LOGIN"Menurut kalian, Nyonya besar datang ke kantor untuk apa?""Apalagi kalau bukan melihat perkembangan perusahaannya. Mana mungkin dia ke kantor untuk melihatmu, kan?""Haish! Kamu jangan meledek seperti itu. Aku bertanya dengan serius.""Pasti dia ingin bertemu dengan anaknya atau mungkin ingin bertemu dengan yang lainnya.""Tetapi wajah nyonya tampak terlihat tidak enak setelah dari ruangan Pak Nick. Apa mereka berdebat?""Entahlah karena yang aku tahu mereka sama-sama keras kepala.""Tapi kudengar-dengar kalau Pak Nick katanya sudah menikah.""Sut! Kau jangan menyebar gosip atau rahangmu akan dipatahkan oleh Pak Nick."Gina yang dari tadi berada di dalam salah satu bilik toilet mendengar gosip-gosip klasik para karyawan kantor. Perempuan itu merasa panas saat mendengar suami dan mertuanya sedang menjadi bintang utama gosip tersebut. Gina berjalan keluar. "Jangan bergosip di kantor atau kalian akan terkena denda saat pekerjaan kalian kurang memuaskan," Gina memperingati dengan lembu
Nick tersentak karena tiba-tiba lampu apartemen menyala.Gina memandang suaminya yang baru saja masuk ke apartemen, sedangkan sang suami tampak terlihat santai sambil memperbaiki jas berwarna navinya."Aku ingin berbicara sebentar saja, Nick," pinta Gina."Aku lelah dan ingin istirahat," tolak Nick.Gina menghela nafas panjang. "Aku cuma butuh waktu beberapa menit saja. Mungkin sekitar sepuluh menit?" tawar Gina.Nick mengacak-acak rambutnya dengan kesal, lalu dengan segera dia duduk di kursi yang ada di depan istrinya. "Aku ingin membahas masalah tawaranmu yang tadi. Tawaran kamu tentang kerjasama mu dengan Arello Group," jelas Gina.Alis kanan suaminya itu terangkat tinggi. Sepertinya pembahasan mereka kali ini menarik. "Jangan terlalu banyak basa-basi. Langsung saja pada intinya," ucap Nick malas.Gina tersenyum tipis karena ternyata tak ada sedikitpun rasa peduli pada suaminya itu. Dia tak tahu kalau suaminya ini memang gila harta atau memang suaminya tidak peduli dengan diriny
Gina berjalan masuk ke apartemennya tetapi beberapa detik berikutnya dia menghentikan langkah kakinya. Mata perempuan itu memandang ke arah sofa dengan kaget.Dengan tanpa rasa bersalah, Nick dan Liora melanjutkan cumbuan mesra mereka usai melihat Gina beberapa saat.Gina bak orang bodoh di sana saat menyaksikan suaminya bercumbu mesra dengan kekasihnya. Padahal Gina itu istrinya tetapi mengapa Nick memperlakukannya seperti itu."Hentikan itu semua!" teriak Gina.Gina menghampiri Nick dan Liora. Gina menari pergelangan tangan Liora sambil mendorong wanita itu agar menjauh dari suaminya.Betapa rapuh hati Gina saat melihat wajah Liora yang acak-acakan karena ulah suaminya. Ada Nick yang bahkan wajahnya oenuh lipstik yang pastinya milik Liora. Jangan lupakan keringat mereka berdua yang menetes, begitu panas cumbuan mereka."Menjauh dari suamiku!" teriak Gina.Nick menampar Gina dengan keras, membuat Liora tersenyum menang dan Gina yang menunduk sambil memegang pipinya."Jangan berani-be
"Kau yang bilang ke Ayah kalau aku akan membatalkan kontrak kerjasama dengan Arello Group?" tanya Nick sambil menatap Gina serius.Gina menggeleng."Aku tidak pernah melapor ke Ayah Arga," bantah Gina."Jadi, bagaimana bisa Ayah tahu kalau bukan dari kamu?" tanya Nick heran."Tanyakan langsung saja pada Ayah," saran Gina.Nick cuek.Telepon yang ada di samping Nick berdering, membuat sang CEO langsung mengangkatnya."Langsung suruh ke ruanganku saja," perintah Nick.Nick memutuskan sambungan telepon itu.Gina memperhatikan gelagat sang suami."Dia marah? Dia menerima telepon dari siapa?" batin Gina bertanya penasaran.Seseorang mengetuk pintu ruangan Nick."Masuk!" perintah Nick.Gina mendelik kaget beberapa saat sewaktu melihat siapa tamu Nick, tetapi perempuan itu dengan buru-buru menetralkan mimik wajahnya.Daniel tersenyum ke arah Gina, membuat Nick semakin tak senang saat melihat itu.Daniel menghampiri Nick laku duduk di kursi yang ada di hadapan CEO Arselio Group itu."Sekretar
"Selamat pagi, Bu," sapa salah seorang karyawan kantor pada Gina.Gina tersenyum kecil sambil mengangguk lembut."Selamat pagi juga," balas Gina lembut."Mata Ibu kelihatan nggak enak. Semalam ibu ngejar deadline dari Pak Nick ya?" tanya karyawan kantor yang ber-name tag Nara itu."Hah?! Maksudnya?" bingung Gina.Nara terkekeh kecil."Mata ibu kelihatan kayak panda," bisik Nara.Gina tersenyum malu."Kentara sekali ya?" tanya Gina malu-malu.Nara mengeluarkan cermin dari saku roknya, lalu memperlihatkan pantulan wajah Gina di cermin bergambar beruangnya itu."Astaga! Parah sekali!" kaget Gina.Tadi pagi saat siap-siap, Gina tak melihat kalau lingkaran hitam di bawah matanya sekentara itu, tetapi mengapa sekarang malah kentara sekali. Dia bahkan seperti mayat hidup.Nara tersenyum ramah lalu mengembalikan cermin mininya ke dalam saku roknya."Kenapa bisa seperti ini?" heran Gina sambil memegang bawah matanya."Berat sekali ya jadi sekretaris pribadi Pak Nick?" tanya Nara.Gina menatap
Tak mau berada lebih lama di apartemen untuk melihat kedekatan Liora dan Nick, Gina memilih untuk berjalan-jalan di sekitaran area apartemen nya. Malam itu terasa sangat dingin hingga menusuk ke kulit-kulit tubuh. Perempuan dengan kulit putih bersih itu berjalan di tengah malam yang dingin sambil memeluk tubuhnya untuk melindungi tubuh mungilnya dari dingin malam yang menyengat. Katakanlah Gina saat ini seperti orang tak terurus sama sekali, seperti bukan anak orang kaya saja dan malah sebaliknya. Rambutnya acak-acakan, matanya sembab dengan garis hitam di bawah sana, ujung hidungnya memerah sambil sesekali dia menghisap ingusnya yang ingin keluar. "Gina?" sapa seseorang agak kaget. Gina berbalik lemas, tetapi saat ingin membalas panggilan orang itu, pandangan Gina tiba-tiba memudar. Kepalanya pusing dan dalam seketika perempuan itu terjatuh tak sadarkan diri. Iya. Gina Pingsan. *** "Uhm..." Gina bergerak lemah sambil sesekali meringis pelan. Matanya terbuka perlahan. S







