William bergegas menuju rumah sakit saat Aurora menghubuginya. William mempercepat langkahnya menyusuri lorong rumah sakit. Dia menuju kamar utama yang dipesan khusus untuk keluarga Keller.Aurora menoleh ke arah pintu saat suara William begitu jelas terdengar. Lelaki itu segera berlari dan memeluk Maya yang masih terbaring lemas. Aurora menghela napas lega. Akhirnya dia bisa pulang untuk istirahat.âApa yang terjadi?â William menoleh ke arah Aurora. Dia menunggu jawab lelaki itu saat ini.âAku dan Margaret menemukan nona Maya pingsan, kami tidak tahu apapun.â Aurora menarik jacket miliknya dan mengenakannya.âTuan William, aku ingin pulang.ââAku lelah, sepertinya tuan William akan di sini.â Aurora bergegas keluar dari dalam kamar itu. Aurora menatap Margaret yang masih berdiri bagaikan patung. Perempuan paruh baya itu tidak henti-hentinya menangis dan membuat Aurora semakin bingung. Apa dia seorang pelayan yang begitu setia? Pikirnya.âMargaret, apakah ingin pulang bersamaku?ââEdwa
âJadi, pernikahan ini hanya secara paksa?â Nyonya Rebeca memandangi Aurora yang duduk di depannya. Aurora menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Dia menganggukan kepala secara perlahan.âKau mencintainya?â Nyonya Rebeca menyipitkan mata memandangi putrinya itu. Aurora menongakan wajahnya dan menggelengkan kepala.âAku tidak mencintainya.ââTapi apa? Mengapa kau melakukan ini Aurora?â sergap Nyonya Rebeca kemudian. Aurora menghela napas kasar di udara.âAku tidak memiliki uang sepeser pun untuk biaya ibu, aku melakukan ini untuk ibu.ââKamu hamil?â tanya nyonya Rebeca. Dia menatap Aurora yang tertunduk lemas di hadapannya. Aurora menganggukan kepala.âTuhan, mengapa kau mengorbankan dirimu sendiri, Aurora?ââApa kau tidak tahu? Prof. John menyukaimu dan lelaki itu bisa membantu kita! Ah, kau benar-benar bodoh!â cetus nyonya Rebeca. Dia tidak mengerti dengan jalan pikiran putrinya sendiri.Aurora terlihat sangat lemas. âBagaimana jika William membuangmu? Prof. John b
Cicilia menangis terisak di taman kampus. Luka hatinya tidak akan terobati. Prof. John begitu kasar. Padahal saat di Inggris, lelaki itu selalu menyanyanginya dan bersikap lembut. Prof. John sangat mencintainya dan entah mengapa, dia tiba-tiba berubah seketika.Cicilia berusaha menenangkan dirinya namun air matanya terus mengalir. Dia sudah menghubungi Aurora agar segera menemaninya.âCicilia!âAurora panik saat melihat wajah Cicilia penuh dengan air mata. Tubuh perempuan itu bergetar bahkan suaranya sangat pelan, hampir tidak terdengar. Cicilia memeluk Aurora dan terisak di dalam pelukan perempuan itu.âAurora, tolong aku!ââAku sangat mencintai Prof. John. Dia adalah lelaki yang aku sayangi. Apa kau bisa menolongku?â Cicilia terus menangis. Aurora menghela napas panjang. Dia melepaskan pelukan Cicilia.âAda apa?ââAku sudah menghindarinya. Apa dia melukaimu?â Aurora memandangi Cicilia. Perempuan itu menganggukan kepala.âAurora, aku mohon kepadamu. Aku mohon kepadamu!â pinta Cicilia
Aurora terbangun lebih awal. Dia memikirkan mengenai rencana Cicilia untuk membawahnya keluar dari Nevada demi kelangsungan hubungan dirinya dengan Prof. John. Cicilia sudah mengirimkan tiket dan juga foto rumah yang bisa ditempati Aurora di Italia.Aurora menghela napas panjang. Hubungan dengan ibunya tidak baik saat ini. Hari ini, nyonya Rebeca sudah bisa keluar dari rumah sakit. Namun, perempuan paruh baya itu tidak ingin jika Aurora yang menjemputnya.âIbu, aku akan menyuruh pengawal William untuk menjemputmu,â ucap Aurora melalui sambungan telepon.âAku tidak mau!ââApapun itu, aku tidak mau, Aurora! Aku ingin prof. John saja. Lelaki itu lebih lembut dan juga lebih jelas.ââMaksud ibu, apakah William tidak jelas?â sergap Aurora kemudian.âPutriku, kau tahu kan kalo William sudah beristri dan hanya menjadikanmu simpanan di rumah itu? Ah, ibu terluka mendengarkannya.ââBahkan di ruang publik pun, dia tidak ingin mengakuimu. Ibu tidak mau putri ibu diperlakukan buruk.ââAku akan men
Sudah ada tiga gelas wiski yang terjatuh dari atas meja. Roy mengusap wajahnya kesal. Prof. John sama sekali tidak ingin berhenti minum malam ini.âJohn, aku tahu kau sedang frustasi. Tapi, kamu pasti bisa berpikir cerdas.ââKamu memiliki karier yang bagus, kamu tampan dan kaya raya. Kamu bisa mendapatkan perempuan mana pun. Hanya karena Aurora, perempuan asing itu, kau seperti ini?ââAh, John. Kamu benar-benar lemah!â hardik Roy. Dia duduk di atas meja sambil menyilangkan kakinya. John tidak peduli ucapan lelaki itu.âAku mencintai, Aurora!âProf. John menoleh ke arah Roy. Bola mata prof. John berkabut. Dia melepaskan kacamatanya dan menundukan wajahnya ke bawah. Roy menghela napas panjang.âOke, apa yang kamu butuhkan sekarang, John?ââMeminta Aurora untuk menghubungimu?â tanyanya. Prof. John menggelengkan kepala.âAku akan hubungi Cicilia, kamu sepertinya sedang mabuk. Tunggu di sini!â Roy bergegas menuju tangga yang menghubungkan kamarnya dengan lantai dua. Roy mengambil ponselnya
Prof. John merasakan sesuatu yang dingin sedang mengecup tubuhnya. Kepalanya sangat sakit dan dia berusaha membuka matanya. Kecupan itu semakin nyata, memberikan sensasi tersendiri di tubuhnya.âCicilia!â Bola mata prof. John terbelalak. Secara cepat, dia mendorong tubuh perempuan itu menjauh.âApa yang kau lakukan di sini?â hardiknya. Cicilia memandangi prof. John. Dia mengerutkan kening tidak mengerti.âJohn, mengapa kau kasar sekali?â rintih Cicilia sambil menyentuh tangannya. Dia menangis di sudut tempat tidur karena dorongan prof. John yang melukainya. Prof. John segera mengambil bajunya dan berjalan keluar dari dalam kamar.âPakai pakaianmu dan jangan lakukan itu!â perintah Prof. John ketus. Dia berjalan meninggalkan Cicilia yang menangis di depannya.Prof. John menghela napas panjang. âAku tidak suka dengan tindakanmu seperti ini, Cicilia!â serunya dari luar. Cicilia mengambil bajunya yang tercecer di lantai. Dia menggunakannya kembali lalu turun dari tempat tidur. Cicilia frus
Maya membuka matanya. Dia meraba ke sampingnya dan William tidak ada. Maya berusaha untuk duduk. Dia mencari William di dalam kamar.âWilliam?â panggilnya. Nihil, suaminya itu tidak berada di sampingnya atau dimana pun.âDi mana William?â serunya. Maya menyentuh kepalanya yang terasa sakit. Dia berjalan keluar dari dalam kamar sambil terus mencari William. Sudah pukul dua malam dan suaminya itu tidak berada di dalam kamar.âDi mana dia?âMaya menuju ruang kerja William. Ruangan itu terang dengan cahaya lampu. Maya berjalan pelan menuju pintu. Dari kejauhan, William sedang duduk di meja kerjanya sambil memegang ponsel.âApapun itu, pantau dia dari jauh.ââAku tidak ingin Aurora dalam keadaan bahaya di luar.ââWalaupun aku terlihat tidak memperdulikannya, namun aku menyayanginya.â Bola mata Maya terbelalak mendengarkan perkataan William.âDia menyanyangi perempuan itu?â batinnya.âTidak, itu tidak mungkin!ââWilliam tidak mungkin semudah itu menyanyangi perempuan lain,â serunya kemudian
Aurora memandangi jam dinding yang berada di dalam kamarnya saat ini, sudah pukul dua malam dan bola matanya belum bisa diajak bekerja sama. Aurora ingin terlelap tidur agar dia bisa ke kampus dan menyelesaikan tugas akhirnya. Aurora sudah memasuki semester terakhir tahun ini.Aurora menatap ponselnya. Semua baik-baik saja. Tidak ada yang menghubunginya sampai sekarang. Bahkan William tidak mengirimkannya pesan. Aurora semakin terheran, apa lelaki itu sama sekali tidak cemas kepadanya?Aurora menghela napas panjang. Dia berajalan menuju meja riasnya dan memandangi dirinya dari balik cermin.Seluruh isi media sosialnya mengabarkan mengenai kehamilan Maya. Tidak sedikit yang mengulas mengenai nasibnya ke depan. Tapi, Aurora tidak peduli. Dia sungguh sangat kesal dan sakit hati.Aurora berjalan mengambil air minum. Saat tangannya baru saja ingin mengambil gelas, Aurora mendengarkan langkah seorang sedang berjalan menuju apartemennya. Langkah kaki lelaki itu terdengar jelas dan membuat Au
âUntuk saat ini, Aurora harus di sini.âProf John menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Mereka sedang berada di dalam kamar. Semenjak keluar dari rumah sakit. Aurora hanya terdiam membisu. Dia tidak banyak bicara.âApa tidak berbahaya?â tanya Joanna sedikit ragu. Tatapannya nanar memandangi prof. John.âTidak ada yang curiga hal ini. Pengawal keluarga Keller tidak akan curiga terhadap Roy.ââAkan sangat berbahaya jika dia berada di rumah atau di apartemen,â jawab prof. John. Dia membungkukan sedikit badannya menatap Aurora. Perempuan itu memandang ke depan. Tatapannya kosong dan tangannya bergetar.âAku akan menghubungi salah satu psikolog kenalanku, dia akan membantu Aurora menyembuhkan traumanya,â jelas prof. John. Dia berdiri lalu melipat tangannya. Joanna mengusap rambut Aurora dengan iba.Roy hanya terdiam membisu di depan pintu. Entah apa yang sedang dipikirkan lelaki itu.âAku akan memerintahkan pengawal berjaga di sekitar sini, tentu saja dengan diam-diam
Edward pulang dari apartemen Tuan Damian saat lelaki tua itu terlihat sangat mabuk. Edward berpamitan dan segera menuju rumah tuan William. Rumah keluarga Keller namun Tuan Damian tidak ingin berlama-lama tinggal di sana. Entahlah, tidak ada yang tahu alasan Tuan Damian tidak ingin tinggal di rumah lamanya. Rumah yang menyimpan banyak kenangan antara dirinya dan istri tercintanya, nona Adelia.Edward semakin menyesal karena menghianati keluarga Keller. Seharusnya dia berterus terang saja kepada lelaki tua itu. Namun, Edward merasa Roy bisa menyelamatkannya dan melindungi dirinya jika keluarga Keller akan membuangnya sewaktu-waktu.âAh.â Edward menghela napas panjang.Sesampai di rumah keluarga Keller, Edward segera turun dan menatap William yang sudah berdiri di depan sana.âDari mana saja kamu?âWilliam menatap Edward yang baru saja turun dari mobil perak. Lelaki berjalan dan sedikit membungkukan badan.âMaaf Tuan William, Tuan Damian mengajakku minum dan menemaninya di apartemen. Ap
âApa John sama sekali tidak memberikanku kesempatan?â Cicilia memandangi Roy dengan sangat lama. Lelaki di depannya itu menghela napas panjang.âCicilia, John sudah jatuh cinta dengan Aurora. Akan sangat sulit membuat hatinya berpindah.ââIni tidak mudah, menyerahlah!â sambungnya.Roy menatap Cicilia dengan serius. Mereka bertemu di salah satu cafe yang terletak tidak jauh dari kampus The Great.Hari ini, Roy ingin menjemput Joanna, namun dia malah bertemu Cicilia yang sedang mengunjungi Prof. John.âJohn akan ke Inggris bersama Aurora. Kamu sudah tidak memiliki kesempatan lagi.âCicilia menunduk ke bawah.âAku mencintainya. Roy!ââAku sangat mencintainya!âRoy menyenderkan tubuhnya di sofa sambil mengusap wajahnya. Bola mata Cicilia perlahan menjadi berkabut. Dia menatap Roy yang terlihat iba memandanginya.âAku tahu itu, Cicilia. Semua orang tahu kamu mencintainya.âRoy menghela napas panjang.âSudahlah, masih banyak lelaki lain di luar sana, Cicilia. Kamu pasti bisa mendapatkan yan
âSial!ââBenar sial, bagaimana perempuan itu bisa hidup dan membuat William selalu bersamanya?ââSeharusnya dia mati saja, jika seperti ini, dia akan semakin dekat dengan William. Apa lelaki itu lupa? Aku sedang mengandung anaknya juga!ââAh, sial!â desahnya. Maya mengepal tangannya dengan kuat. Dia benar-benar tidak suka dengan kelakuan Aurora. Perempuan itu terlalu manja kepada William. Sudah pukul lima sore dan setua hari penuh, William mengurus Aurora tanpa memperdulikan dirinya. Membuat Maya benar-benar muak.Minggu depan, dia sudah berjanji kepada William untuk mengundurkan diri dari dunia model. Sialnya, lelaki itu malah mengacuhkannya dan tidak peduli. Maya mengira jika dia mundur dari dunia model, William akan semakin menyanyanginya dan posisinya akan aman. Namun, lelaki itu malah dekat dengan Aurora. Perempuan jalang yang sangat dibencinya.Maya mengusap wajahnya frustasi. Jika ada tempat dan waktu, dia akan bertemu dengan Aurora dan membunuh perempuan itu dengan tangannya s
Mereka duduk saling berhadapan. Margaret memandangi mereka dari kejauhan. Untung saja Nona Maya sedang beristirahat dan perempuan itu tidak mungkin mengetahui kehadiran lelaki asing di rumahnya. Kalo tidak, Nona Maya pastinya akan marah.âJadi, kamu bernama Edward?â ucap Roy memandangi lelaki di depannya. Sebenarnya Edward sangat malas berbasa-basi seperti ini. Dia tidak punya waktu untuk itu.âKamu mau membahas tentang Joanna?ââAh, saya tidak punya waktu!â ucap Edward ketus. Roy menggelengkan kepala. Tidak, dia tidak ingin membahas tentang Joanna. Dia ingin mencari bukti mengenai perselingkuhan majikannya sendiri.âAku sebenarnya malas bertemu denganmu!ââAku tidak punya waktu berurusan denganmu. Tapi ini tugasku, maka aku melakukannya!â jelas Roy panjang lebar.âMaksudmu apa?â sergap Edward segera. Matanya melotot menatap lelaki itu. Roy menghela napas panjang. Benar-benar menyebalkan berurusan dengan Edward. Jika bukan karena uang, dia tidak akan menginginkan hal ini.Roy mencondo
Aurora membuka matanya dan menatap William yang sedang berada di sampingnya. Lelaki itu tersenyum lalu mengelus pipinya dengan lembut.âMaafkan aku,â bisiknya.Aurora mengerutkan kening. Bukan, bukan lelaki itu yang diharapkannya sekarang. William melirik ke kiri dan ke kanan. Mencari sosok prof. John. Namun nihil, lelaki itu tidak berada di ruangannya saat ini.âAurora?â William mendekatkan wajahnya. Ekspresi Aurora seperti orang kebingungan.âAda apa?â tanyanya lagi.âKamu mencari siapa, sayang?â William lebih mendekatkan wajahnya. Mengamati mimik wajah Aurora yang kebingungan.âMundur, aku tidak menyukai wajahmu!â hardiknya. William spontan menjauhkan tubuhnya dari perempuan itu.âProf. John, di mana dia?â Aurora menatap William lalu mengarahkan pandangannya ke seluruh ruangan. William beranjak dari tempat duduknya lalu berjalan menuju sofa. Dia menuangkan air mineral ke dalam tengorokannya. Mendengarkan nama prof. John membuatnya kehausan seketika.âMengapa kau mencari lelaki itu?
William terus memandangi wajah Aurora secara dekat. William baru menyadari bahwa Aurora begitu mempesona.âMengapa aku baru menyadari bahwa dia secantik ini?â sahut William dalam hati.âAtau selama ini, aku sama sekali tidak menyadarinya?âWilliam tersenyum. Salah satu tangannya mengelus dengan lembut pipi Aurora. Mencoba untuk menyentuh perempuan itu dengan pelan.âAurora Smith!ââAurora Smith? Mengapa kau tidak bangun-bangun?â bisiknya pelan.Dring!Ponsel itu mengagetkan William. Dia segera membalikan badan dan berjalan menuju sofa.âProf. John?â serunya.âHai, ada apa?ââMengapa meneleponku? Kau mendapatkan nomorku dari mana?ââBagaimana Aurora?â ucap prof. John segera. Dia sangat malas berbasa-basi kepada lelaki itu. Bagi prof. John, menurunkan ego untuk saat ini adalah sesuatu yang penting.âDia istriku, John. Mengapa bertanya seperti itu?ââJangan terlalu cemas, aku ada di sini bersamanya. Jadi, jangan terlalu berlebihan!â jawab William dengan penuh penekanan. Prof. John terdia
Prof. John terus memeluk Aurora. âPlease, bangunlah Aurora!â bisiknya. Prof. John menatap kedua pengawal yang bersamanya di dalam mobil.âCepat lajukan mobilnya!ââDia bisa saja mati!ââHai, saya akan potong kepala kalian, jika lambat melajukan mobilnya!â teriak prof. John frustasi. Melihat Aurora terus mengeluarkan darah membuatnya panik. Prof. John tidak bisa berpikir apapun saat ini. Apa yang sedang terjadi dengan kandungannya?âAurora sayang, bertahanlah!âProf. John terus memeluk tubuh Aurora sambil menangis. Ini kali pertama Prof. John sangat ketakutan. Dia tidak akan memaafkan dirinya jika terjadi sesuatu kepada perempuan itu.Sesampai di rumah sakit Valley Hospital Las Vegas. Prof. John segera turun sambil mengendong Aurora menuju ruang UGD. Dia tidak membiarkan perempuan itu sendiri.âMaaf Tuan John, biar kami periksa lebih dahulu!âProf. John mundur. Ruangan ditutup dan dia harus menunggu di luar. Prof. John mengusap wajahnya frustasi. Dia benar-benar kebingungan saat ini.D
âJadi bagaimana Tuan, apa kita akan mengeksekusinya sekarang?âDominic mengangkat salah satu alisnya. âBunuh dia!â perintahnya.âBaik tuan!â sahut suara itu.âTapi Antoni, tunggu dulu!âDominic meletakkan tangan di dagu dan sedang memikirkan sesuatu saat ini. Antoni terheran. Dari sambungan telepon, suara majikannya itu tidak terdengar jelas.âAda apa Tuan?ââJangan sampai orang lain tahu rencana ini. Bunuh Aurora dan buang mayatnya begitu saja!â titahnya.âKamu mengerti? Kamu bisa kan?â Antoni terdiam cukup lama melalui sambungan telepon. Dia sedang memikirkan tawaran itu.âAku akan menambahkan komisi buatmu, jadi tenang saja! Jika semuanya sudah selesai, hubungi aku!âTit!Telepon terputus. Dominic bergegas meletakkan ponselnya âWilliam akan kehilangan kedua perempuan yang berada di sampingnya. Bukan kah seperti itu yang dia lakukan kepadaku?â batinnya. Sebuah senyum penuh misteri terukir di wajah tampannya. Dominic sangat puas. Melihat William jatuh adalah tujuan utamannya. Perset