"Maafkan saya dok, saya tidak sengaja, saya memang berniat untuk menemui dokter, tapi saat saya ingin mengetuk pintu, ternyata dokter malah keluar terlebih dahulu", ucap Ratna yang mencoba menjelaskan semuanya.

Ghani pun terlihat masih setengah kesakitan, tapi ia memaklumi apa yang dilakukan wanita ini.

"Ada apa kamu mau menemui ku??", tanya dokter Ghani akhirnya, Ratna pun mulai lega karena urusan kening tadi sudah terselesaikan.

" Saya hanya ingin mengucapkan terimakasih kepada dokter, dan hari ini saya akan membawa ayah saya pulang", ucap Ratna.

"Hmm, baiklah, itu semua sudah tugas saya sebagai seorang dokter, jadi kamu tidak perlu melakukan hal itu", ucap Ghani.

Ratna merasa urusan nya sudah selesai, dan ia kini berniat pamit karena tidak mau sampai berlama-lama berurusan dengan yang namanya doker Ghani.

"Saya rasa sudah tidak ada lagi yang  ingin saya katakan dokter, kalau begitu saya mau pamit duku, permisi", ucap Ratna yang saat itu juga dihentikan oleh Ghani.

"Mau kemana kamu??", Tanya Ghani kepada Ratna.

"Saya mau pulang Dok, bukannya urusan saya sendiri dah selesai disini, jadi untuk apa saya masih berada disini??", tanya Ratna.

"Selesai katamu??", Tanya Ghani lagi dan Ratna pun hanya mengangguk.

"Urusan kita belum selesai begitu saja, kamu harus bertanggung jawab, kening saya masih sakit, jangan pernah kabur dari saya", ucap Ghani.

Ratna pun semakin kesal, bukannya semua sudah selesai tapi ini apalagi, tanggung jawab??, rasanya Ratna mau pukul saja wajah dokter itu dengan tasnya.

"Mana ponselmu??", Tanya Ghani kepada Ratna.

"Ponsel??, untuk apa??", tanya Ratna tidak mengerti

"Sudan jangan banyak tanya, cepetan mana ponselmu", perintah Ghani kepada Ratna, dengan terpaksa pun Ratna akhirnya menyerahkan ponselnya kepada Ghani, entah apa yang akan dilakukan dokter itu dengan ponsel Ratna, Ratna pun masih belum tahu dan hanya sebatas melihat saja

Terdengar ponsel berbunyi dari saku jas putih milik Ghani, dan setelah itu ghnyai pun menyerahkan ponsel Ratna kembali.

"Jangan pernah kabur dari ku, Jika sewaktu-waktu aku memintamu untuk bertanggung jawab kamu harus segera datang", ucap Ghani yang kemudian berlalu dari hadapan Ratna.

Ratna pun mendengus kesal, dia kemudian memasukkan ponselnya kembali kedalam tasnya,

"Dasar dokter gila", ucap Ratna sedikit keras membuat Ghani berbalik arah melihat Ratna.

Ratna pun menutup mulutnya, tak sangka apa yang ia ucapkan tadi terdengar oleh Ghani yang Ratna rasa sudah berjalan cukup jauh dari dirinya.

Ratna akhirnya pun kembali kedalam ruang rawat ayahnya, memang ruang rawat itu cukup jauh, dan itu lagi-lagi membuat Ratna lelah saat berjalan menyusuri koridor rumah sakit untuk segera sampai di ruang rawat inap ayahnya.

Ratna berubah pikiran, ia kemudian tidak menuju ruang rawat ayahnya terlebih dahulu, ia akan mengurus pembayaran perawatan ayahnya selama di rumah sakit ini, jadi Ratna memutuskan untuk langsung turun ke lantai utama untuk melakukan pembayaran di bagian administrasi rumah sakit.

Langkah Ratna sangat cepat,ia baru ingat jika jam 11 nanti ia ada jam kuliah, kemudahan ia segera kembali ke ruangan ayahnya dan segera membawa ayahnya pulang dari rumah sakit ini.

Akhirnya Ratna pun lega, ia bisa keluar juga dari rumah sakit ini, dengan mengendarai mobil pribadinya ia kemudian mengantar ayah dan mamanya pulang terlebih dahulu, supir yang biasanya menjemput pun hari ini tak datang, sengaja Ratna tidak memberi tahu, ia ingin dirinya sendiri lah yang menjemput kedua orangtuanya tersebut.

Satu jam kemudian Ratna akhirnya sampai di pelataran rumahnya, rumah yang tidak cukup besar tapi juga tidak kecil, hanya dua lantai,Ratan pun turun dan kemudian membukakan pintu untuk mamanya.

Terlihat pak Bambang sudah sangat sehat sehingga membuat Ratna tak khawatir lagi, pekerjaan ayahnya yang sangat sibuk membuat pak Bambang akhirnya jatuh sakit dan dilarikan kerumah sakit selama satu Minggu ini.

Setelah mengantarkan orang tuanya ke dalam, Ratna pun kembali berpamitan, Ratna sudah hampir telat dan ia segera berangkat menuju ke kampusnya.

Ia kemudian kembali mobilnya dengan kecepatan lumayan tinggi, ia sudah hampir telat dan tak mungkin juga jika ia akan kena hukum dari dosen yang akan mengisi jam kuliah nya sekarang

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status