“Jadi, kalian menikah secara mendadak dan …,”
“Aurora akan mengandung bayi kami,” potong Maya. Tuan Damian yang asik berbicara dengan Aurora spontan menatap Maya yang sedang memotong pembicaraan mereka.
“Aku tidak berbicara kepadamu!”
Tuan Damian menghunuskan pandangan tajam ke arah Maya. Perempuan itu terlihat kesal. William yang melihat istrinya sedih segera mengengam tangan Maya. Dia tahu bahwa ayahnya tertarik dengan Aurora karena perempuan itu akan melahirkan cucu untuk keluarga Keller.
“Mengapa kamu mau, Aurora?” tanya Tuan Damian. Dia tersenyum menatap Aurora yang masih terlihat ketakutan. Aurora menghela napas panjang.
“A-aku …,”
“Karena dia mau menjadi istriku!” Kini giliran William yang berbicara. Aurora menunduk ke bawah. Sebenarnya dia bisa jujur kepada Tuan Damian agar lelaki tua itu menyelamatkannya dari permainan Maya dan William. Aurora hanya ingin rumahnya kembali tanpa dirobohkan oleh kedua manusia itu.
“Oh, jadi begitu.” Tuan Damian menganggukan kepala mengerti. Seluruh tamu yang datang memperhatikan Aurora.
Maya selama perjamuan makan malam tidak tenang. Dia sangat kesal kepada Aurora. Mengapa perempuan itu terlihat tenang di samping mertuanya? Bahkan Tuan Damian menyediakan kue kukus kepada Aurora. Makanan itu adalah makanan kehormatan keluarga Keller. Hanya menantu kesayangan yang akan diberikan kue kusus.
Melihat istrinya sedang marah, William mengusap dengan lembut tangan Maya. Dia berharap sentuhan tangannya membuat Maya tenang.
“Ayah, aku dan William akan melakukan perjalanan bulan madu yang kelima kalinya,” ucap Maya di tengah-tengah makan malam. Tuan Damian yang asik berbicara dengan Aurora memandangi menantunya.
“Tidak perlu!”
Kening Emeralda berkerut. Biasanya mertuanya itu akan bahagia. Mengapa mertuanya itu terlihat tidak bahagia lagi?
“Kau tidak perlu melakukan itu,” sambungnya.
“Mengapa Ayah?” tanya William.
“Walaupun kalian berbulan madu sampai seribu kali, kau akan kembali dan tidak memberitahukan kabar bahagia untukku.”
“Sekarang William, jaga Aurora dengan baik!” ucap Tuan Damian. Bunyi decak lidah dari bibir Maya jelas terdengar. Dia mencoba mengatur emosinya saat ini.
***
Perjamuan makan malam telah selesai. Sama seperti Maya, istri dari tuan Betrix juga mendapatkan kata-kata yang tidak mengenakan hati. Hanya Aurora yang disambut baik di perjamuan makan malam keluarga Keller.
Di dalam mobil, Maya memandangi Aurora dengan ekspresi tidak suka.
“Aku seharusnya tidak membawahmu,” sahutnya. Aurora menghela napas panjang. Sejujurnya dia tidak nyaman berada di keluarga Keller.
“Kau mengambil hati Tuan Damian, tapi itu tidak masalah,” ucap Maya lagi. Dia menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Maya mencoba menenangkan hatinya saat ini.
“Aurora, kau harus tahu perjanjian kita di kertas itu. Kau cukup melahirkan bayi untuk suamiku dan segera pergi dari keluarga Keller. Jangan pernah berharap lebih hanya karena jamuan malam ini,” jelas Maya.
“Aku tahu,” jawab Aurora segera. William sibuk menyetir mobil. Dia bisa menangkap eskpresi cemburu dari istrinya itu.
Sesampai di rumah, Maya segera mengengam tangan William masuk ke dalam kamar. Aurora yang berdiri di ruangan keluarga hanya bisa menghela napas panjang. Margaret memandanginya dari balik pintu.
“Nona Aurora, bagaimana jamuan makan malamnya?”
“Siapa yang diberikan kue kukus dari Tuan Damian?”
“Nona Maya atau nona Ladifa?” gerutu Margaret penasaran. Aurora menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Nona Ladifa mendapat perlakukan yang tidak baik dari Tuan Damian.
“Aku!” ucap Aurora singkat. Bola mata Margaret membulat sempurna. Dia menggelengkan kepala tidak percaya.
“Bagaimana bisa nona Aurora yang diberikan kue itu? Aku tidak percaya,” ucap Margaret. Aurora berjalan masuk ke dalam kamarnya. Dia tidak mengubris ucapan pelayannya itu.
Aurora duduk di meja rias sambil memandangi wajahnya. Ada beberapa pertanyaan Tuan Damian yang menganggu pikirannya. Seperti, apakah dia yakin akan menjadi istri kedua William. Padahal dia tidak pernah bertemu dengan William sebelumnya.
Aurora memijit pelipisnya yang terasa memanas. Dia menatap wajahnya lalu menyentuh pipinya.
“Antoni, mengapa kau pergi begitu saja?”
“Apakah kau tidak tahu, aku sedang berada dalam kesulitan, rumahku akan di jual. Itu hanya satu-satunya peninggalan ayahku,” ucap Aurora. Bola matanya berkabut dan beberapa detik kemudian, air matanya menetes di pipi.
Klek~
Pintu terbuka, Aurora spontan menatap William yang sedang memandanginya.
“Buat apa kau di sini?” tanya Aurora segera. Dia berdiri lalu berjalan mendekati William.
“Apa yang ayah katakan kepadamu saat kue kukus itu berada di tanganmu?” tanya William segera. Aurora menghela napas panjang.
“Dia hanya bertanya mengenai aku dan kamu, apakah siap menjadi istri ke dua. Kau tahu kan, ini sangat konyol!” gerutu Aurora segera. William mengengam tangan Aurora secara spontan dan membuat perempuan itu kaget bukan main.
“Jangan sentuh aku!” rintih Aurora saat gengaman tangan William begitu erat.
“Aurora, aku mohon kepadamu, jangan pernah jelaskan kepada ayahku mengenai semua ini. Sebutkan saja bahwa kau jatuh cinta kepadaku dan siap menjadi istri kedua!”
Aurora menggelengkan kepala secepat mungkin. “Aku tidak mau!”
“Kau harus mau, kau akan sulit keluar dari keluarga Keller jika tidak mengikuti perintahku!” ucap William sambil membulatkan matanya. Aurora terdiam sejenak, tujuannya yaitu keluar dari keluarga aneh ini lalu mencari Robert dan membunuh lelaki tua itu.
“Katakan bahwa kau mencintaiku, hanya itu!” ucap William lagi.
“Oke, tapi jangan pernah menyentuh aku!” ucap Aurora sambil menatap tajam ke arah William. Lelaki itu menganggukan kepala setuju. William kemudian melepaskan gengamannya.
“Aku ingin kamu segera hamil!”
“Makanlah makanan yang diberikan Margaret, jangan membantah di rumah ini atau rumah ayahmu akan kami musnahkan,” jelas William.
“Haram hukumnya jika kau atau aku jatuh cinta dalam perjanjian pernikahan itu!” tegasnya. Dia kemudian keluar dari dalam kamar. Aurora menatapnya dengan ekspresi yang tidak bersahabat.
***
Salju yang berjatuhan jelas terlihat dari balik jendela. Aurora menatap salju-salju itu menumpuk di depan kamarnya. Rumah tuan William dan Maya begitu luas. Entah berapa banyak pengawal yang disewanya untuk menjaga rumah mewah ini.
Klek~
Margaret menatap Aurora yang sedang asik duduk di balik jendela.
“Nona, tuan William memberikan ini,” ucap Margaret. Aurora menatap benda pipi yang diberikan Margaret kepadanya.
“Apa ini?”
“Ini adalah benda untuk memeriksa kehamilan, kata tuan William, nona harus rutin memeriksanya,” jelas Margaret. Aurora menghela napas panjang.
“Oke, baiklah!” serunya.
Aurora menyimpan alat cek kehamilan itu. Bibi Gali segera keluar dari dalam kamar. Matanya fokus melihat ponsel yang terletak di meja rias.
“Nona,” ucap bibi Gali kemudian.
“Nona tidak bisa membawah ponsel di rumah ini, biar tuan William memberikan ponsel baru!”
Aurora menggelengkan kepala secepat mungkin.
“Tidak usah, aku membutuhkan ponsel. Berada di dalam kamar membuatku bosan,” jelas Aurora. Dia segera mengambil ponselnya itu lalu meletakkan di bawah bantal.
“Jangan katakan hal ini kepada tuan William!” seru Aurora segera.
Margaret menganggukan kepala lalu segera keluar dari dalam kamar. Aurora menghela napas lega. Dia harus keluar dari rumah ini, setidaknya dia harus mencari Robert dan membunuh pamannya itu.
Bersambung …
“Apa kamu serius akan meninggalkan semua ini?”“Aku yakin, prof. John akan menunggumu. Dia lelaki setia. Dia tidak mudah menyerah!”“Jadi, kamu harus menikmati hidupmu selama lima tahun di Prancis ini dan kembalilah bersamanya nanti. Apa kamu tegas melihatnya bersedih seperti itu?” gumam bibi Madame. Aurora tersenyum.“Ya, aku akan menjadi Aurora yang baru dan layak untuk dicintainya. Jika aku tetap di Nevada maka aku tidak akan bisa membahagiakannya. Aku dan melukaianya dan aku akan terbayang dengan masa lalu yang menyakitkan! Aku tidak ingin itu terjadi,” sahut Aurora sambil memandangi Madame. Perempuan paruh baya itu setuju.“Ya, aku setuju dengan keputusanmu, kamu berhak memiliki waktu sendiri. Buatlah dirimu bahagia dan perhatikan Peter dengan baik,” serunya. Aurora menghela napas lega.Selama di Prancis, dia akan membuat banyak hal. Aurora akan terjun di dunia bisnis pakaian dan juga akan melanjutkan hobinya untuk menulis novel. Bibi Madame menemainya selama setahun. Rupanya per
“Dia pantas mendapatkan itu!”“Dia sangat pantas mendapatkan itu!” sahut Cicilia lirih. Para pengawal menahannya. Para pengawal berusaha mengurungnya di ruangan khusus. Alex hanya bisa menenangkan Cicilia. Memberikan peringatakan dengan apa yang baru saja dilakukannya.“Kamu akan mendapatkan hukuman dengan apa yang kamu lakukan hari ini!”“Aku tidak peduli!” teriak Cicilia segera.“Kamu pikir aku peduli itu, Alex? Aku sama sekali tidak peduli. Aku menyesal, bukan Aurora yang terkenal pistolku melainkan William!”“Sial!” gerutunya. Alex menghela napas panjang. Cicilia benar-benar keras kepala. Seharusnya perempuan itu menyesal. Apa dia sudah gila? Pikir Alex.“Kamu gila, Cicilia!”“Kamu benar-benar gila!” gerutunya kemudian. Cicilia menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Dia tertawa terbahak-bahak dan membuat Alex ketakutan setengah mati.“Aku memang gila, aku gila karena John!”“Aku gila kerena John!” sahutnya lagi. Para pengawal akhirnya membawah Cicilia ke kantor
“Cicilia?” sahut prof. John tidak menyangka. Perempuan itu ada di depannya secara tiba-tiba. Kapan Cicilia datang? Bagaimana bisa dia tahu di mana dirinya berada.“Kau membohongiku, prof. John!” gumamnya. Satu butir air mata menetes di pipinya. Cicilia mengarahkan pistol itu ke arah Aurora. Prof. John segera menarik tangan Aurora mendekat ke arahnya.“Apa yang kau lakukan?”“Apa yang kau lakukan, Cicilia? Hentikan dan simpan pistolmu!” perintahnya. Aurora menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Tubuhnya bergetar hebat karena ketakutan.“Kau membohongiku John, apa seperti ini caramu?” Cicilia semakin mendekat. Dia menatap Aurora dengan pandangan tajam.“Aku sudah katakan, jika aku tidak bisa memilikimu, maka Aurora tidak bisa memiliki siapapun itu!” gumamnya lagi. William secepat mungkin berdiri di samping Aurora. Kedua lelaki itu berdiri dan menghadang Cicilia.“Kau berjanji akan menikahiku, John!”“Apa seperti ini yang kau janjikan kepadaku? Kau membohongiku, kau m
Roy menatap Joanna yang tampak manis malam ini. Besok, perempuan itu akan resmi menjadi miliknya. Roy sudah menunggu hal itu jauh-jauh hari. Dia sangat ingin Joanna menjadi miliknya.“Apa kamu menyukainya?” bisik Roy lembut. Makan malam istimewa ini sebagai kado spesial. Dia mencintai Joanna setulus hatinya dan memberikan apapun yang diinginkan perempuan itu.“Apa kamu menyukainya?” tanyanya lagi. Joanna menganggukan kepala. Dia sedikit malu dengan sentuhan Roy yang sangat memabukan.“Aku sedih,” bisik Joanna. Mereka berdua duduk di taman yang indah. Saling bertatapan dan saling menebar kasih.“Apa yang kamu pusingkan sayang?”“Apa ada yang menganggumu?” Joanna menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan.“Aurora, aku kasihan kepadanya. Besok adalah hari bahagia untukku, tapi untuk Aurora, aku rasa dia akan sedih dengan rumah tangganya.”Roy tersenyum. Hal yang sangat disukai dari Joanna adalah ketulusan hatinya. Joanna cantik dan memiliki hati yang tulus. Selain itu, di
Cicilia duduk sambil menunduk ke bawah. Air matanya terus mengalir. Dadanya terasa sesak. Dia sesekali memandangi prof. John yang sedang berdiri di depannya. Alex keluar dan membiarkan prof. John berbicara dengan serius kepada Cicilia. Perempuan itu akan mendengarkannya dengan baik.“Jadi, kamu berencana untuk mengakhiri hidupmu? Apa kamu tidak pernah pikirkan hal ini lebih jauh?” gumamnya. Prof. John memandangi Cicilia yang terus terisak menangis.Prof. John menyentuh tangan perempuan itu. Memberikan ketenangan kepadanya.“Aku yakin, kamu bisa melewati semua ini, Cicilia. Aku yakin kamu bisa menghapus segala sakit hatimu itu.” Prof. John mencondongkan wajahnya. Dia meraba pipi perempuan itu dan menyeka air matanya.“Kamu sudah berjanji akan menikahiku!” Cicilia menatap prof. John dengan bola mata berkabut.“Aku tidak bisa menguasai diriku sendiri, aku tidak bisa,” bisiknya lagi. Cicilia segera berdiri dan spontan memeluk prof. John. Dia tidak ingin melepaskan lelaki itu. Dia sudah gi
“Aurora, aku serius mengatakan hal ini, tidak mungkin prof. John melakukan hal yang membuatmu terluka. Dia tidak akan melakukan itu, aku serius!” jelas Joanna penuh keyakinan. Dia menunjukan seluruh bukti dan rekaman Alex. Lelaki itu menjelaskan bahwa dirinya dan Cicilia memiliki hubungan tersembunyi.Jika Cicilia sedang frustasi, perempuan itu akan menghampirinya. Mengadu dan bahkan mereka selalu bermesraan. Cicilia memanfaatkannya sebagai tempat untuk meluapkan seluruh emosi. Alex paham, namun rasa sayangnya kepada Cicilia benar-benar sangat besar. Dia tidak ingin perempuan itu sendiri dalam keterpurukan. Maka dari itu, Alex berusaha bersamanya dan mengejarnya hingga ke Nevada.Aurora memandangi seluruh bukti yang ditunjukan Joanna dan Roy secara serius.“Prof. John lelaki baik, dia tidak akan melakukan hal seperti itu. Makanya, aku jelaskan kepadamu seperti ini agar kamu paham!” sambung Joanna.Aurora menghela napas panjang.“Aku harus pulang, Roy dan aku harus mengurus beberapa ke