Ruang keluarga terasa hening, hanya suara televisi yang memutar breaking news memenuhi udara. Di layar, wajah Prabu Linggabuana muncul singkat sebelum diganti visual ruang sidang. Tirta duduk di sofa sambil menggigit ujung jempolnya.Pembawa berita membacakan putusan dengan suara tegas, “Majelis hakim memutuskan hukuman penjara selama dua tahun kepada terdakwa Prabu Linggabuana dalam kasus korupsi dana investasi. Sementara itu, Kusumadewi, istri terdakwa, dinyatakan bebas karena tidak terbukti terlibat.”Tirta duduk di ujung sofa, rahangnya mengeras. Ia tidak bergeming hingga berita berlanjut pada liputan protes masyarakat di depan gedung pengadilan. Sejumlah poster bertuliskan Hukum Koruptor Setimpal! terguncang di tangan massa. Kenangan masa lalu bergulir, seketika Tirta gemetar karena kejadian masa lalu hingga membuatnya koma itu seakan terputar dalam benaknya.Menakutkan. Tirta benci sekali kenangan itu bergulir.Tanpa berkata apa-apa, Tirta meraih remote dan mematikan televisi. W
Notifikasi ponsel Meysi tak berhenti berbunyi sejak pagi. Setiap kali ia membuka layar, deretan berita dan postingan tentang konser terakhir Tirta memenuhi timeline. Foto-foto saat Tirta menggamit tangannya, bernyanyi tepat di depannya, hingga menciumnya di tengah sorotan lampu, tersebar ke seluruh penjuru jagat maya.Hashtag #TirtaMeysiLoveStory, #KonserTerakhirTirta, dan #LookUpAtTheStars menjadi trending di berbagai platform. Media gosip mengulasnya dari semua sudut, sementara akun-akun fanbase Tirta saling berdebat—ada yang patah hati, ada yang baper, ada pula yang masih denial.Meysi duduk di sofa ruang tengah, memegang ponsel sambil menggulir komentar-komentar netizen. Beberapa membuatnya terkejut, beberapa membuatnya tak tahan tertawa."Kok mereka bisa-bisanya mereka bahagia di atas penderitaan aku?""Kursi Indomaret mana yang harus aku kunjungi Mas Tirtaaaaaa😭""Oh gitu. Btw, langgeng-langgeng sampai maut memisahkan. Oh iya kenalin, aku maut🙂""Guys, tanya keadaan aku sekar
Lampu-lampu panggung menyala terang, membanjiri arena dengan warna-warna memukau. Sorakan penonton menggetarkan udara panas Jakarta di Istora Senayan. Berbondong-bondong fans Tirta datang dengan pakaian tercantik mereka, berfoto di vanue, berfoto di foto Tirta yang sangat besar dan lain sebagainya."Foto dulu Mbak!"Siti mengantar Meysi hari itu, sementara Naya bersama Ibu Meysi. Meysi mengenakan rok manis terusan berwarna pink seperti mic yang dipakai Tirta, ia sangat cantik dengan rambut panjang hitamnya yang diikat setengah menggunakan pita. Wajahnya dirias ala igari yang tentunya menonjolkam kecantikan Meysi yang memang sudah cantik. Bahkan beberapa fans Tirta mengajak Meysi foto bersama karena ia sangat bersinar dengan pakaian itu."Ini mah, Tirtanya juga pasti naksir sama Mbak!" celetuk salah satu fans yang berfoto.Meysi hanya menyeringai sambil melirik Siti yang cekikikan mendengar itu. Bukan hanya naksir, fansnya saja tidak tahu jika Tirta selalu 'menyusu' setiap kali mereka
Ruang meeting di stasiun TV terasa lebih dingin dari biasanya. Widi, HRD yang dulu sempat memberi Meysi SP, kini duduk di seberang dengan wajah penuh harap. Meysi sudah membulatkan tekadnya. Ia melakukan semua ini demi keselamatan Naya.Meysi tidak membuang mimpi. Justru di rumah, ia lebih leluasa mengerjakan apa yang ia mau karena kini ia punya Tirta. Sehingga keputusan ini sudah bulat. Ia akan resign.“Mbak Meysi, tolong pertimbangkan lagi keputusan anda,” ucap Widi sambil menyodorkan dokumen. “Sejak berita itu beredar, rating kita naik gila-gilaan. Netizen Indonesia itu… ya, kamu tahu sendiri. Mereka suka banget gimmick pasangan. Teori-teori shipper kalian berdua itu bikin program kita trending setiap hari. Bahkan kami berniat menyatukan kalian dalam acara.”Meysi menghela napas panjang. Menyedihkan, ternyata ia dipertahankan bukan karena kinerja yang bagus, melainkan karena ada 'keuntungan' dari apa yang Meysi lakukan. Bisa-bisanya mereka demikian setelah menggerebek dan menghenti
Pagi itu, Meysi duduk di meja makan sambil menyiapkan bekal Naya untuk sekolah. Wajahnya terlihat lelah meskipun ia berusaha tersenyum di hadapan anaknya. Ia lelah memikirkan bagaimana caranya menjauhkan Ginanjar dari kehidupan barunya tersebut. Sepertinya beberapa hari setelah Tirta pergi, mantan suaminya itu mulai menguntit Naya.Meysi menghela napas panjang. Tak lama, babysitter dan security menghampirinya sebelum berangkat.“Bu Meysi, kita perlu bicara,” kata babysitter dengan wajah cemas.Security mengangguk menimpali, “Belakangan ini, Ginanjar sering sekali datang ke sekitar sekolah. Hari kemarin malah lebih parah. Dia marah-marah, mengaku sebagai ayah Naya, dan menuduh kami memperlakukannya seperti penjahat.”Meysi terdiam, jemarinya mengepal. Sialan, bisa-bisanya Ginanjar melakukan semua itu saat tahu Meysi ditinggal dinas suaminya selama sebulan. Meysi hanya khawatir mantan mertuanya yang, maaf-berengsek-itu akan ikut campur dalam urusan Naya.“Dia… marah-marah di depan Naya?
Rumah terasa lebih sunyi dari biasanya. Matahari baru merayap masuk lewat celah tirai, menyoroti wajah Tirta yang duduk di tepi ranjang, sibuk mengikat tali sepatunya. Meysi berdiri di ambang pintu kamar, bersandar sambil memeluk bantal. Setelah Naya berangkat, kini suaminya juga akan berangkat untuk tur konser di kota-kota besar Asia Tenggara.“Kamu berangkat sekarang?” suara Meysi pelan, nyaris tenggelam dalam udara pagi yang hening. Terdengar sekali ia menahan tangis.Tirta mengangkat kepalanya dan tersenyum kecil, senyum yang di mata Meysi terasa seperti selimut hangat, tapi kali ini justru membuat dadanya sesak. Baru kali ini mereka akan berpisah cukup lama.“Pesawat jam sepuluh dan sekarang udah jam delapan. Kalau nggak buru-buru, aku ketinggalan. Herdie dan semua kru yang bertugas udah siap berangkat bareng aku.”Meysi melangkah mendekat, duduk di sebelahnya. Bibirnya manyun lima centi.“Aku bahkan belum pernah nonton kamu manggung langsung…” suaranya merendah, seperti anak kec