Share

Bab 5. Rasa yang Tak Lagi Sama

Fahran melajukan mobilnya  dengan kecepatan tinggi membelah jalan kota jakarta yang akrab dengan kemacetan. Tujuannya kali ini adalah sebuah rumah yang terletak di wilayah menteng. Daerah yang dekat dengan perkantoran dan segitiga emas. Pria beralis tebal itu mengumpat dalam hati karena jalanan mulai tidak lancar.

Di tengah kemacetan Farhan mencoba menghubungi seseorang dengan ponselnya.

"Hallo, Erika kamu di mana?"

"Hai, Sayang. Aku baru sampai rumah," sahut Erika manja dari seberang sana.

"Tunggu di situ. Jangan ke mana-mana, sebentar lagi aku datang!" tegas Farhan singkat.

"Benarkah? So sweet bangeeet. Akhirnya kamu datang juga. Aku tau kamu pasti kangen sama aku, kan, Sayang?" Erika terpekik saking senangnya.

Farhan menutup ponselnya secara sepihak. Dia kembali menambah kecepatan mobilnya saat jalan raya mulai lancar. Hingga Farhan berhenti di depan  sebuah rumah mewah berlantai dua. Rumah yang dulu dia beli untuk Erika setahun yang lalu, tepatnya beberapa hari sebelum dia pulang kampung untuk menikah dengan Nadira. Farhan terpaksa membelikan rumah seharga milyaran itu agar Erika mau mengizinkannya menikah dan menunggunya hingga dirinya menceraikan Nadira. Begitu besar cinta Farhan pada Erika saat itu. Tanpa peduli hartanya berkurang, demi Erika. Cinta pertamanya yang sudah berjalan hingga  tiga tahun lamanya.

Seorang security membukakan pintu gerbang. Mobil Farhan masuk ke halaman rumah yang tidak terlalu banyak tanaman. Mobil Erika terparkir sempurna di bagasi yang terbuka.

"Farhan ... terima kasih, akhirnya kamu datang!" Erika menghambur ke dada bidang Farhan dan memeluk pria itu dengan penuh kasih.

Farhan bergeming. Matanya menatap nanar pada Erika. Perlahan dia mengurai pelukan. Mundur dan sedikit menjauh.

Erika mengerutkan dahinya, tak mengerti dengan sikap Farhan. Tak biasanya Farhan seperti ini. Farhan selalu memeluknya hangat. Bahkan tak pernah melepasnya sebelum Erika berontak.

"Ada apa denganmu, Farhan? Apa kamu sudah mulai menyukai gadis kampung itu?"

"Diaaam! Jangan pernah hina istriku lagi!"

Erika terlonjak mendengar bentakan Farhan. Wanita berambut sebahu itu terheran. Bukankah Farhan sendiri yang menyematkan panggilan gadis kampung pada istrinya itu? Wanita yang memang berasal dari kampung dan tiba-tiba tinggal dikota sejak menikah dengan Farhan. Itu yang selalu dia dengar dari kekasihnya itu.

"Farhan, kamu kenapa? Apa yang merubahmu?"  Suara Erika mulai parau menahan tangis. Farhan tak pernah membentaknya seperti ini.

"Apa yang kamu beli sampai menguras uang di rekeningku, Erika?" Farhan menatap dingin pada wanita yang saat ini memakai celana pendek dengan kaos tak berlengan.

"Kenapa kamu mempersoalkan uangmu, Sayang? Bukankah uangmu banyak? Kamu tidak akan jatuh miskin jika aku berbelanja satu mall sekalipun." Tangan Erika mulai travelling ke dada dan punggung Farhan. Walau dia tau Farhan akan menolaknya  secara halus

Erika tak habis pikir dengan kekasihnya itu. Farhan selalu memberinya apapun yang dia minta. Namun pria itu tak pernah menyentuh Erika. Padahal Erika sangat ingin memberikan kehormatannya yang selama ini dia jaga, khusus untuk Farhan seorang. Namun Farhan selalu menolak secara halus.

Erika pun sangat kecewa, saat mengetahui Nadira hamil. Farhan tak pernah mau menyentuhnya, tapi kenapa dengan Nadira sampai hamil. Bukankah kekasihnya itu pernah bilang kalau dia tak mencintai Nadira?

"Jawab aku, Erika! Apa yang kamu beli?"

Erika terhenyak saat Farhan menepis tangannya

"A-aku membeli perhiasan," lrihnya.

Farhan menghempas  napas kasar.

"Dengar, Erika! Jika  kamu terus-terusan seperti ini, aku bisa bangkrut!"

"T-tapi ...." Erika terduduk di sofa.. Kemudian manangis tergugu.

"Seadainya aku adalah istrimu. Pasti kamu tidak akan mengatakan hal ini padaku." Erika tertunduk dengan wajah sedih. Air matanya terus mengalir.

"Andai saja waktu itu kamu tidak memintaku untuk menunggu, mungkin aku tidak akan merasa tersiksa seperti ini, Farhan. Aku menunggu sesuatu yang tak pasti. Kamu bilang tak mencintai wanita itu. Tapi mengapa dia bisa sampai hamil? Kenapa Farhan ... Kenapaa ... jawab aku!"  Erika terus menjerit.

"Apa kamu tau,  betapa sakitnya aku membayangkanmu  setiap malam tidur bersama wanita itu? Apa kamu tau, setiap hari aku sendirian di rumah ini mengharapkan kedatanganmu?"

Erika terus meracau dengan tangisnya yang menyayat hati.

Farhan mematung berdiri menatap Erika. Ya, ini memang salahnya. Dia yang dulu meminta Erika agar menunggunya. Dia yang berjanji akan menikahi Erika setelah bercerai dengan Nadira.

Kini Farhan merasa sangat Iba pada  Erika. Emosi wanita ini memang meledak-ledak  sejak dia menikah dengan Nadira. Erika banyak berubah sejak dia menerima perjodohan itu. Erika berubah karena rasa cemburunya.

Dulu Erika adalah wanita yang penurut dan selalu membuatnya nyaman. Hingga Farhan sangat mencintainya sepenuh hati.

Namun entah ada apa dengan dirinya kini. Rasa pada Erika sudah tak lagi sama. Semua semakin hambar dan tak berwarna.

Apalagi sejak kehadiran Nafa, buah hatinya. Farhan merasa hidupnya lebih berharga dan berguna di dekat anak dan istrinya.

Pandangan Farhan kembali pada Erika yang masih terisak dengan sisa-sisa tangisannya. Rasa bersalah pada wanita di hadapannya kembali merajai hatinya.

Perlahan Farhan mendekati Erika. Pria bertubuh tinggi itu duduk di samping Erika. Farhan memiringkan tubuhnya hingga mereka kini saling berhadapan.

Erika menatap Farhan dengan wajah memelas membuat pria itu semakin merasa bersalah. Namun hanya rasa iba yang kini dia rasakan. Dia tak ingin membohongi dirinya sendiri.

"Maafkan Aku, Erika. Aku telah menyebabkan kamu begini. Aku harap kamu bisa mengerti dengan posisiku saat ini."

Erika kembali membesarkan matanya.

"Apa maksudmu?" Erika kembali menahan gejolak emosi yang tadi sudah mereda. Dadanya kembali terasa sesak.

"Aku akan memikirkan kembali hubungan kita ini." tegas Farhan seraya berdiri.

"Farhan, kamu tidak akan meninggalkan aku, bukan?" Tiba-tiba Erika ikut berdiri. Dia sama sekali tak menyangka Farhan akan berkata  demikian. Dia mengira Farhan akan membujuknya mati-matian seperti yang sudah-sudah.

"Sebaiknya kamu jangan terlalu berharap, Erika. Entah kenapa ada sesuatu yang membuatku bimbang untuk menceraikan Nadira. Permisi!" 

Dada Erika bergemuruh mendengar ucapan Farhan barusan. Hawa panas mengalir di sekujur tubuhnya. Erika tidak akan pernah terima jika Farhan sampai meninggalkannya.

Erika menatap punggung tegap milik Farhan yang mulai menghilang di balik pintu. Wanita itu  semakin geram.

"Dasar perempuan kampungan! Mulai main-main dia denganku. Awas, Nadira! Aku akan membuat kalian berpisah secepatnya!"

Komen (2)
goodnovel comment avatar
lisbeth lengari
ceritranya bagus, Kak...
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Erika jahat
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status