Home / Romansa / Cinta vs Pelet / Pasang Susuk

Share

Pasang Susuk

Author: Swimbi D. A
last update Last Updated: 2021-12-08 13:00:00

Sari meraih kotak merah muda yang terjatuh di lantai. Mencari apakah ada pesan di dalamnya. Nihil. Bahkan di plastik hitam pembungkus kotak pun hanya ada nama dan alamat lengkap Sari. Ia hanya bisa mengelus dada berulang, mencoba memahami maksud dari semua. Kira-kira siapa pelakunya? 

Wanita itu menggeleng, menolak pikiran yang langsung tertuju pada Erika. Sari memilih mengambil gawai dan ia memfoto kotak itu. Lalu mengirimkannya kepada Jojo dan menceritakan kejadian aneh yang baru saja terjadi. Mungkin, Jojo mengetahui pelakunya. 

Orang yang mengetahui alamat baru mereka hanya teman-teman kerja Jojo. Tidak mungkin Erika tahu, pikir Sari. 

Sementara Jojo yang baru membuka pesan Sari, terdiam. Tentu, pikirannya langsung tertuju ke Erika, sama seperti Sari. Ia sadar, gadis itu tidak akan dengan mudah melepaskan. Namun, kenapa baru sekarang mengusik kehidupan rumah tangganya? 

Sesaat Jojo menepis pikiran itu. Tidak ingin istrinya menjadi khawatir dan mencari tahu sebab Erika kembali mengusik. Ia mencoba menenangkan hati Sari. 

[Aku nggak tahu siapa pelakunya, Ndok. Nggak usah kamu berpikir macam-macam, ya. Mungkin orang iseng.]

Namun, Sari tidak bisa begitu saja menuruti perkataan Jojo. Hatinya terus bertanya apa maksud dari kelakuan pengirim paket ini. 

***

Erika baru saja tiba di rumah Emak. Wanita tua itu telah menanti kedatangannya. Lagi-lagi tawanya menampilkan gigi yang penuh dengan bekas sirih. Setelah Erika masuk dan mereka duduk berhadapan, Emak memulai percakapan. Ia menanyakan kabar hubungan dengan Jojo. Erika pun menceritakan semua. 

"Saya sudah bersikap manis. Tapi, dia malah mengakhiri hubungan."

"Lalu, bagaimana sekarang? Kau mau apa?"

"Kirim santet ke istrinya dan pasang susuk. Agar lelaki itu segera kembali ke pelukanku. Begitu pun istrinya, mati."

Emak tergelak-gelak mendengar jawaban Erika. Gadis itu sudah mulai sadis, hal yang sangat ia suka. Tentu, begitu pun dengan para jin yang menjadi pengikutnya. 

"Baiklah. Kau ada foto wanita itu?" Erika mengangguk. Mengeluarkan foto Sari yang didapatkan dari akun Jojo dan telah dicetak. 

"Hari ini kita ritual santet dulu. Sementara susuk, akan menyusul dilain hari."

"Apa tidak bisa sekalian, Mak?"

"Tidak. Aku butuh istirahat untuk memulihkan tenaga."

"Kalau begitu, aku mau susuk duluan." Emak mengerutkan dahi. "Iya, karena aku nggak bisa jauh dari lelaki itu, ingin segera bertemu lagi dengannya."

Tawa wanita tua itu kembali menggelegar. Mengagetkan Erika yang sedang bicara serius. 

"Anak muda yang haus belaian ternyata. Baiklah. Jadi, apa sudah kau putuskan, susuk apa yang akan dipasang?"

***

[Fem, udah lu kirim?]

Erika mengirim pesan singkat ke Femi. 

[Udah dong, tadi siang. Lu gimana, udah jadi pasang susuknya?]

[Udah. Ternyata nggak sakit seperti yang gue takutkan.]

[Terus santetnya?]

[Belum bisa sekarang, Fem. Nunggu waktu.]

"Kak, ayo, kita makan," ucap Meli. Erika menaruh gawainya di ranjang dan bergabung dengan keluarganya untuk makan malam. 

Semua tampak diam, tidak ada yang berbicara selama makan.

"Kamu sudah tidak ada niat bunuh diri lagi 'kan?" tanya ibunya. Semua yang telah menyelesaikan makan malam, menatap Erika. Erika pun meneguk air putih sebelum menjawab. 

"Memang kenapa, Bu? Apa itu yang Ibu inginkan, aku mati?" Wanita paruh baya itu tertawa lepas. 

"Mana mungkin Ibu menginginkan kamu segera mati. Siapa yang akan menafkahi kami nanti? Kau tahu sendiri, ayahmu tidak berguna."

"Stop, Bu! Jika Ayah tidak berguna, Ibu bisa pergi dari rumah ini dan berpisah dengan Ayah. Aku juga muak dengan ucapan Ibu yang selalu menghina Ayah."

Semua terdiam dan kaget mendengar jawaban Erika. Bahkan wanita paruh baya itu tidak menyangka apa yang baru saja keluar dari mulut anaknya. 

"Hei, kau mengusirku dari sini?" Wanita paruh baya itu memukul meja makan dengan mata terbelalak menusuk tatapan Erika. 

"Cukup, Erika! Jaga bicaramu," ucap ayah Erika. 

"Ayah juga, kenapa selalu diam saja ketika dihina, hah?"

"Kalian semua masuk ke kamar!" teriak ayah Erika. Kedua adiknya sudah meninggalkan meja makan, sedangkan Erika memandang sinis kedua orang tuanya. Tidak paham dengan mereka. 

***

Erika baru saja membuka pintu rumah, sudah terdapat ibunya di sana. Menatapnya penuh amarah. Ia tidak paham maksud dari tatapan itu. Gadis seksi itu memilih menghindar dan segera membereskan barang-barangnya. Semua ritual pemasangan susuk telah selesai, tidak ada alasan baginya berlamaan di rumah gubuk. 

"Bagus, ya! Kau tahu dampak dari perbuatanmu itu?" teriak ibu Erika. Erika hanya diam di hadapannya penuh tanya. "Dasar Pelacur!"

"Maksud Ibu apa?" balas Erika. Matanya terpaku pada tatapan tajam wanita paruh baya itu. 

"Kau mau tahu sebab ayahmu tidak pernah meninggalkanku dan mengapa aku terjebak disini? Kau akan menyesal seperti aku!"

Erika yang semakin tidak paham hanya bisa menggeleng dan melenggang. Pikirnya, wanita paruh baya itu hanya ingin meminta uang. Mencari alasan dan ulah seperti biasa. 

"Erika! Untuk apa kau pasang susuk? Hah?"

Erika menghentikan langkah, tercengang. Dari mana ibunya mengetahui tentang susuk yang baru saja ia pasang? 

"Bodoh! Sebelum terlambat, kau kembali ke Emak dan lepas susuk itu!"

"Ibu ngomong apa? Aku tidak paham!"

"Apa? Tidak paham! Kau bisa membohongi semua orang. Tapi tidak denganku. Kau pikir selama ini aku tidak tahu pekerjaanmu di kota apa? Lalu, sekarang, kau pasang susuk. Untuk apa? Menggaet lelaki? Sebelum semua terlambat dan kau terjebak seperti aku, lepaskan!"

"Maksud, Ibu?"

Tanya dalam hatinya membuncah. Namun, wanita paruh baya itu tidak menjelaskan apa-apa. Ia pergi meninggalkan Erika yang masih mematung penuh tanya. 

Wanita paruh baya itu berlari keluar, entah kemana. Erika berusaha tidak peduli. Akan tetapi hati meminta untuk mengejarnya. Tampak dari kejauhan wanita yang ia kejar mengarah ke jalan besar. Erika terus mengejar tetapi tiba-tiba sebuah bis yang sedang melaju kencang menabraknya. 

"Ibu, awas!" teriak Erika dari kejauhan. Ia terus mengayunkan kaki mendekat. Terlambat, wanita itu telah tersungkur ke aspal dengan wajah berlumuran darah. Namun, matanya terbuka, menatap Erika tajam. 

"Ka-kau ak-akan me-nye-sal," ucapnya terbata. Napas berhenti begitu saja. Erika teriak histeris dan membuat warga sekitar berkumpul. 

***

Entah apa maksud dari pesan terakhir ibunya. Erika tidak paham. Apa ada maksud dari susuk yang ia pakai? Lalu, bagaimana ibunya mengetahui Emak dan Erika meminta bantuan wanita tua itu? 

"Sebelum semua terlambat dan kau terjebak seperti aku, lepaskan!"

Kata itu masih terngiang pada telinga Erika. Ia tidak tahu pasti, apa tebakannya benar. Namun, berulang hatinya membantah. 

"Ka, woiiii…," teriak Femi. 

Erika segera tersadar bahwa ia sedang melamun. Teringat kembali ibunya berpulang dengan cara menyedihkan. 

"Ngelamunin Jojo?" tanya Femi lagi. 

"Nggak, Fem. Gue lagi inget nyokap."

"Sabar, ya, Ka. Tapi, bukannya lu senang nyokap lu udah nggak ada jadi nggak ada lagi orang yang maksain lu ini-itu?"

Erika tidak menjawab. Ia membenarkan perkataan Femi. Namun, kini yang membuatnya teringat mendiang ibunya bukan karena itu. Melainkan karena maksud perkataan terakhirnya yang belum terpecahkan. Apa wanita paruh baya itu juga memasang susuk? Jika iya, siapa yang ia gaet? Apakah lelaki yang kini menjadi suaminya? 

"Ka?"

"Eh, iya, Fem."

"Bengong lagi. Ya udah, lu istirahat deh. Pasti lu masih cape banget baru pulang. Gue tinggal, ya?"

Femi pun beranjak dari kamar kos Erika. Erika menghela napas panjang lalu merebahkan diri pada ranjang. 

"Sudahlah… sekarang gue harus mikir cara bertemu dengan Jojo lagi. Lu tunggu ya, Sar. Akan ada kejutan selanjutnya dari gue."

Erika menepis pikiran tentang semua perkataan ibunya di akhir hayat. Mungkin hanya sebuah kebetulan wanita itu mengetahui. Bisa jadi ia hanya melihat Erika yang singgah ke rumah Emak. Lalu, menebak anaknya pasang susuk. Bukan 'kah Emak memang terkenal di kampungnya, orang dari jauh manapun yang datang ke sana ya, kalau tidak pasang susuk, mengirim santet. 

Bersambung….

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta vs Pelet   Emak Marah

    Emak berjalan ke arah pintu. Tak peduli dengan tanya Erika. Ia meminta gadis itu keluar dari dalam rumahnya. Tatapan mata wanita tua itu sinis. Erika semakin tak paham. Ia sempat kekeh duduk di bangku rumah wanita tua itu. Hingga Emak benar-benar marah dan berteriak mengusirnya.Erika bangkit dari bangku dengan banyak tanya yang berkeliaran di kepalanya. Ia menatap balik Emak saat berpapasan di depan pintu dengan wanita tua itu. Wajahnya sempat mengiba, meminta pertolongan. Namun, Emak tak peduli. Ia segera menutup pintu saat Erika sudah berada satu langkah dari dalam rumahnya.Erika tak tahu harus berbuat apa dan bagaimana. Ia berjalan kaki tanpa tahu arah. Pikirannya semakin kacau. Ia tak habis pikir, semua perjuangannya sia-sia. Cinta tulus yang ia berikan ke Jojo kandas dengan cara seperti ini. Padahal semua hampir ia

  • Cinta vs Pelet   Jojo Menemui Erika

    Setibanya Ambar di depan rumah Sari, ia melihat pintu pagar yang terbuka serta pintu rumahnya. Perasaan Ambar semakin tidak enak. Ia berlari masuk sambil memanggil nama Sari berulang. Saat ia memasuki ruang keluarga, Ambar mendapati Sari yang sudah terkulai di lantai tak berdaya. Wajahnya pucat pasi dengan keringat bercucuran."Ya ampun, Mbak. Kenapa?" Sari sudah tidak sanggup untuk berkata-kata.Seluruh tubuhnya terasa sangat lemas. Ia hanya mengeluarkan air mata, memandang Ambar penuh harapan. Meminta pertolongan."Tunggu sebentar, ya?"Ambar berlari keluar rumah, mencari orang dan meminta pertolongan. Tak lama beberapa warga datang dan membantu Ambar mengangkat Sari ke mobil tetangganya. Mereka

  • Cinta vs Pelet   Erika Melabrak Sari

    [Kamu kemana aja, sih? Susah banget dihubungi?][Jo! Aku serius tanya. Jawab!][Astaga! Kamu benar-benar mau membatalkan pernikahan kita karena wanita itu? Mana janjimu?]Pesan tak henti berbunyi sejak tadi pagi. Tak satupun sudah terbaca. Ya, karena tadi Jojo tidak membawa gawai saat ruqyah. Benda pipih itu tertinggal di nakas. Erika tak henti mengirim pesan singkat serta panggilan telepon. Ia yang baru sadar dari minuman alkohol tadi pagi, segera meneror kekasihnya itu.Namun, Erika tak ingat bahwa Jojo semalam sakit. Ia berpikir bahwa Jojo meninggalkannya semalam tanpa sebab.Sari membaca semua pesan masuk dari Erika. Lalu, ia menghapus semua

  • Cinta vs Pelet   Ruqyah Pertama

    Sebuah taksi online telah tiba di depan rumah Sari. Ia dan Jojo segera menghampiri taksi itu. Mereka pun segera menuju tempat sesuai dengan lokasi yang Sari pesan.Baru masuk ke dalam mobil beberapa menit, rasa kantuk pada mata Jojo tak tertahan. Sari memang sengaja memberi Jojo obat demam setelah sarapan. Obat yang mengandung efek ngantuk. Karena agar Jojo tidak curiga mereka akan berobat kemana.Ya, Sari mengambil kesempatan demam Jojo untuk alasan membawanya ke klinik. Padahal mereka menuju rumah ruqyah yang telah disarankan Ambar. Perjalanan pun lumayan lama, jadi Jojo harus tertidur, pikir Sari. Agar suaminya tidak banyak bertanya.Setelah menempuh perjalanan hampir lima puluh menit, mereka pun tiba di sebuah tempat. Sari membangunkan Jojo. Lelaki itu

  • Cinta vs Pelet   Penyesalan Jojo

    Dering gawai mengejutkan Sari yang tengah berpikir. Panggilan masuk datang dari orang tuanya di Jakarta. Ia segera mengangkat. Setelah saling menanyakan kabar, Sari memberikan kabar baik tentang tubuhnya yang telah berbadan dua tanpa memberitahu masalah yang sedang terjadi.Senyum mengembang dari wajah kedua orang tuanya, mendengar kabar itu. Sari pun ikut bahagia melihatnya.[Terus, sekarang Mas Jojo mana, Ndok?][Belum pulang, Ma. Lembur.][Kalau begitu kamu jangan capek-capek, ya. Jangan sering lembur juga.][Aku hari ini mengundurkan diri, Ma.][Lho, kenapa?]

  • Cinta vs Pelet   Sari Sadar Kelicikan Erika

    Beberapa pesan singkat Erika masuk ke gawia Jojo, tetapi tak satupun yang dibalas. Jojo hanya melihatnya sebentar, lalu kembali ia masukan gawai ke dalam saku.Selama dalam perjalanan pulang, Jojo terdiam. Suara bising obrolan rekan-rekannya tak terdengar, seolah sunyi. Tanpa ada suara apapun. Pikirannya melayang, teringat bayang-bayang foto USG yang Sari kirimkan tadi siang. Bagaimana nasib bayi itu ketika lahir, pikirnya.Bagaimanapun juga janin itu adalah darah dagingnya. Ada rasa sedih dalam hati, memikirkan jika calon anaknya nanti membencinya karena tahu ia telah mengkhianati Sari dan menyia-nyiakan mereka begitu saja. Bayang-bayang rasa bersalah terus menghantui sepanjang perjalanan. Hingga Jojo tiba di halte tempatnya turun.Seturunnya dari bis, Joj

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status