Share

Remember

Reminder

Gwen kembali ke apartemennya. Ia sangat lelah sekali sekarang jadi sesampainya disana ia langsung membersihkan diri dan berlanjut membenamkan diri di kasur. Usapan diwajahnya menganggu Gwen karena Gwen adalah tipe orang yang sensitif ketika tidur, tidak bisa diganggu bahkan berisik sekalipun. Tak tahu berapa lama ia tertidur, matanya begitu berat untuk diajak melihat.

“Tidurlah lagi jika masih mengantuk.”

Bisikan dengan suara yang sangat rendah itu berhasil membuat Gwen merinding.

Hatinya tersengat saat ia mengingat suara ini, suara pria itu pada saat mereka melakukan penyatuan dulu. Dengan paksa Gwen membuka matanya dan seseorang disampingnya ini berhasil kembali mengejutkan Gwen.

“Kau kenapa bisa ada disini?”

Pertanyaan Gwen sama sekali tidak dijawab karena pria itu bahkan dengan santainya menopang kepala dengan sebelah tangannya menatap Gwen dengan intens tanpa merubah posisi dari merebahkan diri.

“Bagaimana kau bisa masuk kemari?”

“Aku ingin bersama kekasihku, lalu dimana salahnya.”2

Kening Gwen merengut protes akan sebutan yang Max beri untuknya.

“Aku bukan kekasihmu dan cepat pergi dari sini.”

Gwen membenarkan jubah tidurnya yang tipis berharap kulit tubuhnya bisa tertutupi, masih menatap Max kesal.

“Sejak kita bertemu pertama kali dan bercinta, lalu kau meninggalkan aku pergi begitu saja selama bertahun-tahun. Kita adalah sepasang kekasih.”

Gwen memutar matanya malas, memilih untuk turun dari kasur agar bisa menjaga jarak dari Max.

“Aku tahu kau kaya dan bisa melakukan apapun, tetapi kau sama sekali tidak berhak untuk mengusik hidupku. Dan ingat ini baik-baik, kita bukan sepasang kekasih tetapi hanya mantan partner sex. Sekarang keluar dari apartemen ku.”

Max bangkit dari posisinya dan mendekati Gwen, membuat Gwen semakin was-was.

“Sudah bicara nya?”

Gwen semakin mengkerut saat mereka semakin dekat bahkan sangat dekat. Dan tak terhindarkan Gwen sudah berada didalam rengkuhan Max.

“Jadi benar kita tidak mempunyai anak.”

Tangan Gwen menahan dada Max agar mereka tidak terlalu menempel, “lepas.”

Gwen yakin sekali jika Max dalam keadaan sadar tidak mabuk. Gwen berharap Max pergi dari apartemennya meskipun terdengar mustahil disaat mereka sudah sangat intim seperti ini.

Hal tak terduga lainnya adalah Max mengecupi lehernya dan semakin merapatkan sedikit jarak diantara mereka.

“Aku sangat merindukanmu Gwen.”

“Ahh..”

Gwen kelolosan mendesah saat Max menjilati serta mengigit area bawah telinganya, otaknya terus menyuruh Gwen untuk segera lepas dari Max tetapi tubuhnya juga merindukan pria ini. Sial!

Sedangkan Max semakin gigih menggoda Gwen, ia tidak akan pernah melepaskan wanita muda ini. Selepas pekerjaannya selesai hari ini ia langsung pergi ke apartemen Gwen yang sudah ia ketahui serta ia dapatkan juga kartu akses masuknya.

Mendapati Gwen tertidur dengan nyenyak membuat Max tidak sampai hati untuk mengganggunya, nyatanya Gwen terbangun dan ini adalah part yang Max harapkan. Max menyerang bibir Gwen dan tak disangka serangannya dibalas, mereka memperdalam ciuman mereka dengan Gwen yang selalu bisa mengimbangi permainan Max.

Dan cardigan tipisnya berhasil diloloskan oleh Max, Max membawa Gwen mendekati ranjang dan mendudukan wanita muda itu dipangkuannya. Menikmati aroma yang sangat pria itu rindukan seraya terus memancing Gwen yang semakin tersulut, terlihat dari bagaimana Gwen dengan tidak sabaran membuka kemeja Max yang memang sedari awal tidak terpasang dengan benar.

Dengan kasar Max melepaskan bra yang dipakai oleh Gwen, menerkam dada sintal yang masih saja kebesaran ditangannya. Menyusu seperti bayi yang kelaparan, membuat Gwen menggelinjang tak karuan karena Max begitu pandai memainkan lidahnya. Karena begitu terbuai Gwen sampai tidak sadar ia sudah terkapar diatas ranjang dengan Max diatasnya dalam posisi celana dalam sudah tidak dipakainya lagi.

Perlahan Max mengecup kening Gwen, berlanjut turun ke hidung dan berlama-lama mengeksplorasi kembali mulut Gwen. Ke telinga lalu leher memberikan tanda-tanda kepemilikannya disana, terlihat begitu seduktif dan sangat berbahaya. Sedangkan Gwen sudah sangat pasrah dibawah kuasa Max, otaknya sudah tidak bisa berpikir jernih apalagi saat lidah Max menggeliat di privasi Gwen. Untuk kedua kalinya ada orang lain yang melihat Gwen begitu terbuka dan itu dengan orang yang sama.

“Ahhmmm…”

Gwen mendesah kembali dan langsung mengigit bibirnya, menahan sebisa mungkin agar desahan itu keluar dari mulutnya. Tangan Max bekerja ekstra, satu tangan mengobrak-abrik masuk kedalam milik Gwen bersamaan dengan lidahnya dan tangan satunya lagi menyentuh dagu Gwen menarik pelan agar mulut itu terbuka. Gwen kembali mendesah refleks ia mengulum ibu jari tangan Max, tak pernah terpikir bahwa apa yang dilakukannya itu akan menambah gairah Max.

Tidak butuh waktu lama bagi Gwen untuk mendapatkan pelepasannya, Max sendiri langsung menanggalkan sisa pakaiannya dan menyatukan tubuh mereka. Baru saja merasa lega sekarang Gwen sudah menegang kembali, Max menyatukan tubuh mereka dengan pelan tetapi rasanya tetap saja aneh untuk Gwen.

“Kau masih saja sempit.”

Max menggenggam sesaat menyatukan dirinya dengan Gwen, miliknya terasa begitu terjepit dan rasanya masih sama seperti saat pertama kali mereka melakukannya.

Saat dirasa sudah masuk sepenuhnya Max mulai bergerak membuat ritmenya dan malam panjang itu menjadi saksi percintaan mereka setelah sekian lama tak berjumpa. Max begitu puas menggempur Gwen hingga pagi menjelang.

Bahkan pria itu sengaja tidak memakai pengaman sama sekali agar dari percintaan mereka kali ini akan membuahkan hasil. Gwen sendiri membuka matanya setelah baru tertidur satu jam, ia harus bekerja.

Dilihatnya Max yang memeluknya erat dari belakang, Gwen secara perlahan bangkit dan berusaha untuk tidak membuat suara yang bisa menganggu Max. Semalam Gwen sangat sadar melakukannya dengan Max meskipun berawal dari pria itu yang menggodanya.

Tetapi Max tidak bisa sepenuhnya disalahkan karena jika Gwen tidak tersulut gairah juga hal yang nikmat itu tidak akan terjadi. Gwen ingat dengan janjinya dan ia akan membeli pil pencegah kehamilan nanti saat diperjalanan menuju perusahaan, atau mungkin Gwen akan pergi konsultasi ke dokter agar bisa menghindari kehamilan dalam waktu lama.

Gwen sendiri tidak bisa mempercayai pemikiran bahwa Max akan segera pergi dari hidupnya. Pria itu akan terus menemui sampai pria itu bosan, dan untuk dirinya sendiri Gwen mungkin ia akan memberi kelonggaran untuk bersenang-senang. Karena tidak mungkin ia bisa menolak kenikmatan yang ditawarkan oleh Max.

Satu hal yang perlu Gwen pegang yaitu ia tidak boleh hamil dan membuat masalah baru dalam hidupnya. Membuat keluarganya kembali murka meskipun ia hamil anak dari pengusaha kaya di Amerika. Keluarganya bukan keluarga mata duitan yang menghormati seseorang hanya karena materi. Sekaya apapun dan sehebat apapun seseorang jika sudah melakukan hal buruk dimata keluarganya maka tetap saja buruk.

Complicated

Hari ini pengganti Leader Liam mulai bekerja, saat pertama kali melihatnya Gwen setuju jika Mr. William adalah pria yang tampan. Dari sikap dan gaya bicaranya Gwen juga tahu bahwa pria itu adalah orang yang sedikit mirip dengan kepribadian Leader Liam.

Meskipun ada leader tim baru tetapi mereka tetap bekerja seperti biasa bahkan mendapatkan tekanan baru. Mr. William sebelumnya sudah mengevaluasi tentang perkembangan tim ini, pria itu secara mantap mengatakan semua target yang harus dicapai dimasa yang akan datang.

Ponsel Gwen bergetar, ia melihat ada satu pesan masuk dari nomor tidak dikenal. Segera saja ia membukanya dan mengetahui bahwa itu adalah Max, pria itu mengatakan basa-basi tak penting menurut Gwen juga ucapan semangat. Walaupun tidak terlalu berpengaruh tetapi setidaknya Gwen merasa ia lebih bersemangat lagi menyelesaikan pekerjaannya yang semakin menumpuk.

Sedangkan Max pria itu masih berada di apartemen Gwen dengan keadaan full naked dibawah selimut. Untuk kedua kalinya Gwen meninggalkan Max selepas percintaan luar biasa mereka, yang berbeda hanya saat itu Max tidak tahu Gwen pergi kemana dan kali ini Max tahu segalanya tentang Gwen juga wanita muda itu tidak bisa pergi darinya lagi.

Setelah mengirimkan pesan pada nomor Gwen yang lagi lagi ia dapatkan karena kekuasaannya, Max menghubungi asistennya untuk membawa pakaiannya juga memanggilkan jasa House Keeping untuk membersihkan apartemen milik Gwen.

Max memiliki jadwal yang sangat padat hari ini, tetapi karena Max bangun terlambat dan Max adalah bosnya tentu saja tidak akan ada yang bisa memarahi dirinya. Selesai Max berpakaian dan menghabiskan makan paginya, pria itu langsung menuju ke kantor cabang yang harus ia datangi hari itu.

Kedatangan Max mengundang perhatian siapapun, pria itu sangat tampan dan terlihat berkarisma ditambah dengan rombongan yang dibawanya membuat siapapun tahu bahwa Max adalah orang yang berkuasa. Para petinggi kantor itu segera menyambut Max dan menggiringnya menuju ruang rapat yang telah disiapkan. Mereka akan ada projek untuk mengeluarkan mobil model baru dipertengahan tahun depan.

Rapatnya berjalan lancar dan Max langsung menuju ke sebuah restoran tempat ia akan bertemu dengan kolega bisnisnya. Saat diperjalanan ponselnya berdering memunculkan nama ibunya disana, segera saja Max mengangkatnya.

“Hallo bu? Ada apa?”

“Max, nanti malam Mrs. Smith mengadakan pesta pertunangan putranya. Ingat janjimu Max, Ibu akan tunggu dirumah. Jangan lewat dari jam 6.” Sambungan terputus setelah ibunya Elleana berkata demikian.

Max menghela nafas, lalu melempar pandangannya pada Edward asistennya.

“Ed, kosongkan semua jadwal sebelum jam 6. Lalu antarkan aku kerumah keluarga ku.”

“Baik Sir.” Mengangguk puas pada Edward, Max kembali menjatuhkan pandangan pada ponselnya. Ia teringat Gwen, dan langsung mendial nomornya.

“Ya, ada apa?” Suara lesu itu menyapa telinga Max, memberikan ia sengatan semangat.

“Makanlah dulu, ini sudah masuk waktu istirahat. Jangan terlalu keras bekerja.” Hanya deheman yang Max dapatkan dari ucapannya.

“Setelah ini kau tidak akan merasa lelah lagi karena bekerja karena akan menjadi Nyonya Beauchamp.”

“Aku harus pergi ke Cafetaria. Sampai jumpa.”

Dan sambungan kembali terputus secara sepihak. Entah mengapa wanita-wanita itu suka sekali mematikan telfon. Gwen bahkan tidak memberinya perhatian balik seperti menyuruhnya untuk makan atau sebagainya, hal itu membuat Max cukup kesal karena perasaan Gwen yang sekeras batu. Max berjanji pada dirinya akan membuat Gwen membalas perasaan nya.

“Kita sudah sampai Sir.”

Edward sudah membukakan pintu untuknya, mengintrupsi Max dari pikirannya sendiri tentang Gwen. Siang itu ia akan bertemu dengan salah satu kolega bisnisnya dari Singapura, pembicaraan seputar dunia bisnis tentu menjadi topik utama.

Pria itu mengatakan akan mengadakan acara pernikahannya bulan depan, berharap Max dapat hadir. Max terus melobi pria yang hanya lebih tua beberapa tahun darinya, bertanya tentang perusahaan-perusahan yang sedang berkembang dan hebat-hebatnya saat ini.

Perusahaan Adam’s Power Group akhirnya ikut terseret, Alex yaitu teman makan siang Max mengatakan bahwa perusahaan itu tetap stabil sampai sekarang sejak mengawali karirnya. Alex terlihat cukup akrab dengan keluarga Adam lebih tepatnya dengan Hendery Adam putera sulung Hugo Adam.

Alex mengatakan bahwa Keluarga Adam masih memegang teguh pendirian serta adat istiadat keluarga yang sudah ada sejak dulu, Alex juga menimpali bahwa Keluarga Adam lebih condong pada perjodohan keluarga untuk menentukan pasangan anak cucunya. Membuat Max mengerutkan keningnya penuh protesan, membicarakan tentang Keluarga Adam otaknya tertuju pada Gwen seorang. Apa mungkin Gwen akan dijodohkan nantinya?

Alex mengatakan bahwa ia tertarik dengan seorang wanita dari keluarga Adam yang bernama Hana, tetapi Hendery mengatakan bahwa Hana sudah ditentukan akan berada dikeluarga apa untuk menikah. Membuat Alex berpikir bahwa setiap wanita dan pria dari keluarga Adam sedari kecil sudah dipikirkan masa depannya, memberi pengaruh yang cukup besar untuk Max.

Alex yang bisa dikatakan termasuk sepuluh orang paling kaya di Asia saja akhirnya tidak memiliki wanita yang disukainya dan menikah dengan wanita lain, apa mungkin hal ini akan berlaku juga pada Max dan Gwen? Selain itu jarak usia mereka juga menjadi hal dipikirkan oleh Max.

Selepas makan siang Max kembali menyelesaikan pekerjaannya sebelum memenuhi janjinya pada sang ibu. Tepat pukul 6 Max tiba dirumah keluarganya, sang ibu sudah cantik dan siap dengan gaun pestanya menunggu Max yang perlu mandi dan mengganti pakaiannya. Tidak terburu-buru tapi terkesan lebih cepat dari biasanya Max kembali pada ibunya dengan kondisi sudah bersih, rapi dan tampan. Mereka memilih untuk menaiki mobil milik Elleana sedangkan Edward mengikuti dibelakang dengan mobil milik Max.

“Oh ya Max, ibu pernah mendengar bahwa Alexa Smith adalah mantan kekasihmu. Apa itu benar?”

“Itu hanya kencan remaja pubertas.” Max mengatakannya sambil menggedikkan bahu, ia tidak mungkin menampik kenyataan. Bicara bohong bukanlah tipe pria seperti Max.

“Dia pembawa berita yang hebat, sangat profesional dan ramah. Apa tidak ada peluang kalian untuk menjalin hubungan kembali?”

“Aku sudah punya kekasih. Lagipula Alexa sudah bertunangan dengan kekasihnya.” Elleana berbinar mendengar perkataan putera sulungnya, bahkan wanita paruh baya itu refleks menggenggam tangan Max.

“Benarkah? Siapa namanya? Apa pekerjaannya? Tingg-”

” ibu tidak perlu tahu.”

Elleana berdecak pelan mendengar apa yang Max katakan, begitu menyebalkan.

“Bagaimana bisa ibumu tidak perlu tahu, wanita ini kan yang akan kau nikahi nanti? Atau jangan-jangan hanya dijadikan mainan oleh karena itu-”

“Aku akan menikahinya.”

Elleana mendengus kesal, ucapannya selalu saja dipotong oleh Max.

“Kalau begitu kenalkan kami maka ibu akan membantumu untuk bisa menikahinya.”

Max menghela nafas gusar seraya membuang pandangan ke jendela. “Entahlah ini terdengar rumit.”

Bersambung

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status