Share

Mistake

Mistake

“Hahh….”Lagi untuk kedua kali pria dewasa yang Gwen kira umurnya memasuki 30-an itu mengeluarkan spermanya dengan jumlah cukup banyak. Padahal belum ada satu jam dirinya memberikan service.

Wajah nikmat pria itu sedikit membuat hati Gwen tergugah. Walaupun senjata pria itu belum tidur, tapi Gwen tahu bahwa pria itu sudah merasa puas. Segera Gwen turun dari kasur dan memakai bajunya, membuat pria itu bingung.

“Apa yang kamu lakukan?” Gwen mengangkat bahu dan menatap pria itu malas.

“Aku ingin pulang. Aku sudah selesai.”

“What?!” Pria yang sialnya sangat tampan itu bangun dengan wajah menahan amarah karena tak terima. Seperti pria-pria lainnya.

“Aku sudah membuatmu mencapai orgasme dua kali dan aku rasa itu cukup.” Terdengar geraman tak terima dari pria itu.

“Apa maksudmu melakukan semua ini? Bahkan kita belum sampai ke intinya.” Gwen menaikkan alisnya menatap pria itu tak minat.

“Aku sedang malas. Aku pulang.” Saat Gwen melangkahkan kaki sudah seperti biasanya lengannya ditahan.

“Kau tidak bisa lari begitu saja. Aku ingin dirimu, sedari tadi aku ingin dirimu. Apa kau paham? Atau kau perlu kubayar? Berapapun akan ku bayar tubuhmu ini.” Gwen berdecih tak suka mendengarnya. Ia juga sudah sering mendegarnya.

“Aku tidak butuh uangmu. Aku sudah punya banyak uang. Aku melakukan ini karena ingin bersenang-senang. Jadi simpan uangmu dan lepaskan aku.” Gwen mencoba melepaskan lengannya yang terasa perih tetapi pria ini tidak mau melepaskannya. Malah tatapan mengintimidasi pria itu semakin menusuk tubuhnya.

Senyum sinis pria itu seakan meremehkan dirinya. “Kalau begitu bagus. Aku pun akan bersenang-senang walau harus memaksamu.” Gwen langsung ditarik kedalam pelukan pria itu dan diserangnya bibir Gwen habis-habisan. Belum lagi tubuhnya yang ditahan erat oleh kedua tangan pemuda itu.

Gwen menjadi kewalahan karenanya. Tapi ia tidak akan pernah membiarkan apa yang dijaganya hilang malam ini karena pria egois yang sedang diburu nafsu ini. Seperti biasa Gwen seakan menikmati ciuman ini dan meletakkan lengannya ditengkuk pria itu.

Senyum kemenangan dapat dirasakan dibibirnya, ini juga sudah biasa. Segera Gwen akan memukul tengkuk pria ini agar tak sadarkan diri, tapi ia kalah cepat. Tangannya sudah ditangkap oleh pria itu.

Membuat Gwen tersentak. Pria ini ternyata pandai bela diri, semakin membuat Gwen waspada. Ciuman itu terlepas dan senyum kemenangan dibibir pria itu semakin lebar.

“Jangan lakukan hal apapun untuk membuatmu lari dariku. Karena aku tidak akan melepaskan dirimu.” Tubuhnya kembali dijatuhkan diatas kasur empuk itu diikuti pria itu yang menindih tubuhnya. Membuat Gwen sedikit ketakutan.  Pria itu terkekeh sinis melihat wajahnya yang ketakutan tapi tak pernah memberinya kesempatan.

“Ku mohon. Biarkan aku keluar dari sini.” Ujar Gwen dengan tubuh gemetar. Bagaimana tidak, ia akan disetubuhi oleh pria yang tidak dikenalnya. Pria asing.

“Tidak akan.” Pria itu menciumnya dengan kasar entah untuk keberapa kalinya. Tangan pria itu pun dengan bringas merobek bajunya.  Gwen sudah berusaha memberontak tapi gagal. Ia berusaha membalik keadaan pun tak bisa. “Ku mohon.. Aku tidak ingin melakukan hal itu sekarang. Aku akan memberi service yang lain tapi bukan untuk yang itu.” Pinta Gwen dengan menahan desahannya.

Gwen kembali ingin memukul tengkuk pria itu tapi kembali gagal. Bahkan kali ini kedua tangannya ditahan diatas kepala dengan salah satu tangan besar pria ini.  Setelah tadi tubuhnya, kini bibir Gwen dihisapnya lagi. Tapi sialnya satu tangan pria itu turun menuju perutnya. Gwen menggeleng dalam ciuman mereka, tetapi pria itu tetap menyumpal bibirnya. 

Dan masuk. Tangan besar pria itu dengan lancar masuk kedalam celananya. Mengusap kewanitaannya pelan dibalik celana dalam. Membuat Gwen menggigit keras bibir pria itu. 

“Sialan! Jangan lakukan itu seakan-akan ini pertama kalinya bagimu. Aku tahu kau sudah berpengalaman, jadi biarkan aku menjadi salah satu diantara pria lain yang beruntung mencoba tubuhmu.” Gwen menggeleng kembali, belum sempat ia berbicara pria itu kembali mencium bibirnya. Kali ini dengan lembut berhasil membuat Gwen terbawa.

Hingga ia merasakan sesuatu itu masuk kedalam dirinya. Jari pria itu dimasukkan kedalam kewanitaannya, membuatnya melenguh dan mendesah tak karuan.

“Shit! Sempit sekali. Ini hanya satu jariku. Bagaimana dengan Juniorku nanti.” Geram Max menikmati gerakan tangannya yang memporak porandakan kemaluan gadis dibawahnya yang masih terbalut celana.

Lalu Max menambah jarinya. Kembali membuat Gwen menggeliat tak karuan. Perutnya bagai diterbangi kupu-kupu, kepalanya terasa berputar. Ini sungguh nikmat.

Dan untuk pertama kalinya Gwen orgasme membuat dua jari Max dilumuri cairan yang langsung dijilatnya. Melihat Gwen terkapar lemas, Max segera membuka celana gadis itu tak sabar.

Dan kini mereka sudah sama, tanpa sehelai benang pun. Membuat Max entah untuk keberapa kali terpana akan keindahan di depannya. Bersih tanpa bulu membuat daging merah merekah itu semakin terlihat menggiurkan. Tanpa izin Max melebarkan kaki gadis itu hingga lembah itu terpampang di depan matanya.

Diciumnya, dijilat dan dihisapnya daging merah itu. Harum tubuh gadis itu menguar membuat Max kembali menjadi gila karenanya. Gwen sudah terengah-engah karena tindakan pria di bawahnya. Belum lagi lidah pria itu yang meliuk-liuk disana.

“Ahh.. Shh..” tidak ada yang bisa Gwen lakukan selain mendesah karena nikmat yang baru pertama kali dirasakannya. Kembali ia mengeluarkan cairan bening dari dalam dirinya yang langsung dihisap habis oleh pria itu.

“Aku sudah tidak tahan lagi.” Ujar pria itu bangkit dari kegiatannya tadi. Masih dengan kaki terbuka lebar Gwen melihat pria itu memposisikan dirinya.

Melihat Gwen yang menanti-nanti membuat pria itu ingin sedikit menggoda. Diusapkannya kepala penis miliknya dibibir vagina Gwen. Gwen tahu maksud pria itu, tapi Gwen tidak akan pernah memohon. Melihat Reaksi Gwen Max menjadi tak suka, seharusnya gadis itu memohon untuk segera dimasuki. Tapi nyatanya gadis ini sok jual mahal.

Geram karena tak diacuhkan. Max segera memasukkan dirinya agak kasar walau begitu sempit membuat Max berubah menjadi perlahan. Kejantanannya seakan terjepit, padahal belum masuk setengahnya. Gwen sedikit berteriak membuat Max terhenti dan menatap gadis itu tak percaya. Ia merasakan penghalang itu tadi.

Dengan debaran didadanya Max melihat kearah penyatuan mereka yang bahkan miliknya pun belum masuk setengahnya. Ada darah disana.

###

Forget it

“Aku-” “Teruskan saja.” Ucapan Max terpotong oleh Gwen yang masih memejamkan mata menahan rasa perih di kewanitaannya.

Dan Max kembali mengikuti insting lelakinya dengan izin secara tak langsung dari Gwen meski wanita itu menolak pun Max tak akan berhenti. Max benar-benar menikmati dirinya yang berada didalam gadis ah tidak wanita ini. “Yahh.. yahh… disitu…”

Gwen tidak bisa lagi menahan desahannya, ia akui ini sangat nikmat. Ia memeluk leher Max karena tak punya pegangan lain, ia sudah dibutakan dan tidak bisa berpikir jernih lagi. Bahkan kedua kakinya sudah melingkar di pinggang Max tanpa tahu malu mengikuti irama yang pria itu buat.

Mereka terus bergerak hingga pelepasan itu datang, Max mengeluarkannya didalam dan Gwen menghela nafas lega karena akhirnya pelepasan itu datang juga. Gwen berusaha bangkit dan melepaskan penyatuan mereka. “Mau kemana kau?”

“Pulang. Kita sudah selesaikan?” Gwen berusaha bangun dan mendorong tubuh Max agar menjauh, tetapi pria ini malah menatapnya marah seperti sebelumnya disertai dorongan kembali hingga Gwen kembali terdampar ditempat tidur.

“Tidak ada yang mengizinkan dirimu untuk pergi. Aku masih belum puas.” Lalu tubuh Gwen dimiringkan dengan Max yang memeluknya dibelakang, menyatukan lagi tubuh mereka dan kembali lagi bergerak. Satu tangan Max bertengger di leher Gwen seakan mencekik wanita muda itu,

“Aku tidak akan pernah melepaskan dirimu Gwen.” Max bergerak dan menekan miliknya lebih dalam pada Gwen seolah menegaskan bahwa wanita muda itu hanya milik Max.

“Ahh.. sempit sekali Gwenhh..”

“Ahh.. ahh.. shh..” Gwen hanya bisa menerima Max saat satu tangan dan kakinya dipegangi oleh pria itu.  Sudah tak terhitung berapa banyak gaya yang mereka coba dan berapa pelepasan yang sudah mereka lalui, Max pun merasa lelah dan membawa Gwen kedalam pelukannya. Aroma percintaan begitu kuat menguar di kamar tersebut, tubuh mereka begitu lengket karena Max mengeluarkan banyak sekali sperma. Dalam kantuknya

Gwen merasa bersyukur ini bukanlah masa suburnya, ia akan datang bulan dua atau tiga hari lagi. Gwen yakin itu.  Gwen merasa tubuhnya remuk redam, ia membuka matanya dan melihat ada cahaya masuk disela-sela gorden. Saat mengecek disisi kasur tak ada siapapun, ia juga tidak mendengar suara air dari kamar mandi.

Matanya mengedar mencari jam dinding, sekarang sudah pukul dua siang pasti Tasya mencarinya. Dengan menahan perih Gwen bangkit dan berjalan menuju kamar mandi, seusai mandi ia mendapati pakaian untuknya dan sebuah surat dimana ia diperintahkan untuk makan dan tidak pergi kemanapun.

Tetapi Gwen sama sekali tidak peduli, mengambil barang-barangnya ia segera pergi dari apartemen tersebut mengabaikan pelayan disana yang melarangnya.  Beruntungnya pria itu tidak menempatkan bodyguard disana jadi Gwen bisa pergi tanpa halangan. Gwen pergi ke salah satu tempat spa untuk menghilangkan pegal-pegal ditubuhnya, lalu menghubungi Tasya untuk menjemput dirinya.

Tasya begitu banyak tanya saat melihat banyaknya kissmark yang ada dilehernya.  “Lo ngapain aja sih Gwen, Bokap Nyokap lo semalem dateng ke apartemen kita. Untung gue gak mabok banget jadi masih bisa jawab pertanyaan mereka. Sekarang mereka minta lo untuk pulang kerumah.”  Menghela nafasnya Gwen setuju untuk diantarkan kerumah, ia juga tadi melihat begitu banyak panggilan tak terjawab dari kedua orangtuanya.

“Thanks ya Sya, lo gak usah masuk kali ini.”

Dengan langkah kaki mantap Gwen memasuki rumahnya, diruang tamu sudah ada kedua orangtuanya juga kakak laki-laki dan kakak perempuannya.  “Darimana saja kamu Gwen?”

Gwen menggaruk pipinya yang tak gatal.

“Dari rumah teman, ada apa Papa sampai telfon Gwen suruh pulang? Tumben.”

“Jaga sikap kamu Gwen, kamu semakin dibiarkan semakin kurang ajar dan tidak tahu aturan.”  Gwen memutar kedua matanya malas, tak tahu apa salahnya intinya semua hal yang salah dan jelek dirumah ini hanya berasal dari dirinya. Gwen benar-benar muak, dirumah ini yang benar-benar menyayangi dirinya hanya sang Mama.

“Kamu semalam menginap dirumah siapa? Jawab Papa.”  Hans mendekati anak perempuannya itu dengan perasaan semakin murka apalagi melihat tanda yang ada dileher Gwen.

“Apa ini Gwen? Apa yang sudah kamu lakukan semalam? Jawab Papa.” Anggun terkejut melihat hal tersebut begitu Angga dan Hana.

“Kamu menjual diri iya?? Apa semua uang yang Papa berikan tidak cukup untuk kamu?”

Gwen berusaha untuk melepaskan cengkraman dari ayahnya dibahunya. “Sakit Pa.”

‘Plak’

Sebuah tamparan secara tak terduga diberikan oleh Anggun. 

“Gwen, jawab Papamu. Apa yang kamu lakukan tadi malam?”

Mata Gwen berkaca-kaca ia sungguh tidak menyangka Mama menampar dirinya, padahal ia pikir hanya sang Mama yang sayang padanya dirumah ini.

“Gwen, kamu sudah sangat mengecewakan kepercayaan Mama dan Papa. Mama selama ini memberi kelonggaran untuk kamu supaya kamu tidak tertekan, Mama tahu Papa begitu keras dengan kamu hanya karena kamu berbeda dengan kedua kakakmu. Tapi apa yang Mama dapatkan? Kamu mengecewakan Mama Gwen.”

Mamanya menangis dan itu semakin membuat hati Gwen sakit, Gwen akui ia adalah anak yang sangat nakal tak tahu aturan tidak seperti kedua kakaknya yang disiplin dan hidup terjadwal. Gwen akui ia tidak sejenius kedua kakaknya, tetapi Gwen tidak bodoh juga, ia masih masuk lima besar dan seharusnya itu tidak jadi tolak ukur diskriminasi oleh Papanya yang serba perfeksionis.

“Maafin Gwen Ma, Gwen tahu Gwen salah.”  Tangis Gwen luruh, ia tidak bisa membela diri lagi sekarang. Nyatanya hidupnya memang sudah tidak ada yang benar.

“Masuk ke kamar kamu sekarang dan renungkan kesalahanmu. Nanti malam kita bicarakan lagi.”  Hans langsung memeluk istrinya dan membiarkan Gwen meninggalkan ruang tamu tak memperdulikan tatapan dari kedua kakaknya sama sekali. Gwen dan kedua kakaknya memang tidak sedekat itu.

Sesampainya dikamar, Gwen terus menangis. Ia menyesal telah membuat Mamanya menangis, ia tidak tahu jika Mamanya begitu perhatian dan mengerti dirinya tetapi Gwen malah mengecewakan Mamanya. Gwen tidak tahu apakah kedepannya sang Mama akan ikut membencinya juga?

Dering ponsel sedikit mengentikan Gwen dalam tangisnya. Disana tertera nomor asing, seketika Gwen ketakutan dan langsung memblokir nomor tersebut. Ia tidak mengenal lelaki yang sudah menjadi pria pertamanya itu dan Gwen tak ingin tahu, ia ingin melupakan hal itu.  Saat nomor asing itu muncul Gwen terpikir mungkin saja Pria itu tahu nomor ponselnya.

Langsung saja Gwen mencabut simcard di ponselnya dan membuangnya. Gwen sedang kacau sekarang dan tak tahu rencana apa yang akan Papanya siapkan untuk masa depannya.

Bersambung

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status