Home / Rumah Tangga / Cinta yang dihutangkan / Chapter 5 - Lain Kali

Share

Chapter 5 - Lain Kali

Author: Aerina No 7
last update Last Updated: 2025-08-20 03:52:50

Menikah?

Menikah … dengannya?

PLAKK!

Rentangan jejak cap lima jari yang berwarna merah menyala, mendarat dengan kuat dan sepenuh tenaga di pipi pria yang wajah pemilik rahang tegas tersebut, dengan tanpa peringatan dan juga aba-aba sebelumnya.

Saking kerasnya dampratan yang mengeluarkan bentuk kekesalan memuncak itu, tangan ramping wanita bermanik mata hijau menyala tajam tersebut mampu membalikkan wajah sang tuan rumah kediaman besar ini, supaya menyamping.

“Lancang sekali!” hardik wanita itu, yang tak lain adalah Ayunira Larasati, dengan bersuara tegas.

Raut muka yang dipancarkan oleh wajah cantiknya tampak dipenuhi oleh kerutan emosi.

Alisnya menekuk, netranya menajam, rona merah menghias, disertai dengan urat leher yang menegang, semakin memperjelas situasi Ayunira saat ini.

Ya. Wanita itu merasa murka.

“Apa kamu tengah mengejekku sekarang?!”

Belum juga genap satu hari semenjak orang yang selama ini ia cinta, tiba-tiba menceraikannya.

Dan kini, apa …? Ada seseorang yang memanfaatkan kekosongan statusnya untuk kepentingan dirinya sendiri?!

Dalam dua puluh satu tahun ia hidup di dunia, baru kali ini Ayunira merasakan sebuah penghinaan besar.

“….”

Sedangkan itu, di sisi pria yang tidak terlalu kaget karena ia sudah menduga akan mendapatkan reaksi barusan begitu mengutarakan maksudnya secara langsung tanpa berbasa-basi terlebih dahulu, yakni Kenan Adijaya, dia mengatupkan bibirnya sejenak.

Wajahnya memang tak bergerak sedikit pun dari posisi menoleh ke arah lain, berkat “tamparan cinta” dari Ayunira. Namun, tidak dengan lirikan mata.

“Jika aku jawab dengan ‘iya’, maka ….”

Netra berwarna ungu ametis itu mendelik jeli.

Memandang intens akan sang wanita berstatus janda baru tersebut dengan emosi yang sulit ditebak, seakan-akan mencoba mencari celah sekecil apa pun untuk menelanjangi harga diri Ayunira bulat-bulat.

“… Apa yang akan kamu lakukan?” Tanya Kenan bersuara lembut, sembari mengangkat sudut bibinya membentuk seringai licik, dengan mata ungunya sengaja disipitkan.

Tak berhenti hanya sampai situ, seolah-olah merasa tertantang untuk membuat Ayunira yang dari tadi berontak entah secara lisan ataupun gelagat kembali dibuat bungkam seribu bahasa, Kenan lanjut bertanya.

“Bukankah yang mendorongmu kepadaku itu, adalah pria yang selama ini kamu anggap sebagai cinta sejati?” tukasnya, mendadak mendorong lidah Ayunira menjadi kelu seketika.

“Jadi, kenapa kamu harus marah kepadaku? Itu bukan salahku.”

Helai rambut hitam keunguan itu berayun dengan lembut, mengikuti gerak wajah rupawan sang empu yang kini berniat tuk memamerkan seluruhnya tentang betapa berkarismanya patrian senyum miring yang ia punya.

“Hatiku menjadi sangat terluka.”

Tangan kanan Kenan yang berukuran lebih besar dari tangan Ayunira nan bertulang kokoh itu terangkat.

Mendekat membingkai pipi tirus wanita berwarna rambut kuning kecokelatan bak gandum yang matang sempurna, lalu menggerakkan ibu jarinya pelan tuk memberikan sedikit usapan.

“Lain kali, tolong. Jangan begitu lagi, ya?”

“… Ha.”

Setelah lama mendiamkan diri, akhirnya suara Ayunira yang sempat tertahan di kerongkongan kembali diperdengarkan lagi.

Wanita itu mengernyitkan alisnya kesal, dan mengeluarkan suara helaan nafas yang justru lebih mirip dengan sebuah dengusan.

Selain itu, secara tiba-tiba mendapatkan dorongan keberanian entah dari mana, ia mencengkeram erat jari-jemari Kenan yang membingkai pipinya, berupaya membuat si pria itu merasa kesakitan lalu menjauhi wajahnya.

“Lain kali itu tidak akan pernah ada!”

Namun. Alih-alih meringis dan meminta tolong supaya Ayunira berhenti mencengkeram erat jarinya, Kenan justru menampakkan sisi berbanding terbalik.

“Aku akan pulang!”

Pria berambut hitam keunguan itu semakin menyipitkan mata dan melebarkan seringainya, dengan rona merah menyala mulai merambat menghiasi muka.

Ekspresinya sekarang itu, jelas-jelas tengah menunjukkan bahwa ia tak merasakan cengkeraman yang Ayunira kerahkan sekuat tenaga untuk melukai jarinya.

Melainkan sebaliknya.

Dia menyukainya.

“Mau bertaruh denganku?” Tanya Kenan antusias, menengadahkan wajahnya bergaris rahang tegas itu supaya lebih dekat dengan wajah kaget Ayunira.

“Apa?” gumam Ayunira sambil melongo, dengan alis yang masih menekuk tajam.

Akan tetapi, berkat dari keterkejutan atas ucapan tidak masuk akalnya sang tuan rumah kediaman besar kalangan orang berada, cengkeraman pada jari di dekat pipinya tersebut mulai mengendur.

Sehingga, secara alami, Kenan menarik kembali jari-jemarinya itu, untuk kemudian segera ia letakan di atas tumpuan lututnya sendiri.

“Menurutku, setelah batas waktu enam bulan itu berakhir, kamu tidak akan pernah pergi dari sini.”

Sebelum menjawab ucapan itu, Ayunira mengepalkan tangannya erat-erat, mencoba menyembunyikan rasa gentar yang sebenarnya sudah ada sedari awal ia dibawa Kenan.

Dirasa telah membentengi dirinya dan yakin kalau ia tak akan dan tak boleh takut dengan perkataan macam apa pun yang Kenan lontarkan, Ayunira bertanya balik dengan nada menantang.

“Mengapa begitu?”

“Dua. Hanya ada dua jawaban.” Kenan menyahut, seraya menunjukkan jari telunjuk dan tengah tangan kanannya membentuk huruf v. 

“Pertama, ….”

Kenan menjeda kalimatnya sejenak, sengaja hanya untuk melipat jari tengahnya terlebih dahulu, sehingga yang tampak hanya acungan jari telunjuk.

Setelah itu, ia lekas kembali melanjutkan pernyataannya yang sempat menggantung.

“… Kamu akan merasa nyaman dan ingin tetap tinggal di sini, karena jatuh cinta kepadaku.”

“A—ap—?!”

Sebuah pernyataan yang telah sukses menarik emosi Ayunira, supaya menjadi naik pitam lagi.

Namun.

“Itu tidak akan pernah terj—!”

Belum juga ia melayangkan protes, Kenan memotong ucapan Ayunira dengan suaranya yang terdengar bermain-main, tapi tetap tak meninggalkan kesan wibawa.

“—Kedua.”

Selain itu, Kenan juga mulai bangkit dari posenya menekuk satu kaki di hadapan Ayunira, dan memamerkan betapa tinggi besarnya tubuh yang sehat secara rohani dan jasmani.

Dia mengarahkan pupil mata ungu ametis miliknya yang terlihat memabukkan tersebut, tuk menatap serius sang wanita yang kini duduk dan menengadahkan wajah pucat pasi sembari menggigit bibirnya seperti menahan rasa takut.

Di mana di sudut pandang Ayunira sendiri, Kenan tampak menatapnya dengan pandangan yang seperti sedang merendahkan.

“Mungkin saja aku, di kemudian hari nanti ….”

Kenan merunduk, merentangkan masing-masing kedua telapak tangannya untuk, kemudian ia daratkan di bahu ringkih Ayunira.

“… Aku jadi tak memiliki niatan untuk …."

Wajahnya mendekat, sapuan nafasnya terasa hangat di leher, dan pangkal hidung bangirnya nyaris bersinggungan dengan cuping telinga kiri sang wanita … yang dijadikan jaminan hutang oleh mantan suaminya ini.

“… Melepaskanmu pergi,” bisik Kenan lembut, memaksa tubuh Ayunira memberikan respons bergidik ngeri dan merasa merinding seketika.

TEP!

“…?”

Ayunira mencoba memberontak kecil.

Dia membuat Kenan mengangkat sebelah alisnya heran, begitu ia merasakan ada telapak tangan gemetaran yang kini tengah menyentuh dadanya, sambil memberikan sedikit tekanan seolah-olah mendorongnya untuk pergi.

Menyusul adegan itu, ….

“Se—sebenarnya ….”

… Kini, mulai terdengarlah suara parau.

“… Apa yang—k-kamu … inginkan dariku?”

Yakni suara yang berasal dari Ayunira, selagi wanita itu memberanikan diri menengadahkan wajah dengan sepasang mata hijau berkaca-kaca.

Sepertinya, keberaniannya yang sempat menemani walau dalam waktu sesaat itu, kini telah sepenuhnya sirna.

Air mata mulai jatuh melintasi pipi, dan berakhir membasahi gaun berkualitas mewah yang dipakaikan para pelayan kediaman ini untuknya.

“Se—seperti yang kamu bilang. Aku ini tidak ada harganya.”

Wanita itu menunduk, menghindari kontak mata lebih lama.

“Pendidikanku tidak tinggi, jadi aku tidak akan ada gunanya.”

Entah dia menyadarinya atau tidak, yang jelas, ada satu perubahan pada diri Kenan begitu ia mendapati wanita dalam kungkungannya mulai bersikap berbanding terbalik dengan apa yang beberapa waktu lalu terjadi.

Apalagi, saat gendang telinganya mendengar kata-kata berikutnya.

“Aku juga … tak akan bisa memberikanmu anak.”

Tatapan mata ungu mengkilap nan terasa alat hipnotis milik Kenan, mendadak berubah menjadi kosong nan menggelap.

“Aku ini … orang buangan.”

“….”

Melihat bagaimana sosok orang bernama Ayunira Larasati, yang sempat membuatnya merasa tertantang karena perlawanannya itu tadi, kini mulai menjadi wanita cengeng kembali sama seperti wanita yang ia dapati di rumah teman lamanya itu, entah kenapa … ini membuat seringai licik di wajah Kenan mulai menghilangkan jejak.

“Aku … tak akan bisa memberikanmu keuntungan. Jadi, ….”

Kelopak mata yang tadi menyipit bagaikan bulan sabit selagi ia menyeringai, sekarang telah digantikan dengan sorot yang tajam bagaikan es runcing yang siap menghunjam.

Perlahan tapi pasti, tangan kanannya mulai bergeser dari bahu Ayunira, merayap sedikit ke perpotongan leher.

Lalu, …!

“… Tolong pulangkan ak—!”

SYUKK!

“—Tubuhmu.”

… Tangan itu naik tuk menjawil dagu, mengarahkan paksa wanita berlinang air mata itu supaya berkontak mata dengan dirinya.

Diri yang seperti percaya dan menganggap bahwa orang lain, ….

“Aku menginginkannya.”

… Harus menuruti semua perkataannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta yang dihutangkan    Chapter 5 - Lain Kali

    Menikah?Menikah … dengannya?PLAKK!Rentangan jejak cap lima jari yang berwarna merah menyala, mendarat dengan kuat dan sepenuh tenaga di pipi pria yang wajah pemilik rahang tegas tersebut, dengan tanpa peringatan dan juga aba-aba sebelumnya.Saking kerasnya dampratan yang mengeluarkan bentuk kekesalan memuncak itu, tangan ramping wanita bermanik mata hijau menyala tajam tersebut mampu membalikkan wajah sang tuan rumah kediaman besar ini, supaya menyamping.“Lancang sekali!” hardik wanita itu, yang tak lain adalah Ayunira Larasati, dengan bersuara tegas.Raut muka yang dipancarkan oleh wajah cantiknya tampak dipenuhi oleh kerutan emosi.Alisnya menekuk, netranya menajam, rona merah menghias, disertai dengan urat leher yang menegang, semakin memperjelas situasi Ayunira saat ini.Ya. Wanita itu merasa murka.“Apa kamu tengah mengejekku sekarang?!”Belum juga genap satu hari semenjak orang yang selama ini ia cinta, tiba-tiba menceraikannya.Dan kini, apa …? Ada seseorang yang memanfaatk

  • Cinta yang dihutangkan    Chapter 4 - Ultimatum

    “Kamu … aku dengar namamu, Ayunira Larasti, kan?”“….”“Semoga bisa bertahan denganku selama enam bulan ke depan, ya?”“….”“Aku mengharapkan kerja sama darimu dengan tulus.”Kerja sama apanya?! Ayunira menggemeretukkan giginya kesal.Dia yang memilih menolehkan kepalanya ke arah luar jendela mobil, meremas erat kain daster kumalnya yang melekat di badan.Air matanya sudah mulai mengering, dan rasa takutnya pun mulai digantikan oleh rasa kesal.“Aku Kenan.”Sedari tadi, semenjak mereka pergi dari halaman depan rumah Ayunira, Kenan terus saja merecoki suasana.Dia cerewet sekali, layaknya burung beo yang mengulang-ulang ucapan.Ucapannya yang melantur ke sana kemari pun, terasa begitu menyebalkan.“Kenan Adijaya.”Dia seolah-olah sengaja melakukannya, untuk mengejek kehidupan rumah tangganya bersama Arkan baru saja berakhir.Perilakunya benar-benar ….“Oh? Ada apa dengan pelipismu? Apa kamu terluk—!”… Sangat memuakkan!—PLAKK!“JANGAN SENTUH AKU!” pekik Ayunira lantang, segera setelah

  • Cinta yang dihutangkan    Chapter 3 - Jaminan

    Mengambil … apa yang seharusnya menjadi miliknya sedari … dulu?“….”Pernyataan itu sangat mencolok sekali, sampai-sampai menjadikan sang suami, sang mertua, dan Ayunira sendiri, terbungkam dengan pikiran yang melayang-layang.Apa yang sebenarnya pria tak diundang ini bicarakan? Ayunira tak paham.“Nak, apa yang dia maksud?” Tanya ibu mertua Ayunira pada akhirnya kepada putranya, mewakili pertanyaan yang ingin sekali ia kemukakan.Namun, yang ditanyai, yakni Arkan, dia malah tak menjawab, dan lebih memilih untuk mendekati pria misterius tersebut sambil berkata, “K-Kenan. L-lama tidak berjumpa,” sapanya, bersikap sok kenal dan sok dekat sampai membuat orang yang dipanggilnya tersebut mengernyit heran.“Soal hutang setahun yang lalu itu ya? Ahaha~! Aku memang ingin melunasinya sekarang,” tukas Arkan sambil menepuk-nepuk bahu Kenan dan tertawa hampa.Pria itu tidak menyadari kalau ucapannya barusan bahkan berhasil membuat kedua orang tuanya kaget.Terlebih-lebih lagi Ayunira, yang baru t

  • Cinta yang dihutangkan    Chapter 2 - Milikku

    “Kedua mempelai telah bersedia berjanji setia. Mereka berdua juga sudah memasang cincin di jari manis satu sama lain. Sebagai bentuk pengesahan terakhir dari upacara ini, silakan berciuman di depan semuanya.”DUG!Ayunira terbelalak lebar.Sudah cukup dengan ia menyetujui paksa ucap janji suci pernikahan itu, kini haruskah ia membiarkan dirinya dicium oleh Kenan?!Semua omong kosong ini benar-benar, sangat memuakkan!“Ayu.” Kenan memanggil pelan.Pria bertubuh jangkung itu melangkahkan kakinya tuk mendekat, lalu sedikit membungkuk dan menelengkan kepalanya melihat Ayunira yang masih menunduk menatap lantai altar.“Izin untuk mencium kamu ya?” Tanyanya entah pada siapa, karena orang yang dimaksudkan sengaja pura-pura tidak dengar.“….”Tak kunjung mendapatkan respons yang diinginkan, sementara berpuluh-puluh pasang mata telah berpusat kepada mereka seperti ingin menelanjangi, Kenan mengangkat telapak tangan, menangkup tulang rahang Ayunira, lalu mengarahkan wajah lembap istrinya itu su

  • Cinta yang dihutangkan    Chapter 1 - Pernikahan

    DING! … DING!Suara bel besar dari luar altar pernikahan menyapu perhatian dari tamu undangan, yang tengah menanti dengan rapi di masing-masing bangku sesuai nomor antrean.Bunga lili putih dan pita-pita transparan yang menghiasi setiap sudut dinding tempat sakral ini sangat indah sekali.Bak hamparan bunga dari surga, juga bak berada di negeri dongeng.“Ekhem!”Di tengah-tengah nuansa putih suci dan berseri itu, terdapatlah sesosok orang yang berpenampilan kontras dari semuanya.Seorang pria berambut hitam keunguan, bersetelan jas hitam formal berpadu kemeja putih dan dasi kupu-kupu, berdiri dengan gagah di atas panggung yang sudah biasa menjadi tempat pertukaran janji suci dari orang-orang.Dia berdehem pelan sewaktu membenarkan dasinya yang seperti mencekik jalur pernafasan, saking gugupnya ia terhadap situasi sekarang.Kendati begitu ….“Wah, Tuan Adijaya ganteng sekali ya?”“Iyaaa ih! Rasa-rasanya gak rela lihat dia nikah di depan mata kepalaku sendiri!”“Aku jadi penasaran denga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status