Share

Jebakan

Pertemuan dua keluarga sudah berlangsung. Bahkan tanggal pernikahan Adinda dan Ardiaz juga sudah ditetapkan. Namun sayang belakangan ini wajah Adinda justru sering tampak muram. Bukannya tak bahagia karena sebentar lagi dirinya akan menjadi istri seseorang. Dia gelisah memikirkan beban lain yang datang.

Banyak yang mengatakan beberapa ujian seringkali terjadi pada seseorang yang akan segera menikah. Termasuk dengan kehadiran sosok dari masa lalu. Itulah yang sedang mengganggu kebahagiaan Adinda. Rafli, mantan kekasihnya datang dan menghubunginya kembali.

Dua tahun yang lalu saat masih menginjak semester akhir di salah satu perguruan tinggi, Adinda sempat menjalin hubungan dengan Rafli yang merupakan teman kuliahnya. Dulu Adinda belum berhijrah seperti sekarang ini. Dia masih sempat mencicipi keindahan hubungan tak halal dengan lawan jenis yang berlabel pacaran.

Saat itu Adinda mengalami musibah dalam hidupnya. Ketika dirinya disibukkan dengan tugas akhir skripsi, ayahnya pun mengalami kecelakaan parah. Adinda sangat menyayangi sang ayah. Apalagi bagi seorang anak perempuan, kehadiran sosok ayah memang sangat berarti.

Adinda merasa tak punya harapan saat Ahyan, ayahnya, sempat dinyatakan kritis. Dia pun berjanji akan menuruti segala permintaan sang ayah jika Tuhan masih berkenan memberikan kesembuhan. Doanya terkabul. Ahyan berhasil disembuhkan walau sejak saat itu tak bisa bekerja lagi karena mengalami kelumpuhan.

Meski tak sembuh seperti sebelumnya, tapi Adinda tetap bersyukur dan berniat menepati janjinya. Dia siap untuk melakukan apa pun yang diminta sang ayah. Namun ternyata, permintaan Ahyan cukup menyejutkan.

“Ayah hanya ingin kamu berubah menjadi seorang anak perempuan yang solihah. Perbaiki hidup dan taati aturan agama. Sebab kecelakaan ini membuat ayah sadar bahwa harta paling berharga yang dimiliki orang tua adalah anak solih-solihah yang doanya bisa menjadi syafaat bagi kami.”

Adinda masih ingat dengan jelas permintaan Ahyan yang membuatnya tertunduk malu. Sejak saat itu Adinda pun memupuk niat untuk mulai berubah sedikit demi sedikit. Dia mulai merubah cara berpenampilannya menjadi lebih tertutup. Dia juga lebih rajin mengerjakan ibadah.

Namun satu hal yang sempat memberatkan Adinda adalah tentang hubungannya dengan Rafli. Waktu itu Adinda sangat menyayangi Rafli. Sudah banyak impian hidup yang mereka susun berdua.

Adinda sadar hubungannya dengan Rafli tidak diperbolehkan menurut agama. Demi sang ayah, Adinda ingin hijrah seutuhnya. Meski belum bisa tegas memutuskan hubungan, tapi perlahan dia mulai berubah sikap dan menjaga batasan interaksi dengan Rafli.

Adinda selalu menghindari setiap ajakan Rafli untuk jalan berdua. Termasuk sikap Rafli yang sesekali ingin merangkul atau memegang tangannya juga dia tepis dengan berbagai alasan. Rafli pun bukan tak merasakan perubahan sikap Adinda kepadanya hingga dia mengira sudah tidak ada rasa.

Akhirnya hubungan mereka kandas karena Rafli ketahuan selingkuh. Tidak hanya soal pengkhianatan, mereka mengakhiri hubungan juga karena merasa sudah tak lagi sepaham.

“Akhir-akhir ini kamu berubah menjadi perempuan yang membosankan, Adin. Itu sebabnya aku mencari pengalihan lain di luar,” ucap Rafli saat ditanya tentang alasannya berselingkuh.

Adinda tak begitu mempermasalahkan keputusan itu. Meski tetap saja ada luka hati yang tersisa saat harus berpisah dengan laki-laki yang pernah dicintai. Dia sadar pandangan hidupnya dan Rafli sudah berbeda.

Saat Adinda menjelaskan tentang hijrahnya, Rafli justru menganggap semua itu hanyalah omong kosong. Rafli yang sudah terbiasa hidup bebas tidak mau mengikuti jejak perubahan Adinda. Dia bahkan sempat mengungkapkan kekecewaannya sebab hubungan mereka harus berakhir begitu saja.

Tak mau terpuruk dan membuang waktu sia-sia, setelah putus dari Rafli, Adinda memutuskan untuk fokus menyelesaikan kuliahnya dan mencari kerja. Bagaimana pun juga dia harus membantu keuangan keuarga setelah ayahnya tak bisa bekerja. Hingga akhirnya dia pun diterima di sebuah bank syariah dengan posisi sebagai marketing.

Pekerjaan itu pula yang akhirnya mengantarkan pada pertemuan Adinda dengan Ardiaz. Saat lamaran sudah digelar dan mereka sepakat untuk menikah, ujian datang dengan kembalinya Rafli. Beberapa hari belakangan Rafli sering menghubungi Adinda dan mengajak untuk mengulang kisah cinta mereka lagi.

“Mohon maaf, Raf. Aku tidak bisa karena aku sudah dilamar oleh seseorang. Sebentar lagi kami akan menikah,” tutur Adinda dengan jujur.

Adinda tidak ingin menutupi apa pun. Bahkan Adinda berharap pengakuannya akan membuat Rafli mundur dan berhenti mengusiknya. Rafli memang pernah menjadi sosok laki-laki yang sempat mengisi hati Adinda.

Tapi kini dia sudah memiliki Ardiaz dalam hidupnya. Bagi Adin, apa yang dia miliki saat ini jauh lebih baik daripada ditukar dengan masa lalu. Ardiaz adalah laki-laki taat yang bisa menjadi imam untuk membimbingnya. Adinda tidak ingin mengkhianati Ardiaz.

“Tidak, Din. Aku tidak rela kamu menikah dengan laki-laki lain. Aku masih mencintaimu, Adinda. Bahkan sampai saat ini aku tidak bisa benar-benar melupakan kamu. Sudah berkali-kali aku mencoba menjalin hubungan dengan beberapa wanita. Namun semuanya tetap tak ada artinya sebab aku tahu yang aku inginkan hanyalah dirimu. Kita bisa mengulang lagi kisah kita yang dulu. Bahkan sekarang aku juga sudah mendapat pekerjaan yang mapan. Kita bisa langsung menikah jika kamu memang tidak menghendaki ikatan apa pun selain pernikahan,” ujar Rafli masih tak menyerah saat berbicara dengan Adinda di telepon.

“Sekali lagi aku minta maaf, Raf. Aku benar-benar tidak bisa. Aku tidak mungkin mengkhianati calon suamiku. Lupakanlah aku dan carilah kebahagiaanmu sendiri. Tolong jangan ganggu aku lagi,” tegas Adinda. Itu bukan pertama kalinya Rafli menelepon dan meracau tidak jelas tentang kabar pernikahan Adinda yang tidak bisa dia terima.

Adinda berpikir  Rafli akan berhenti mengganggunya setelah semua penolakan dan penjelasan yang dia utarakan. Namun ternyata semua tidak berjalan sesuai yang dia perkirakan. Rafli justru mengajaknya bertemu.

“Baiklah jika kamu memang sudah teguh pendirian untuk menikah dengan laki-laki pilihanmu. Hanya saja, aku ingin bertemu denganmu untuk yang terakhir kalinya. Apakah bisa?  Sebab aku tidak akan bisa menghadiri pernikahanmu nanti. Aku tidak akan sanggup melihat gadis yang masih aku cintai bersanding dengan laki-laki lain di pelaminan. Setidaknya sebelum hari pernikahanmu, kita bisa bertemu untuk sebuah ucapan selamat tinggal,” bujuk Rafli membuat Adinda ragu.

Adinda kebingungan apakah dia harus memenuhi permintaan Rafli atau tidak. Semenjak resli dilamar oleh Ardiaz, Adinda menjadi lebih membatasi sikap terutama dalam berinteraksi dengan lawan jenis. Dia sadar kini dirinya sudah bukan perempuan bebas.

Sedikitnya, dia sudah terikat dengan Ardiaz dan dia tidak ingin mengkhianati siapa pun. Namun panggilan dari masa lalu kian membuatnya bimbang. Bukan karena masih ada cinta yang tersisa. Namun dia berpikir setidaknya dia bisa memperbaiki masa lalunya sebelum melangkah menuju kehidupan baru.

Adinda berniat baik hingga memutuskan untuk memenuhi ajakan Rafli. Namun tak ada yang bisa membaca alur takdir. Adinda tidak tahu bahwa keinginannya memperbaiki masa lalu justru akan menjadi benalu untuk masa depannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status