Share

Just OnS

Just ONS

Siang itu entah kenapa Max ingin sekali makan dikantin kantornya, rasanya sudah lama sekali ia tidak makan disana tapi memang seingat Max terakhir kali ia makan disana sekitar empat atau lima tahun lalu? Entahlah.

Diikuti empat orang sekretarisnya dan satu ajudannya, Max masuk ke area kantin disana terlihat sangat tenang dan disiplin meskipun sedang makan. Ia duduk dikursi yang sudah disiapkan oleh bodyguard-nya, para karyawan juga tetap melanjutkan makan siangnya tak terganggu sama sekali olehnya sesuai keinginan Max.

Hingga makanan nya sudah datang, Max makan perlahan dengan mata yang melihat kesana-kemari. Tak tahu apa yang pria itu cari hingga tatapannya terhenti pada seorang wanita berkemeja coklat muda, wajahnya tidak berubah malah bertambah cantik hanya rambutnya saja yang berganti warna. Itu adalah Gwen-nya.

Max segera ikut bangkit dan menyuruh para pekerjanya untuk tidak mengikuti dirinya. Itu Gwen-nya, tubuhnya masih imut seperti dulu meskipun wanita itu sudah memakai heels untuk menyamarkan pendek tubuhnya. Rasanya Max ingin memeluk wanita itu erat karena ia sudah sangat rindu sekali. Melihat Gwen masuk kedalam toilet, ia pun ikut masuk juga dengan mendorong pintu agak kuat membuat Gwen yang berada didalam terkejut.

Wajah kaget Gwen sama sekali tidak Max alihkan dari matanya, pria itu menarik Gwen hingga tersudut didinding. Max menundukkan tubuhnya agar wajahnya tepat berada didepan wajah Gwen, menghirup aroma Gwen agar memasuki penciumannya.

“Gwen…”

Suaranya berat dan serak sarat kerinduan juga kemarahan ketika ia mengingat bagaimana dirinya mencari-cari keberadaan wanita itu. Lain dengan Gwen yang syok.

“Dimana saja kau selama ini? katakan padaku.” Kedua tangan besarnya memegang bahu kecil Gwen dengan agak menekannya, ia teringat akan sesuatu.

“Dimana anakku Gwen?” Tatapan Max penuh harap membuat Gwen kebingungan.

“Anak apa?” Akhirnya Gwen mengeluarkan suaranya meskipun terdengar mencicit.

“Anak kita. Dimana anak kita?”

“Tidak ada anak diantara kita.” Gwen membantah hal itu dan berusaha lepas dari cengkeraman Max. Pria ini begitu tinggi dan besar, sangat mengintimidasi dirinya.

“Lepaskan aku.”

“Tidak, aku tidak akan pernah melepaskanmu lagi.” Max mencengkeram dagu Gwen hingga wajah wanita muda itu mendongak.

“Aku akan menghukummu karena telah berani-beraninya pergi meninggalkan aku hari itu.”

Dari jarak yang sangat dekat ini Max dapat melihat wajah Gwen yang sangat cantik, entah keberuntungan apa hingga hari ini ia akhirnya bisa bertemu dengan Gwen.

“Lepaskan aku, aku harus bekerja.”

Gwen sangat ketakutan jika ada orang lain yang masuk kemari dan melihat mereka apalagi dengan posisi yang tidak wajar. Tetapi keinginan Gwen sama sekali tidak dikabulkan, wanita muda itu malah mendapatkan serangan ciuman.

“Hmmpp…”

Max sendiri sangat puas dalam hati karena bisa melahap bibir merah Gwen yang terus minta dilepaskan. Gwen terus meronta, mendorong pria itu agar menjauh darinya meskipun ia tahu itu tak akan berhasil.

Lima belas menit dan Gwen sudah lemas sekali, pria yang ia tidak tahu namanya ini benar-benar bajingan. Tak tahu sejak kapan Gwen sudah terduduk di atas wastafel toilet umum yang hanya terisi mereka berdua, bahkan karena terlalu lemas Gwen menyandarkan tubuhnya didada Max.

Nafas mereka memburu saling bersahutan, Max merengkuh tubuh Gwen dan mencium pelipis Gwen berkali-kali.

“Ini belum ada apa-apanya dari hukumanmu dan kau sudah lemas seperti ini?”

Gwen yang benar-benar lemas hanya bisa meremas jas mahal pria itu karena kesal, lututnya lemas sekali karena permainan hebat pria itu meski hanya ciuman. Dan kalian perlu catat ini adalah ciuman pertama Gwen setelah sekian tahun, Gwen jelas kewalahan.

“Aku harus bekerja…”

“Kau bekerja disini?”

Gwen mengerutkan kening dan menatap pria paling tampan juga pria pertamanya itu dengan bingung, “Memang kau tidak bekerja disini?”

Melihat pakaian mahal pria itu Gwen yakin bahwa jabatan pria itu bukan sekedar karyawan biasa. Wajahnya yang terlihat lebih dewasa dari terakhir kali mereka bertemu sangat mempesona Gwen, tak tahu apa yang dilakukan pria ini di Negara ini apakah untuk urusan pekerjaan atau memang pria yang Gwen tak tahu namanya itu tinggal disini? Tetapi pertanyaan Gwen sama sekali tidak dijawab, pria itu malah kembali bertanya.

“Sejak kapan kau bekerja disini? Aku tidak pernah melihatmu.”

Gwen menggedikkan bahunya, “sekitar satu bulan? Aku baru lulus dari universitas dan bekerja disini. Apa yang kau lakukan disini? Apa tinggal disini?”

Max menghela nafasnya, wanita ini kuliah dan itu artinya memang benar wanita muda ini tidak hamil seperti yang diharapkan olehnya. Entah mengapa Max tidak terima dengan fakta itu.

“Aku bekerja, dan aku asli warna negara disini. Apa kau benar-benar tidak hamil?”

Gwen berdecak pelan seraya mendorong pria itu hingga menyisakan jarak antara mereka, membiarkan Gwen turun dengan bantuan Max karena takut wanita muda itu jatuh.

“Aku tidak hamil sama sekali. Apa kau pikir semua kegiatan one night stand akan menghasilkan anak? Itu konyol.”

“One night stand?”

Geram Max yang terima hal terindah yang pernah terjadi dalam hidupnya hingga membuatnya frustasi memikirkan wanita muda ini bertahun-tahun hanya disebut one night stand. Meski cukup sulit bagi Gwen berdamai dengan masalalu, tetapi wanita itu muda itu harus melakukan ini agar bisa pergi dari toilet ini.

“Dua orang asing melakukan hubungan sex, apalagi sebutan yang cocok selain one night stand?” Gwen dengan sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk melupakan masalalu dan menjadi Gwen yang baru, kedatangan pria ini hanyalah salah satu tantangannya.

“Aku harap kau juga akan melupakan hal itu sama sepertiku, dan anggap saja kita tidak kenal jika tidak sengaja bertemu.” Secepat itu Gwen keluar dari toilet dan mendapati ada beberapa bodyguard yang menjaga pintu, tak memperdulikan hal itu Gwen berlari menuju ruang kerjanya karena waktu kerja akan dimulai tiga menit lagi.

“Gwen, kau darimana saja? Aku mencarimu dari tadi.” Cherry langsung mendekatinya begitu Gwen masuk.

“Aku habis dari toilet.”

“Tadi setelah makan, aku lewat depan toilet yang ada disebelah Cafetaria dan disana ada banyak bodyguard. Kupikir kau tidak mungkin didalam sana dengan bodyguard yang menjaga pintu toilet yang melarang orang lain untuk masuk.”

“Setelah dari toilet itu aku teringat ada yang tertinggal dimejaku, tetapi saat di lift aku sakit perut dan akhirnya memutuskan untuk berhenti di lantai mana saja untuk mendapatkan toilet.” Gwen adalah wanita muda yang cerdas, mengarang cerita kecil seperti ini bukanlah masalah besar.

“Ya ampun, apa sekarang perutmu masih sakit?”

“Tidak, sekarang sudah tidak apa-apa tidak perlu khawatir.”

About You

Max kembali keruangannya setelah Gwen meninggalkan dirinya sendiri di toilet. “Cari tahu tentang karyawan yang baru bekerja disini namanya Gwen.”

Tak butuh waktu lama bagi Max untuk mendapatkan informasi tentang Gwen dari data pribadi para karyawan diperusahaan miliknya. Matanya terus meneliti tiap huruf yang memberitahunya lebih banyak tentang Gwen.

Ternyata Gwen pindah ke Australia dan tinggal disana saat Max mencari-cari dirinya. Melihat nama keluarga Gwen, Maxime akan mempertimbangkan untuk bekerja sama dengan perusahaan keluarga Gwen. Maxime akan terus mencari peluang agar mereka bisa bersama seperti yang Max inginkan.

Disisi lain Gwen mengigit bibirnya, pekerjaannya hampir selesai untuk hari ini tetapi waktu pulang masih lumayan lama. Sejak pertemuannya dengan pria itu pikirannya sudah tidak berada pekerjaannya lagi. Gwen terus bertanya-tanya, siapa sebenarnya pria itu disini mengapa saat ia keluar dari toilet banyak bodyguard seolah pria itu adalah orang penting. Ia sempat terpikir untuk bertanya pada Cherry mungkin wanita itu tahu sesuatu, tetapi Gwen tak tahu harus bertanya bagaimana.

“Ada apa Gwen? Apa ada sesuatu yang ingin kau bicarakan?” Cherry sudah menatap wajahnya setelah sebelumnya wanita itu begitu fokus pada pekerjaannya.

“Apa pekerjaanmu sulit?”

“Bukan tentang itu, ini tentang hal lain. Aku hanya ingin bertanya mungkin kau tahu sesuatu.”

“Apa itu?”

“Tadi kau bilang kau melihat ada banyak bodyguard di toilet dekat cafetaria.” Cherry mengangguk membenarkan seraya mata kembali fokus pada layar monitor miliknya.

“Ya lalu?”

“Menurutmu itu bodyguard siapa? Maksudku untuk apa bodyguard di perusahaan ini.”

Cherry mengetukkan jarinya di dagu seolah berpikir, “mengingat wajah bodyguard tadi sepertinya itu adalah bodyguard CEO kita. Dia pengusaha sukses yang kaya raya tentu saja ia butuh penjagaan. Itu hal wajar menurutku.”

“CEO? Owner M.B. Inc.?”

Cherry kembali mengangguk cepat. “Ya CEO sekaligus Owner tampan kita Mr. Maxime Beauchamp.”

Mendengar nama itu Gwen mengerutkan keningnya. Ia tidak tahu nama pria yang sudah mengambil pengalaman pertamanya, dan ia juga tidak mencari tahu tentang pemilik perusahaan raksasa M.B. Inc.

Ini karena ia hanya ikut-ikutan melamar pekerjaan yang lokasinya jauh agar bisa pergi dari rumah keluarganya. “Pria paling tampan yang pernah aku temui, aku juga mendengar bahwa dia bukan pria mata keranjang dan playboy. Siapapun yang akan menjadi wanitanya pasti beruntung, dia pria tampan yang setia.”

Tanpa memperdulikan semua ungkapan Cherry lagi Gwen segera menuju mesin pencari dan mencari pemilik perusahaan tempat ia bekerja. Gwen hanya dapat diam dalam keadaan shock karena mendapati informasi yang benar-benar tidak disangka olehnya, mungkin ini yang disebut kesialan. Gwen terus men- scroll foto-foto pria yang pernah bercinta dengannya itu dalam event-event penting juga cover-cover majalah bisnis yang memunculkan wajah itu.

“Dia sangat tampan kan?” Gwen semakin terkejut karena sanggahan Cherry yang tiba-tiba berada disampingnya. Sedangkan Gwen sendiri tidak mengeluarkan sepatah katapun, rasanya seperti otaknya berceceran dimana-mana. Tak tahu harus apa dan bagaimana setelah tahu takdir begitu mempermainkan dirinya.

“Sudah jangan dipandangi terus, selesaikan pekerjaanmu sekarang.” Tepukan dibahunya semakin menyadarkan Gwen pada kenyataan. Ia segera keluar dari pencariannya dan kembali mengerjakan pekerjaannya meskipun masih banyak melamun.

Sekarang Gwen sudah tahu siapa pria itu dan Gwen yakin seribu persen untuk mendapatkan informasi dirinya bagi pria itu sangatlah mudah. Pria itu akan tahu semua tentang dirinya dan Gwen akan sulit untuk lepas dari masa lalu juga pria itu, saat ciuman di toilet saja Gwen hampir lupa diri bagaimana jika ada kesempatan lain dan mereka bisa saja melakukan lebih dari itu.

Masih sangat segar dalam ingatan Gwen bagaimana ia berjanji pada ibunya juga pada dirinya sendiri, dan kedatangan pria itu akan menghancurkan semuanya. Ingin resign dari perusahaan ini pun rasanya mustahil, ia tidak punya uang untuk membayar denda kontrak juga ia tidak mau kembali ke keluarganya. Tetapi tetap disini pun Gwen merasa hidupnya tidak akan aman.

Menyimpan pekerjaannya yang sudah selesai, Gwen kembali mendekati Cherry. “Cherry, apa CEO kita sudah menikah? punya kekasih atau semacamnya?”

Gwen berharap sekali pria itu sudah punya kehidupan sendiri.

Jadi hal ini bisa menjadi alasan kuat untuk menahan segala hal yang tidak perlu terjadi di antara mereka berdua, lagipula untuk apa pria itu mencarinya lagi bahkan menanyakan anak pada Gwen sedangkan pria itu sangat bisa mencari seseorang yang lebih segala-galanya dari Gwen.

“Setahuku tidak, tetapi aku juga belum tahu pasti karena itu sangat privasi. Kenapa? Kau ingin mendaftar menjadi kekasihnya?” Secepat kilat Gwen menggeleng kepalanya, otaknya terus bekerja mencari alasan yang cocok.

“Tidak tidak. Aku hanya bertanya karena sepertinya dia sudah sangat dewasa, aku sempat berpikir mungkinkah dia punya anak atau istri.”

“Dia belum menikah, tetapi untuk seorang kekasih aku tidak tahu pasti. Tidak ada berita tentang itu.”

“Begitu ya, aku sama sekali tidak mencari-cari tahu tentang pemilik perusahaan ini karena aku hanya fokus pada perkembangan perusahaan dan interview-ku saja.”

Meskipun Cherry tidak bertanya, tetapi Gwen merasa perlu untuk menjelaskannya karena takut ada kesalahpahaman.

“Dan untuk Mr. William, apakah akan mulai datang kemari besok?”

“Yang kudengar begitu. Meskipun sedih melepaskan Leader Liam tetapi aku sangat tidak sabar untuk lebih dekat dengan Mr. William.”

“Apa kau benar-benar menyukainya? Apa perlu aku membantu kalian untuk lebih dekat?” Tanya Gwen sekedar basa-basi, ya jika Cherry menanggapinya tentu saja Gwen akan tetap melakukannya demi Cherry yang sudah begitu baik padanya selama ini.

“Tidak perlu, jika memang kami berjodoh akan ada banyak jalan untuk saling menyukai dan jatuh cinta. Lagipula Mr. William sudah memiliki kekasih. Miss Alexa Smith pembawa berita utama di M.B. Inc cabang pertelevisian.”

“Dia pasti sangat cantik.” Celetuk Gwen yang dalam otaknya tidak terbayang sama sekali bentukan dari Alexa yang dimaksud. Terdengar dari posisi wanita itu tentu saja tidak sembarangan kan?

“Benar, tapi aku pernah mendengar Miss Alexa adalah mantan kekasih dari CEO kita. Tidak tahu benar atau tidak tetapi jika dipikir-pikir lagi mana mungkin seorang Alexa mau menurunkan standarnya yang terlalu tinggi itu dari menjadi kekasih CEO berubah menjadi kekasih seorang leader karyawan biasa. Sangat jauh perbandingannya.”

“Dia wanita yang angkuh ya ternyata.”

Cherry menggedikkan bahunya pelan, “yang kulihat memang seperti itu tapi entahlah. Aku juga tidak terlalu mengenalnya, bisa saja aku salah menilai. Buktinya Mr. William Hobert yang begitu charming masih mau bertahan dengan wanita seperti itu.”

“Aku jadi penasaran.” Gumam Gwen dengan pandangan menyorot kosong pada layar monitornya yang masih menyala.

Bersambung

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status